Ayu Aditiarani S., S. Th.:
Pembelajaran Daring dan Pendidikan Moral

Tahun ajaran baru 2020/2021 segera dimulai, dan tahun ini merupakan tahun yang istimewa. Sistem pendidikan berubah drastis. Kegiatan belajar-mengajar yang semula dilakukan secara tatap muka, oleh karena situasi pandemi Covid-19, harus dilakukan secara daring. Seluruh komponen pendidikan harus siap dengan sistem ini, walaupun kegiatan pembelajaran tanpa tatap muka tidak memberikan hasil maksimal, terutama terhadap anak didik.

Namun, yang menjadi pertanyaan penting, adalah apakah pendidik berhasil untuk “mendidik dan mengajar” anak didiknya? Mengingat seorang pendidik tidak hanya mengajarkan pengetahuan atau materi saja, namun juga harus mendidik para anak didik untuk dapat memiliki sikap yang baik, atau meminjam istilah filsuf Immanuel Kant, menumbuhkan moralitas yang baik dari setiap anak didik. Alkitab pun lebih menitikberatkan pentingnya moralitas dalam kehidupan umat Tuhan. Dalam kitab Amsal, misalnya, kita dapat menemukan berbagai-bagai nasehat supaya melakukan hal yang benar, sehingga dapat menumbuhkan moralitas yang baik. Dan tentunya, Alkitab mengajarkan untuk dapat berbuat yang benar, sehingga moralitas yang baik dan benar itu dapat tumbuh dan berakar kuat.

Moralitas hendaknya menjadi penekanan yang penting dalam pendidikan. Tidak hanya tingkat kecerdasan saja yang ditekankan, atau seberapa banyak ilmu pengetahuan yang berhasil diserap oleh anak didik, namun seberapa besarkah moralitas anak didik dapat berkembang. Anak didik diajarkan untuk bertindak bukan berdasarkan keinginannya, tetapi lebih kepada apa yang seharusnya mereka lakukan, bukan berdasarkan keinginan, namun apa yang benar untuk dilakukan.

Tentunya seseorang memiliki kecenderungan untuk melakukan sesuai dengan keinginannya, dan bukan melakukan sesuai dengan apa yang benar. Hal ini memerlukan bimbingan dan kedisiplinan serta komitmen yang tinggi untuk dapat melakukan hal yang benar, hingga akhirnya dapat melekat dalam setiap pribadi sebuah moralitas yang baik. Tujuan tersebut dapat dicapai jika dunia pendidikan dapat berperan untuk menekankan moralitas dalam sistem pendidikannya. Latihan kedisiplinan dalam upaya untuk menumbuhkan dan meningkatkan moralitas seseorang dapat dilakukan dalam dunia pendidikan.

Namun, latihan kedisiplinan saja juga tidak cukup untuk dapat menumbuhkan moralitas seseorang. Justru yang sangat penting diperlukan adalah pendampingan dan bimbingan. Pendekatan secara pribadi merupakan salah satu cara yang jitu menolong seseorang untuk menumbuhkan moralitasnya menjadi semakin baik. Pendampingan dan bimbingan secara berkelanjutan, bahkan sampai dewasa, akan semakin efektif membuat seseorang untuk memiliki moralitas yang mantap dan kuat. Hal ini harus diperhatikan oleh para pendidik dan pengajar, bahwa ia tidak hanya selesai dalam mentransferkan ilmu kepada anak didik, namun ia juga bertanggung jawab akan moralitas anak didiknya.

Pentingnya moralitas pendidik
Di sinilah fungsi pendidik yang sebenarnya. Mentransferkan materi dan pengetahuan tidaklah menjadi hal yang penting bila dibandingkan dengan berusaha untuk menolong anak didiknya memiliki moralitas yang baik dan kuat. Mengapa harus demikian? Karena, anak didik kelak akan menghadapi dunia yang nyata pada saat dewasa nanti, dimana segala jenis kejahatan akan menggodai dan dapat menjerumuskan mereka ke dalam kekelaman dosa. Mereka akan menemukan pilihan untuk berbuat yang benar atau berbuat sesuai dengan keinginannya, meskipun harus masuk dalam dunia kejahatan. Oleh karenanya, moralitas yang baik dan kuat harus dimiliki oleh setiap anak didik, sehingga mereka tidak akan terjerumus dalam kejahatan dan dosa. Dan untuk dapat melakukannya, tentunya seorang pendidik harus memiliki moralitas yang baik dan kuat terlebih dahulu. Bagaimana seseorang dapat mengajarkan tentang moralitas jika dirinya sendiri tidak bermoral? Inilah nilai standar yang harus dimiliki oleh seorang pendidik atau pengajar, ia harus memiliki moralitas yang baik dan kuat.

Dalam situasi pandemi ini, tidak dapat dipungkiri jikalau pendidik akan menemukan banyak kesulitan untuk dapat menumbuhkan moralitas yang baik dan kuat pada anak didiknya. Keterbatasan untuk bertemu secara tatap muka dengan sistem pembelajaran secara daring akan memperlebar jarak antara pendidik dan anak didik.

Meskipun demikian, pendidik hendaknya tetap fokus untuk melihat sejauh mana pertumbuhan moralitas anak didiknya. Apabila mendapati anak didiknya belum memiliki moralitas yang baik dan kuat, maka pendidik harus segera menanganinya dengan serius. Jika diperlukan pendampingan secara khusus maka harus dilakukan secara berkelanjutan hingga dewasa sampai memiliki moralitas yang baik dan kuat. Segala cara dan upaya harus dilakukan, pendekatan secara pribadi, pendekatan kepada keluarga anak didik, segala hal harus diupayakan secara maksimal, sebab moralitas yang baik dan kuat akan mempengaruhi integritas individu, dan secara luas berpengaruh pada integritas bangsa.

Tinggalkan sebuah komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *