Kabar Tamu Agung akan datang
Telah jadi headline di mana-mana
Tapi karena unsur kapan diujar samar
Berita pantik beragam tafsir liar
Ada yang latih diri tak sentuh urusan dunia
Sebisa dua puluh empat jam ngendon di gereja
Kadang umat bingung ini karyawan atau pendeta
Kalau ditanya jawabannya sangat rohani
Seribu hari di tempat lain tak sebaik
sehari di pelataran-Nya
Ia lupa rumah Tuhan bukan rumah sendiri
apalagi rumah mertua
Ada lagi yang sok tahu
Kapan Tamu Agung tandang kali kedua
Bilangnya tanda-tanda sudah jelas
Tak mungkin luput tak mungkin bias
Lalu tetapkan hari, tanggal, jam segala
Umat dipacu makin giat berkorban
Jual properti, obligasi, barang perhiasan
Di sorga emas permata tak dibutuhkan
Tugas kita di sana hanya naikkan pujian
Begitu dari mimbar selalu digemakan
Beda khotbah beda tindakan
Dengan tata kelola rapi jali
Saat umat dibuai mimpi
Atas nama keluarga
Teman dekat atau pribadi
Mereka sat-set investasi
Hotel, ruko, tambang, sawit
hingga kapal pesiar pribadi
Selaku pemimpin begitu yakin
Umat sebodoh keledai
Tak cium bau bangkai
Atau pura-pura lupa
Dulu di tempat yang sama
Sang Tamu Agung murka
Usir jungkir-balikkan meja
Saat calo agama
Ubah Rumah Bapa
Jadi sarang mafia
Rumah doa
Jadi rumah dosa
Ya, Sang Tamu Agung
Jika berbilang tarikh
Kami nantikan datang-Mu
dengan sikap tak terpuji
Asyik urus hal kulitan
tapi buang saripati
Sibuk hias gedung gereja
bukan cermat siapkan hati
Ikut sebar kabar dusta
miskin ujar pemberi asa
Pandang hidup seakan
hanya soal kemalangan
tanpa cahaya tuna harapan
Menapak lebih andalkan akal
bukan iman atau tawakal
Selalu banggakan berjibun materi
daripada berserah diri
Atas segala yang tak pantas
ugal-ugalan dukakan hati
Ampunilah dosa kami!
Basuki, Jakarta, 5 Oktober 2023