Sudi Ariyanto:
Manusia Bukan Lagi Padat Karya, Tapi Padat Informasi

Karena manusia memiliki “bakat melawan” Allah, maka sains dan teknologi yang dikuasai oleh orang yang pandai tetapi tidak takut kepada Allah akan dapat menimbulkan bencana bagi kemanusiaan atau setidaknya akan menimbulkan dilema.

Pada akhir tahun 1999 terdapat suatu “perdebatan” mengenai kapan millenium baru itu mulai. Bagaimana kita menentukan awal dari millenium itu?
Di dalam waktu nyata, semuanya berawal dari tahun 1 dan karena itu abad pertama berlangsung dari tahun 1 hingga tahun 100, abad kedua dari tahun 101 hingga 200, dan seterusnya. Dalam hal selang waktu seribu tahun (milenium), maka milenium pertama berlangsung dari tahun 1 hingga tahun 1000, milenium kedua tahun 1001 hingga 2000 dan milenium ketiga berlangsung tahun 2001 hingga 3000. Dari pemahaman ini maka dapat dikatakan bahwa milenium ketiga baru akan berlangsung pada tanggal 1 Januari 2001.
Sistem kalender yang kita gunakan sekarang ini adalah sistem yang ditetapkan oleh Paus Gregorius pada tahun 1582. Sistem kalender Gregorius ini merupakan penyempurnaan dari sistem kalender yang ditetapkan oleh kaisar Roma Julius Caesar. Menurut perhitungan biarawan/ahli astronomi Christopher Clavius, pada tahun 1582 kalender Julius memiliki akumulasi kesalahan 10 hari, karena itu Paus Gregorius menetapkan bahwa hari sesudah 4 oktober 1582 adalah tanggal 5 Oktober 1582.
Tahun yang kita gunakan saat ini berawal dari tahun 1 yang diyakini merupakan tahun kelahiran Yesus Kristus. Jadi tahun 2000 berarti 2000 tahun sesudah kelahiran Yesus Kristus. Sistem pemberian tahun semacam ini bermula pada awal abad keenam ketika  seorang biarawan dan sekaligus ahli astronomi bernama Dionysius Exiguus dari wilayah yang sekarang ada di barat daya Rusia mengompilasi tanggal perayaan Paskah menurut kalender yang digunakan saat itu (kalender Diocletian). Dia memutuskan untuk mengawali suatu era untuk menghormati kelahiran Yesus Kristus dan membuat tahun 248 kalender Diocletian Nostri Jesu Christi atau 532 AD. Tahun sebelum kelahiran Yesus diberi tanda BC (Before Christ). Di dalam bahasa Indonesia dikenal dengan tahun Masehi untuk menunjukkan tahun sesudah kelahiran Kristus dan sebelum itu disebut SM (Sebelum Masehi).
Hasil penelitian lain menunjukkan bahwa ternyata kelahira Yesus bukan pada tahun 1 seperti yang diperikirakan oleh Dionysius, melainkan tiga tahun sebelumnya. Jadi kalau menurut sistem tahun kalender yang kita gunakan, maka Yesus Kristus dilahirkan pada tahun 4 BC. Kalau kita benar-benar berpegang kepada waktu kelahiran Yesus Kristus, maka milenium ketiga sudah berlangsung mulai tanggal 1 Januari 1997.

Kondisi Kerja
Apa yang mungkin terjadi pada Milenium ketiga yang kita sepakati saja mulai pada tanggal 1 Januari 2001? Pertama kita coba melihat dari segi kondisi kerja. Alvin Toffler, penulis buku Future Shock, Third Wave dan Power Shift, menandai kemajuan peradaban manusia menjadi tiga gelombang utama. Gelombang Pertama adalah kemajuan masyarakat berdasarkan pertanian, pada Gelombang Kedua kemajuan bertumpu kepada industri, sedangkan Gelombang Ketiga berdasar kepada informasi. Menurut saya, Gelombang Ketiga seperti yang disebutkan Toffler itu akan semakin kelihatan nyata dalam kehidupan sehari-hari manusia dan juga pada masa itu akan terjadi perubahan pada kondisi kerja. Dengan kemajuan sains dan teknologi, khususnya di bidang yang berkaitan dengan informasi, manusia bekerja bukan lagi padat karya, tetapi padat informasi. Lapangan pekerjaan akan semakin terspesialisasi dan knowledge content-nya semakin tinggi. Keadaan terspesialisasi ini membuat lowongan pekerjaan yang ada hanya dapat diisi oleh orang dengan spesialisasi sesuai dan keadaan ini bisa menimbulkan pengangguran bagi orang yang tidak memiliki spesialisasi tersebut. Pada zaman Gelombang Kedua, lowongan pekerjaan yang tersedia dapat diisi oleh orang lain dengan cepat karena orang dapat dengan cepat dilatih untuk melakukan pekerjaan itu. Pada masa Gelombang Ketiga, pekerjaan memiliki knowledge content yang tinggi sehingga orang membutuhkan waktu yang lama untuk dapat mengerjakan pekerjaan yang berbeda dengan spesialisasinya.
Pada masa pertanian, orang yang memiliki tanah yang luas memiliki kekuasaan, pada masa industri orang yang memiliki uang memiliki kekuasaan. Pada abad atau milenium baru ini, kekuasaan akan dipegang oleh orang yang memiliki informasi atau pengetahuan. Apa yang dikatakan orang “knowledge is power” akan semakin kelihatan bentuknya. Akibatnya orang atau negara yang tidak memiliki kemampuan dalam hal sains dan teknologi hanya akan menjadi konsumen dan mungkin menjadi “hamba” dari yang lain.

Perkembangan Sains dan Teknologi
            Mulai dari Abad 21, perkembangan sains dan teknologi akan semakin pesat. Inovasi sains dan teknologi akan memiliki ciri antara lain: ukuran semakin kecil, kemampuan semakin besar, semakin hemat energi, semakin ramah lingkungan, bertenaga semakin tinggi.
Perkembangan sains dan teknologi, khususnya dalam bidang elektronika, akan menghasilkan komputer yang bisa disandang seperti walkman. Perkembangan teknologi robot pun akan semakin cepat dengan memanfaatkan kemajuan di bidang elektronika dan komputer. Dengan semakin banyaknya produk robot, maka nantinya pekerjaan yang berat, kotor, dan berbahaya akan dikerjakan oleh robot. Selain itu orang juga akan dihibur atau dilayani oleh robot-robot yang semakin halus gerakannya dan semakin pintar.
Teknologi informasi akan menghasilkan sebuah dunia yang tanpa batas. Dengan sistem satelit dan komunikasi tanpa kabel dengan gelombang radio ataupun sinar inframerah, seseorang dapat dihubungi di manapun dia berada. Bahkan ketika berada di luar angkasa atau mungkin di planet lain.
Pengetahuan manusia akan alam semesta dan juga akan manusia itu sendiri akan semakin tinggi. Manusia nanti akan dengan mudah bepergian ke ruang angkasa dan bahkan akan tinggal beberapa saat di sana. Dengan diketahuinya seluruh peta gen ataupun DNA manusia, maka manusia dapat menghasilkan obat-obatan yang lebih baik.

Tantangan Iman
Dengan kemampuan manusia yang sangat tinggi tersebut belum tentu dunia akan semakin baik. Karena manusia memiliki “bakat melawan” Allah, maka sains dan teknologi yang dikuasai oleh orang yang pandai tetapi tidak takut kepada Allah akan dapat menimbulkan bencana bagi kemanusiaan atau setidaknya akan menimbulkan dilema. Apa yang dulu dikatakan berada dalam domain Allah, kini sudah diketahui oleh manusia dan ini membuat manusia lebih susah beriman. Dan kemampuan dalam sains dan teknologi ini bisa digunakan untuk melawan Allah itu sendiri.
Dengan kemampuan masuk ke dalam wilayah kunci gen ataupun DNA, orang dapat menghasilkan manusia yang memiliki sifat, kemampuan, kondisi fisik yang dikehendakinya, dan karena itu mereka bisa merasa seperti Allah. Dan apabila ini terjadi, maka kejadian manusia pertama yang jatuh ke dalam dosa karena ingin menjadi seperti Allah akan terulang kembali.
Untuk kita sendiri secara pribadi haruslah kita mempersiapkan diri memasuki milenium baru ini. Apa yang harus kita lakukan?
Pertama, kita harus memiliki pengetahuan dan menguasainya sedalam-dalamnya sehingga kita tidak termarginalkan. Untuk itu dibutuhkan kerja keras dan tidak tanggung-tanggung.
Kedua, kita harus memiliki hubungan yang akrab dengan Allah kita dalam Yesus Kristus. Kemajuan sains dan teknologi yang sangat pesat di satu pihak dapat menjadi ancaman bagi kemanusiaan, namun di pihak lain ia bisa menjadi alat bagi manusia untuk semakin mengagumi Sang Pencipta. Gempuran informasi yang terus menerus dari media massa, internet, televisi kabel akan dapat menggoyahkan iman kita. Melalui hubungan yang erat dengan Sang Pencipta, kita dapat diberi kekuatan dan hikmat oleh Roh Kudus untuk dapat tetap berpegang teguh kepada Allah kita. Kita bersandar kepada  Allah yang tidak berubah, bukan kepada segala kemajuan sains dan teknologi yang masih sering berubah.
Ketiga, kita ikut menggarami dunia ini. Apabila kita menguasi pengetahuan, kita memiliki kemampuan, maka kita akan dapat ikut mewarnai wacana pemikiran, gagasan sebagai alternatif – kalau bukan penanding – terhadap yang tidak sesuai dengan maksud Allah.

 

 

 

—– Dituliskan oleh Sudi Ariyanto
—– Dituliskan pada edisi No.6 November-Desember 2000, Memasuki abad 21 

Berikan tanggapan