Tilly Palar:
Tetap Mengerjakan Keselamatan

Tuhan menciptakan manusia menurut rupa dan gambar Dia (lih. Kej. 1:26). Manusia pertama ciptaanNya dinamai Adam, kemudian Hawa diciptakan dari tulang rusuk Adam. Bersamaan itu pula, manusia ciptaanNya menjadi hidup dan sudah mewarisi salah satu sifat Allah, yaitu free will atau kehendak bebas, dan dengan sendirinya sebagai keturunan Adam dan Hawa, kita juga mewarisinya. Karena Tuhan tidak mau memerintah manusia secara otoriter. Pada adegan yang lain, kita baca bahwa Hawa sedang digoda Iblis yang berupa ular untuk memakan buah dari pohon yang sudah dilarang Tuhan untuk dimakan. Dari sini, ada dua hal yang dapat kita pelajari.

Pertama, pada saat itu Iblis sudah ada di bumi, yang berarti sudah terjadi pemberontakan di Kerajaan Surga dan Lucifer sudah dicampakkan ke bumi. Kedua, untuk pertama kalinya Hawa mempergunakan hak kebebasan memilih yang diberikan Tuhan. Pada saat dia memakan buah itu, pada detik itu juga dia memilih menukar Allah sebagai otoritasnya dengan mengakui otoritas Iblis. Demikianlah dosa mengalir di dalam kemanusiaan kita, yang membelenggu kita dalam pemberontakan kepada Allah.

Sesungguhnya, sejak semula Allah menginginkan pemulihan hubungan dan keselamatan manusia dari dosa, tetapi manusia tidak mempunyai kemampuan dari dirinya sendiri untuk keluar dari kutuk dosa itu. Karena kasih-Nya kepada manusia, maka Dia mengutus Anak Tunggal-Nya, yaitu Yesus Kristus, untuk menebus manusia dari dosa. Pada saat kita memutuskan untuk mengikut Yesus dan mengaku dengan bibir dan lidah: “Yesus adalah Tuhan dan Juruselamat saya,” maka pada saat itu juga keselamatan dianugerahkan dengan cuma-cuma kepada kita.

Namun demikian, kebanyakan kita menyepelekan keselamatan yang sudah dibayar mahal oleh Yesus dengan darah-Nya itu. Itu sebabnya, rasul Paulus berpesan kepada jemaat untuk menjaga keselamatan yang telah mereka terima (lih. Fil. 2:12). Sewaktu menulis ayat ini, rasul Paulus sedang berada dalam penjara, dan dia menginginkan supaya jemaat mengerjakan keselamatan baik pada waktu dia hadir maupun saat dia tidak hadir bersama mereka. Mengerjakan adalah kata kerja, yang artinya bahwa kita harus bekerja untuk menghidupi keselamatan itu dan memfokuskan tujuan hidup kita hanya kepada Allah sampai kesudahan hidup kita. Ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan dalam mengerjakan keselamatan:

Pertama, jangan meninggalkan persekutuan dengan orang-orang kudus. Dalam persekutuan dengan orang-orang kudus, kita bisa saling menasehati dan menguatkan.

Kedua, belajar dan baca firman Tuhan setiap hari supaya kita tidak seperti pohon bambu yang ditiup angin, bergoyang kesana kemari, dan meninggalkan Juruselamat kita dan mengikuti ajaran lain (Yak. 1:6). Seorang Kristen harus mengenal firman karena itu adalah senjata untuk berperang melawan kebobrokan dunia.

Ketiga, change your way of thinking (ubah cara berpikir). Pikiran adalah hal yang paling sulit untuk dikendalikan karena cara berpikir kita biasanya dipengaruhi oleh latar belakang, lingkungan, dan keadaan sekitar. Apabila kita berada pada suatu lingkungan yang tidak baik, larilah, keluar dari sana. Kita melihat teladan Yusuf yang melarikan diri saat digoda oleh istri Potifar. Belajar mengisi pikiran kita dengan hal-hal yang baik, yaitu dengan firman Tuhan. Janganlah beri kesempatan kepada Iblis.

Keempat, jadikanlah Allah sebagai center point dari kehidupan kita. Kita menjadikan Allah segala-galanya dan kita tidak perlu khawatir karena Dia akan memelihara kita dengan segala kekayaan-Nya.

Kelima, bergantung pada pimpinan Roh Kudus. Daud bermazmur: “Tuhan janganlah kamu ambil Roh-Mu dari padaku” karena dia menyadari bahwa Roh Kudus adalah Penolong yang selalu mengingatkan manusia kepada kebenaran.

Dalam Kejadian 3, Allah yang adil bukan hanya menghukum Hawa dan keturunannya, melainkan juga mengutuk ular atau Iblis itu dengan mengatakan: “Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya” (Kej. 3:15). Keturunan perempuan yang meremukkan kepala ular ini adalah Yesus Kristus yang digantung di kayu salib untuk menanggung dosa-dosa kita sehingga keselamatan yang sangat mahal itu bisa kita miliki. Oleh karena itu, kerjakanlah dengan takut gentar keselamatan yang sudah kita peroleh—bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus.

_________________________
*Tilly Palar adalah penulis buku “How I Love You Lord” (2011) dan ibu dari Tesa, Sidney, dan Nova Mohede. Saat ini melayani di gereja dan berdomisili di Karawaci, Tangerang.

Berikan tanggapan