Batara Pane:
Christianity in Action (Yakobus 4)

Christianity in Action
Sekarang apa yang dapat kita petik dari nasihat Yakobus kepada kedua belas suku di perantauan ini untuk dapat kita aplikasikan dalam kehidupan Kristen kita, di tengah-tengah orang-orang yang belum percaya di Indonesia?

Pertama, kita perlu memeriksa keinginan-keinginan kita, apakah keinginan-keinginan tersebut, didorong oleh hawa nafsu, karena iri hati kepada orang lain atau keinginan-keinginan kudus? Saat ini kita saksikan sendiri, bagaimana negara kita terancam oleh perpecahan, elit politik saling bertengkar, memperebutkan “kue” politik (meskipun tidak dinampakkan secara terbuka). Kadang-kadang, karena keinginan tidak tercapai, lalu terjadi saling fitnah dan tindakan-tindakan yang penuh dengan kekerasan. Begitulah negara kita, bagaimana dengan kita, apakah gereja juga diisi oleh perang hawa nafsu, memperebutkan jabatan-jabatan tertentu, mempertengkarkan doktrin-doktrin tertentu, cara-cara tertentu yang sebenarnya bersifat sekunder, tidak primer? Marilah kita jalin hubungan yang saling menghormati, meskipun kita berbeda dalam status ekonomi (kaya-miskin), pekerjaan (tuan-hamba) maupun dalam pengajaran. Karena dengan demikian, gereja dapat menjadi saksi-Nya, membawa negara ini kepada keutuhan dan kesejahteraan yang sesungguhnya.

Kedua, kita perlu memeriksa diri kita, apakah kita sudah tunduk kepada Allah atau belum? “Dunia” dengan segala kenikmatannya, ada di sekitar kita dan dapat menawan kita. Lihat saja bagaimana “dunia” menawarkan kemewahan. Di tengah krisis berkesinambungan yang melanda Indonesia saat ini, masih banyak orang (termasuk orang Kristen) yang mampu membeli barang yang super mewah, seperti mobil mewah, jam tangan mewah, dll. Mereka tidak sadar (atau mungkin sadar, tetapi tidak peduli) bahwa banyak orang disekeliling mereka (pengungsi Maluku, Timor Timur, Aceh) yang sulit untuk makan bahkan tidak punya tempat tinggal tetap.

Banyak juga yang begitu terpikat dengan kedudukan atau kesempatan bekerja di suatu perusahaan (di tengah-tengah meningkatnya pengangguran intelektual dan sulitnya lapangan pekerjaan), sehingga apapun dilakukan demi untuk mencapai tujuan tersebut.

Dunia menawarkan kenikmatan. Lihat saja, sekarang begitu mudah, kita bertemu dengan gambar-gambar porno, baik melalui media cetak, internet, maupun vcd-vcd porno. Jadi sekarang kita mau ikut mana, ikut Allah atau dunia?

Ketiga, bila kita telah jauh dari Tuhan, mari kita balik kepada-Nya. Mari kita tangisi diri kita dan bertobat. Peristiwa-peristiwa yang terjadi di Maluku, Timor Barat, dll, tidak lepas dari kurangnya kesaksian kristiani, dinyatakan di sana. Kita mungkin lebih banyak “ngomong” daripada melakukan perbuatan-perbuatan nyata.

Keempat, juga periksa doa-doa kita, pakah doa-doa kita ditujukan untuk memuaskan kepentingan pribadi kita, atau untuk kepentingan orang banyak dan memuliakan Allah?

Kelima, sebentar lagi kita akan memasuki milenium baru, tentu banyak rencana (baik itu yang berkaitan dengan diri sendiri, pekerjaan, keluarga, dll.), tetapi apakah kita sudah serahkan semuanya kepada Tuhan? Mari kita serahkan semuanya pada kehendak Tuhan, karena kita tidak punya kuasa apa-apa untuk hari esok. Yang punya hari esok adalah Tuhan, pencipta diri kita dan alam semesta raya ini. Sukses hidup kita tergantung pada apakah kita merendahkan diri atau meninggikan diri di hadapan-Nya.

Akhirnya, marilah kita tunduk kepada-Nya, karena Ia akan membuat kita berhasil dalam kesaksian iman kita di tengah-tengah orang yang belum percaya. Christianity in Action.

________________
—— Dituliskan oleh Batara Pane
——- Diterbitkan pada edisi No.6 November-Desember 2000, Memasuki abad 21

Tinggalkan sebuah komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *