Nandar Sirait:
Orang Kristen Cinta Baca?

Dua orang sedang bercakap-cakap.

A: “Anda suka baca buku?”

B: “Tentu …. Saya selalu membaca tiap hari, bahkan tiap saat saya ada waktu luang!”

A: “Luar biasa. Buku apa yang Anda baca?”

B: “Facebook.

 

Percakapan di atas mungkin sekadar guyonan. Guyonan yang dalam kenyataan zaman ini merupakan sesuatu yang tidak asing; lekat dalam keseharian kita: membaca “buku” kehidupan pribadi orang lain. Kita tidak akan mengulasnya lebih jauh, tetapi menarik jika pembahasan dimulai dari sana.

Satu pengalaman terkait mengajak anak-anak membaca pernah saya jumpai di lembaga tempat saya bekerja. Kami memiliki PAUD yang muridnya berasal dari masyarakat kurang mampu. Setiap Kamis, kami adakan kelas parenting; kami ajak orang tua (para Ibu) masuk ke kelas, ambil bagian dalam pendidikan anak, kami latih mereka cara membacakan buku cerita secara menarik dan menyenangkan.* Kemudian, para orang tua dimotivasi untuk mempraktikkannya di rumah.

Ada satu siswa yang selama enam bulan lebih sangat sulit untuk diajak duduk dan dibacakan buku cerita oleh orang tuanya. Ia bahkan selalu marah dan berontak setiap kali akan dibacakan buku. Ia lebih gemar bermain dengan kawan sebaya atau menonton televisi. Namun, usaha gigih sang ibu membuahkan hasil. Akhirnya, si anak “takluk.” Ia lantas mau duduk tenang saat ibunya membacakan buku cerita. Bahkan, dengan penuh semangat ia mengajak kawan-kawannya untuk juga ikut menyimak pembacaan cerita di rumahnya.

Membaca (buku) memang butuh disiplin, terlebih di zaman sekarang ini, tatkala ragam tayangan televisi dan arus informasi di media sosial begitu deras dalam pandangan dan genggaman. Saking derasnya, kita tak sempat mengendapkannya. Maka, respons kita menjadi dangkal atau kadang kala tak tentu arah.

Membaca—bagi orang percaya—tidak sekadar sarana menambah pengetahuan; membaca merupakan salah satu sarana pertumbuhan mental dan rohani. Membaca menjadikan kita mengenal banyak sudut pandang pemikiran orang lain, memperkaya wawasan, bahkan mungkin saja menggelisahkan tatkala kita tengah bergumul dengan satu topik atau permasalahan tertentu. Membaca—dalam hal ini bacaan baik buku rohani maupun buku umum yang baik—memberikan asupan gizi yang menyehatkan jiwa.

John Stott, dalam The Contemporary Christian, menuliskan pernyataan yang menarik untuk kita simak: “We are called to double listening, listening to the Word, listening to the world.” Membaca adalah mendengar; dan kita mesti mencondongkan pendengaran untuk menyimak suara yang digemakan Firman serta disuarakan dunia; menyerap nilai dan prinsip kebenaran dari Kitab Suci serta menangkap isu-isu yang terjadi di tengah kehidupan.

Yang pertama penting supaya kita mengenal kebenaran dan menerapkannya; yang kedua juga tidak bisa kita abaikan karena mendengar suara dari dunia merupakan medan laga sesungguhnya, tempat kita mempraktikkan suara kebenaran Firman Allah. Apa yang kita dengar dari dunia kita selami dan nilai dalam terang Firman Allah. Dengan kata lain, “Buku yang baik melengkapi asupan yang kita peroleh dari Kitab Suci. Kita melihat kebenaran-kebenaran diwujudkan dan diterapkan. Kita ditolong untuk memahami diri sendiri dan orang lain. Kita direntang untuk menyelami sudut pandang yang berbeda dan menilainya dalam terang Firman Tuhan (Campus Lit Companion, IVP 1988).”

Jika buku sudah tersedia dalam jumlah dan judul yang limpah, tugas selanjutnya adalah mendekatkan kekayaan dunia bacaan tersebut kepada generasi ini; khususnya kepada anak-anak yang mesti kita disiplin untuk membaca sejak dini. Bacaan-bacaan yang menambah wawasan, menumbuhkan dan mengasah kualitas karakter yang selaras firman Tuhan, kemudian mendorong mereka hadir dan tampil kembali di tengah dunia untuk menggarami dan menerangi generasi mereka nanti. Salam Cinta Baca!

========
Nandar Sirait (@ininandar) aktif di Yayasan Cinta Baca (www.cintabaca.org).

*Program Kejar Cerdas, salah satu program strategis Yayasan Cinta Baca yang melibatkan keluarga-keluarga (para ibu) untuk aktif mendekatkan kekayaan dunia bacaan melalui pelatihan membacakan buku cerita kepada anak-anak dengan cara yang kreatif, menarik, dan menyenangkan.

Tinggalkan sebuah komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *