Sabda Wahyudi, S.E., M.Th.:
Pelayanan Panggilan atau Pilihan?

Dalam kehidupan bergereja maupun dalam sebuah persekutuan kita tentu pernah mendengar ada aktivis persekutuan, majelis atau pengurus gereja yang memohon izin, untuk tahun ini tidak dilibatkan dulu dalam pelayanan karena sesuatu hal. Tentu dalam beberapa pertimbangan, hal ini tidak bisa selalu dianggap keliru. Ada kalanya seseorang dimungkinkan untuk sementara undur atau tidak ambil bagian dalam pelayanan karena suatu pergumulan tertentu.

Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa situasi ini sepintas memberi kesan, bahwa pelayanan adalah suatu pilihan, sesuatu yang bisa kita ambil atau kita tinggalkan. Benarkah pelayanan itu adalah sesuatu pilihan?

Sering kita jumpai juga karena faktor kesibukan seorang Kristen, apalagi ketika diperhadapkan dengan kehidupan nyata pascasiswa dan mahasiswa. Berbagai tuntutan karier, kebutuhan juga tanggung jawab keluarga cukup menyita waktu, menyebabkan orang harus memilih aktivitas dari padatnya dan terbatasnya waktu, sehingga memaksa seseorang untuk mempertimbangkan apakah akan terlibat kegiatan pelayanan atau tidak.

Kemudian yang menjadi pertanyaannya adalah: apakah bagi seorang Kristen, pelayanan adalah juga merupakan sebuah pilihan hidup? Pelayanan: apakah itu sebuah pilihan, ataukah sebuah panggilan sebagai seorang Kristen? Pernahkan pelayanan itu berada di posisi sebagai sebuah pilihan hidup? Ataukah pelayanan itu persoalan ketaatan seseorang terhadap panggilan-Nya? Untuk menyelidiki hal ini, mari kita melihat terlebih dahulu apa yang melatar belakangi seseorang terlibat suatu pelayanan.

Pelayanan Sebagai Ekspresi Atas Penyelamatan

Kisah orang Gerasa yang kerasukan (Luk 8:26-39) menolong kita untuk melihat, bagaimana dari seseorang yang terpinggirkan, tidak bernilai di mata manusia, tidak berdaya karena kuasa Si Jahat, mendapat uluran tangan kasih Yesus. Yesus satu-satunya yang menganggapnya lebih bernilai daripada sekumpulan babi-babi itu. Pertolongan dan kasih Yesus itu menggerakkan dirinya untuk tidak bisa menahan diri menceritakan cinta kasih Tuhan kepada orang-orang yang dijumpainya, sampai menjangkau sepuluh kota (Dekapolis). Ketika seseorang disentuh oleh kasih Allah, dia akan memiliki kerinduan yang tidak bisa ditahan untuk menjadi pemberita kasih-Nya. Pengalaman pribadinya dengan Sang Penebus menjadi energi yang cukup kuat untuk menggerakkannya menjadi saluran kasih Allah, dan itu sulit untuk dilawan, bahkan sulit untuk menjadikannya hanya sebagai sebuah pilihan hidup.

Pelayanan Adalah Pancaran Kasih Kepada Sang Juruselamat.

Dalam Injil Yohanes 21:15-19, tiga kali Petrus menjawab Yesus yang bertanya kepadanya, apakah Petrus sungguh-sungguh mengasihiNya. Pengulangan itu menunjukkan betapa pentingnya kasih kepadaNya itu sebagai energi yang menggerakkan Petrus untuk menggembalakan domba-domba Kristus. Cinta akan Kristus menguatkan Petrus dalam perannya menjadi pemimpin jemaat dan menggembalakannya. Pertanyaan Yesus kepada Petrus itu diulang, karena Yesus tahu, kecintaan yang dalam kepadaNya merupakan satu-satunya energi bagi Petrus untuk bertahan kelak, ketika mengalami penganiayaan dan kematian menjemputnya karena kesetiaannya kepada pemberitaan Injil. Ucapan syukur akan penebusan-Nya serta cinta yang dalam sebagai respon akan kasih Yesus itu, menggerakkan orang untuk memberi hidup bagiNya.

Pemikiran Dikotomis yang Menjadi Penghalang

Setiap bidang kegiatan yang kita lakukan akan menjadi sebuah mezbah syukur kepadaNya. Cara pandang kehidupan yang terkotak-kotak antara kegiatan sekuler dan rohani hanya akan memunculkan seolah-olah hal rohani atau pelayanan menjadi salah satu pilihan dibanding kewajiban karier. Padahal setiap sisi kehidupan kita, apakah itu karier, kesenangan, relasi-relasi sebenarnya semuanya itu akan mencerminkan injil. Orang akan melihat seluruh kehidupan kita sebagai jendela untuk melihat siapa Kristus. Jika seseorang masih berpikir dikotomis, maka ia akan menjadikan pelayanan dan aktivitas rutin harian itu sebagai sebuah pilihan kegiatan, dimana seolah-olah karier bukanlah sebuah persembahan syukur. Meja kerja kita seharusnya merupakan sebuah mezbah kurban syukur yang di atasnya kita bisa mempersembahkan prestasi dan kesungguhan kerja sebagai pernyataan hormat dan puji kepada Allah. Pekerjaan bisa menjadi ladang misi, dimana dalam keseharian kita terlibat di dalamnya. Penginjilan dan pelayanan bisa menjadi gaya hidup kita di tengah-tengah panggilan karier kita.

Hakikat Penebusan Kita: Dirancang untuk Memuliakan Allah

Karya penebusan Kristus tidak berhenti pada pengampunan dan anugerah hidup kekal saja. Dalam surat Efesus 2:10, rasul Paulus menjelaskan bahwa melalui penyelamatan dalam Kristus kita sebenarnya sedang dirancang dalam rangka untuk menjadi alat bagi kemuliaan-Nya. Kehidupan kita akan sia-sia jika dijalani tanpa sesuai desain Allah. Sebuah “pekerjaan baik” dipersiapkan bagi kita dan Tuhan mau kita hidup di dalamnya. Di sini kita mengerti, bahwa melayani bukanlah sebuah pilihan, namun sebuah kelanjutan perjalanan iman setelah kita diselamatkan untuk dikuduskan dan dipakai bagi kemuliaan-Nya.

Melayani: Respon Atas Sentuhan Ilahi

Melayani Allah bukanlah sebuah pilihan, tetapi adalah sebuah respon, sebuah ekspresi hidup orang yang disentuh oleh kasih Allah. Ketika orang mengalami Injil dan disentuh oleh kasih Allah, ia akan gelisah melihat jiwa-jiwa di sekitarnya dan hatinya akan rindu orang lain mengalami hal yang sama seperti yang sudah dia alami. Panggilan itu tidak akan bisa dipungkiri, sebab itu juga merupakan hakikat mengapa dia diciptakan dan ditebus dalam Kristus.

Pertanyaan bagi kita: sudahkah kita disentuh kasih Allah itu sehingga membuat kita rindu mengekspresikan sukacita itu melalui semua aspek dalam hidup kita? Sudahkan kita menikmati kasih-Nya, sehingga kita rindu pergi ke “sepuluh kota” untuk mewartakan injil-Nya? Apakah kasih kita kepadaNya cukup kuat untuk menopang berbagai pergumulan kesibukan dan tantangan di dunia untuk terus berjuang mewartakan injil-Nya dan menggembalakan domba-domba-Nya? Selamat merespon panggilan Allah dan menjalani desain-Nya. Dunia menanti “aliran-aliran air hidup” yang akan memancar dari kehidupan anda. Selamat melayani, Tuhan memberkati. Amin.


*Penulis adalah Staf Perkantas Solo

Tinggalkan sebuah komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *