Majalah DIA

Bukan Manusia yang Menyatakan Itu

reenactment of jesus christ

Photo by Ivan Samkov on Pexels.com

Setelah Yesus tiba di daerah Kaisarea Filipi, Ia bertanya kepada murid-murid-Nya: “Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?” Jawab mereka: “Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia dan ada pula yang mengatakan: Yeremia atau salah seorang dari para nabi.” Lalu Yesus bertanya kepada mereka: “Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?” Maka jawab Simon Petrus: “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!” Kata Yesus kepadanya: “Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga.

Matius 16:13-17

Siapakah Yesus sesungguhnya akan menjadi pertanyaan kritis dari orang-orang yang sungguh-sungguh serius ingin mengetahui tentang-Nya. Pernyataan, pengajaran, perilaku, dan mujizat Yesus membuat setiap orang yang menyaksikan-Nya jadi bertanya, siapakah Dia sebenarnya. Dan rekaman kehidupan Yesus dalam Injil membuat pertanyaan itu terus menggema dari abad ke abad, dari generasi ke generasi berikutnya, sampai ke abad ini. Dan pertanyaan itu bersifat klasik dan kritis, apakah Yesus itu Mesias atau bukan. Dan jawaban atas pertanyaan kritis itu adalah Dia manusia biasa atau Mesias, Anak Allah. Pilihan seseorang atas jawaban itu tentu saja akan menentukan pandangan dan jalan hidup orang itu selanjutnya. Apakah Yesus akan menjadi sekedar tokoh historis baginya karena Yesus adalah manusia biasa baginya, atau ia akan memuja dan menyembah-Nya dan menjadikan Yesus Pemimpin hidupnya karena Yesus itu Tuhan baginya.

Baik di dunia sekarang, ada orang yang mempertanyakan Yesus karena memang ingin mencari kebenarannya, tapi ada juga orang terus menerus mempertanyakan siapa Yesus tanpa pernah mau menyimpulkannya, karena pada dasarnya ia bukan mencari kebenaran, melainkan terus menerus mengeraskan hatinya.

Orang kristen masa kini yang tak pernah mempertanyakan ketuhanan Yesus, dan tidak merasa berkepentingan untuk menyelidiki dan mendalaminya, sangat mungkin, bahwa bagi dia pun tak ada masalah apakah Yesus itu Tuhan atau bukan, Mesias atau bukan, tak masalah apakah Dia benar-benar bangkit dari orang mati atau tidak. EGP kata orang Jakarta (emangnye gue pikirin). Iman Kristen nya hanya warisan atau sekedar copy iman orang tuanya. Kondisi rohani seperti ini sangat rapuh dan tak akan tahan pencobaan. Ia seperti rumah yang dibangun di atas pasir.

Untuk memperoleh jawaban atas pertanyaan siapakah Yesus sesungguhnya tentu saja dibutuhkan sumber data yang dapat dipercaya. Dan sumber data tentang Yesus yang hidup dua ribuan tahun lalu dapat dikategorikan dengan Naskah Perjanjian Baru (PB) atau bukan (non-PB). Tergantung mana yang akan kita percaya, atau anggap sebagai sumber akurat. Apakah Anda akan percaya kepada PB atau non-PB, keduanya adalah kepercayaan. Atas dasar apa sehingga seseorang lebih percaya pada naskah non-PB ketimbang PB? Atas dasar apa sehingga seseorang berasumsi bahwa naskah non-PB lebih akurat dari naskah PB? Mengapa ada orang yang lebih yakin bahwa naskah non-PB lebih benar daripada naskah PB? Dari mana seseorang tahu bahwa naskah non-PB itu lebih sempurna dari PB? Jawabannya adalah, karena orang itu lebih percaya pada naskah non-PB. Mengapa seseorang menjadikan PB sebagai sumbernya? Karena dia percaya bahwa data PB dapat dipercaya. Ada teolog yang membangun teologinya tentang Yesus berdasarkan PB, dan ada yang berdasarkan non-PB.

Akan tetapi, sesama teolog yang berlandaskan PB pun belum tentu akan memiliki kesimpulan yang sama tentang Yesus. Perbedaan kesimpulan sangat ditentukan oleh bagaimana teolog itu memandang PB. Apakah baginya PB itu adalah kumpulan mitos yang non-historis atau historis. Apakah Yesus sungguh berjalan di atas air atau tidak, apakah Yesus sungguh meneduhkan badai atau tidak, apakah Yesus sungguh mengubah air jadi anggur atau tidak, apakah Yesus sungguh membangkitkan Lazarus atau tidak, apakah Yesus itu sungguh bangkit dari antara orang mati atau tidak, apakah Yesus sungguh terangkat ke sorga atau tidak? Bila seseorang tidak mengakui kehistorisan cerita itu maka sulit baginya untuk tiba pada kesimpulan bahwa Yesus itu Tuhan, Anak Allah. Tetapi bila seseorang percaya bahwa PB adalah kisah historis dan mengakuinya sebagai firman Tuhan yang diinspirasikan Roh Kudus, maka ia akan mengakui keilahian Yesus. Artikel ini ditulis atas dasar keyakinan penulis bahwa PB adalah sumber yang dapat dipercaya dan adalah firman Tuhan.

Matius 16 merupakan kisah berkenaan dengan pertanyaan kritis tentang siapakah Yesus sesungguhnya, serta penyataan tegas Yesus tentang diri-Nya. Ketakjuban orang banyak menyaksikan bagaimana Yesus menyembuhkan orang bisu sehingga tidak bisa berkata-kata, orang lumpuh berjalan, orang buta melihat, dan mereka memuliakan Allah, serta memberi makan kepada empat ribu orang dengan tujuh roti (Mat 15:31-39) membuat orang-orang Farisi dan Saduki jadi penasaran tentang siapakah Yesus sesungguhnya. Tetapi sayang sekali, segudang tanda yang telah Yesus lakukan di hadapan mereka tidak membuat mereka segera menarik kesimpulan siapakah Yesus, melainkan masih meminta Yesus untuk memperlihatkan suatu tanda dari sorga. Dengan demikian, apa yang telah Yesus perbuat di depan mata mereka tidak mereka perhitungkan sebagai tanda dari Sorga melainkan dari dunia. Mau tanda apa lagi? Yesus tidak meladeni orang-orang seperti itu. Di mata-Nya, permintaan itu berasal dari orang angkatan yang jahat dan tidak setia. Pertanyaan dan permintaan mereka bukan dimaksudkan untuk mencari kebenaran, melainkan perwujudan dari sikap mengeraskan hati, dan upaya untuk mempermalukan Yesus di hadapan umum. Yesus pun pergi meninggalkan mereka (Mat 16:1-4). Ia tidak rela memberi yang kudus kepada anjing, atau mutiara kepada babi sebagaimana yang pernah Ia ajarkan (Mat 7:6).

Dan kepada para murid-Nya, Yesus memperingatkan mereka agar berjaga-jaga dan waspada terhadap ragi orang Farisi dan Saduki. Ajaran dan sikap mereka tidak akan pernah membuat mereka dapat mengenal siapa Yesus sesungguhnya.

Setelah berkali-kali Yesus mengajar, menunjukkan kuasa-Nya, meyakinkan, dan memberi teladan hidup kepada para murid-Nya, kini tibalah saat-Nya, sebelum menuju Yerusalem untuk disalibkan, bagi Yesus untuk mengevaluasi murid-murid-Nya, sejauh mana pengenalan mereka tentang diri-Nya, dan untuk menyatakan siapa Dia sesungguhnya serta seperti apa misi-Nya yang sesungguhnya. Pertama-tama Yesus ingin mengetahui apa yang mereka dengar dari orang lain tentang diri-Nya. ‘Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?’ Dan mereka menjawab: ‘Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia dan ada pula yang mengatakan: Yeremia atau salah seorang dari para nabi.’ Dari apa yang kata orang tentang Yesus maka kita bisa melihat profil dan karakteristik Kristus dalam menjalankan misinya. Dari kelompok orang yang mengira Yesus sebagai Yohanes Pembaptis, mungkin karena memperhatikan seruan pertobatannya sama seperti yang diserukan Yohanes Pembaptis. Selain itu, ada juga orang-orang yang menyangka bahwa Yohanes Pembaptis telah bangkit kembali (Mat 14:1-2). Sedangkan sangkaan sebagai Elia, karena Yohanes Pembaptis pun disebut sebagai tokoh yang memiliki roh dan kuasa Elia (Luk 1:17). Maka tak heran Yesus yang mirip Yohanes pembaptis pun dikira Elia. Kedua kelompok orang yang mengira Yesus sebagai Yohanes Pembaptis dan Elia, adalah kelompok yang mengira bahwa Yesus adalah pendahulu Mesias, yang mempersiapkan kedatangan Mesias. Kelompok orang yang menyebut Yesus sebagai Yeremia, mungkin karena Yesus dan Yeremia sama-sama memberitakan pengharapan akan akhir zaman dan zaman yang akan datang. Selain itu, keduanya sama-sama menderita, dan keduanya memberitakan penghukuman terhadap Bait Allah. Bahkan ada yang mengira bahwa Yesus adalah salah satu dari nabi terdahulu yang bangkit (Luk 9:19).

Lalu Yesus mengajukan pertanyaan yang terpenting, ‘Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?’ Karena kata ganti orang kedua ‘mu’ dalam pertanyaan ini adalah jamak, maka pertanyaan ini diarahkan kepada semua murid-Nya. Dan kata ‘tetapi’ dalam pertanyaan ini menunjukkan suatu penekanan yang kuat bahwa Yesus ingin agar para murid-Nya memiliki kesimpulan dan pengakuan secara pribadi tentang-Nya. Pada peristiwa sebelumnya, ketika Yesus berjalan di atas air dan meredakan badai, para murid pernah mengaku, “sesungguhnya Engkau Anak Allah” (Mat 14:33). Tetapi apakah pengakuan ini sifatnya sementara saja karena mujizat yang Yesus lakukan atau suatu pengakuan yang bersifat tetap? Dan atas pertanyaan Yesus, jawaban Petrus, sebagaimana biasanya, merupakan kesepakatan seluruh murid, ‘Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup.’ Sebelumnya Petrus beberapa kali telah mengakui tentang siapakah Yesus (Luk 5:8; Yoh 6:58, 69). Tetapi pengakuan ini adalah pengakuan yang lengkap tentang siapa Yesus. Dialah Mesias dan Dialah Anak Allah yang hidup.

Pengakuan bahwa Yesus adalah Mesias berarti mengakui bahwa Yesus adalah Yang Diurapi, yang telah lama dinantikan umat Israel. Dialah yang telah ditetapkan Bapa untuk menjadi perantara atau Mediator. Dialah Nabi, Imam Besar, dan Raja Kekal.

Pengakuan bahwa Yesus adalah Anak Allah yang hidup berarti mengakui bahwa memang Dia Anak Allah yang memiliki natur Ilahi sama seperti Allah Bapa. Berarti dia juga adalah sumber hidup bagi segala yang hidup.

Respon Yesus atas pengakuan Petrus mengungkap sesuatu yang amat penting dalam hal pengenalan akan Kristus. Ia berkata, ‘Berbahagialah Simon bin Yunus, sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga.’ (Mat 16:17). Pernyataan Yesus ini sesuai dengan apa yang pernah la katakan, bahwa hanya oleh penyataan Bapa-Nya-lah seseorang bisa mengenal siapa Yesus sesungguhnya. Begitu pula dalam hal mengenal Bapa.

“Pada waktu itu berkatalah Yesus: Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu, Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil. Ya Bapa, itulah yang berkenan kepada-Mu. Semua telah diserahkan kepada-Ku, oleh Bapa-Ku dan tidak seorangpun mengenal Anak selain Bapa, dan tidak seorangpun mengenal Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakannya.” (Mat 11:25-27).

Selain itu Yesus pun pernah menyatakan bahwa tidak ada seorangpun yang dapat datang kepada-Nya bila tidak ada peran Allah Bapa.

“Kata mereka: “Bukankah la ini Yesus, anak Yusuf, yang ibu bapanya kita kenal? Bagaimana la dapat berkata: Aku telah turun dari sorga?” Jawab Yesus kepada mereka: “Jangan kamu bersungut-sungut. Tidak ada seorangpun yang dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman.” Yoh 6:42-44

Mengenal siapa Yesus sesungguhnya bukanlah produk kemampuan analisa manusia dalam pemikirannya melainkan hasil dari penyataan sorgawi. Kemampuan akal budi manusia terbatas. Tanpa penyataan dari Allah Bapa, maka Yesus hanya akan dikenal sebatas manusia biasa, seorang pemuda Palestina miskin yang berkharisma, tetapi bernasib malang, mati disalib. Apa yang Petrus katakan tentang Yesus dikonfirmasi lagi oleh Allah Bapa pada saat Yesus dimuliakan di atas bukit ‘Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia.’ (Mat 17:5).

Sekarang pun, hanya oleh pekerjaan Roh Kuduslah seseorang bisa tiba pada kesimpulan dan pengakuan bahwa Yesus adalah Mesias, Anak Allah yang hidup. Kemesiasan dan ke-Anak-Allahan Yesus tidak bisa dibuktikan secara sains atau filsafat, melainkan hanya oleh Penyataan dari Bapa melalui firman Tuhan dan pekerjaan Roh Kudus yang memberi keyakinan kepada kita.

Bila seseorang tiba pada kesimpulan dan keyakinan bahwa Yesus itu Mesias, Anak Allah yang hidup, maka pasti hidupnya berubah. Bila sebelumnya hidupnya berpusat pada diri sendiri, yang hanya memikirkan kepentingan pribadi di atas segalanya, maka kini, setelah ia percaya dan yakin, ia akan berjuang untuk memusatkan hidupnya untuk Tuhan dan mengasihi sesama. Dia akan seperti Paulus yang memiliki komitmen dan kerinduan sebagaimana yang ia katakan,

“aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku.”

Galatia 2:20

“Sebab yang sangat kurindukan dan kuharapkan ialah bahwa aku dalam segala hal tidak akan beroleh malu, melainkan seperti sediakala, demikianpun sekarang, Kristus dengan nyata dimuliakan di dalam tubuhku, baik oleh hidupku, maupun oleh matiku. Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah.”

Filipi 1:20-21

Berdoalah dan bacalah firman Tuhan, yang telah diinspirasikan Roh Kudus, yang di dalamnya dinyatakan, siapakah Yesus sesungguhnya. Kiranya Roh Kudus mengaruniakan hikmat-Nya kepada Anda sehingga Kristus menjadi nyata dalam hidup Anda, bahwa Dia adalah Mesias, Anak Allah Yang hidup.

—– Dituliskan oleh Daltur Rendakasiang, Pendeta di Gaithersburg community church – Maryland, USA

— Majalah Dia Edisi 1/ Tahun XXIII/2008

Exit mobile version