Judul di atas diucapkan oleh Winston Churchill, Perdana Menteri Inggris semasa Perang Dunia II. Ini merupakan semboyan nasionalisme yang dipegang hingga kini. Semboyan yang berarti “benar atau salah adalah negaraku,” dapatkah menjadi semboyan kita? Apakah hal tersebut sesuai dengan prinsip-prinsip Alkitab tentang nasionalitas? Renungan ini akan membukakan prinsip Alkitab tentang nasionalitas dari kehidupan Yeremia sebagai nabi Tuhan dan juga nubuat-nubuatnya untuk orang-orang Yehuda di pembuangan.
Yeremia berasal dari Anatot (1:1). Ia hidup pada zaman Raja Yosia sampai zaman Raja Zedekia, yaitu sampai penduduk Yerusalem diangkut ke dalam pembuangan (1:2-3).
Yeremia dipanggil Tuhan menjadi nabi pada usia yang sangat muda (1:2). Ia menjadi nabi Israel yang paling terkemuka karena tugas yang dibebankan kepadanya merupakan tugas yang mustahil. Tuhan menugaskannya untuk mengembalikan ketaatan Yehuda pada hukum Tuhan ketika mereka hidup tidak taat dan secara negara sedang menuju kehancuran.
Yeremia dikenal sebagai nabi ‘Ratapan.’ Mengapa? Ia adalah satu-satunya nabi yang telah berjuang keras kurang lebih selama 40 tahun, sendirian, sering mengalami pertentangan, dan yang lebih menyedihkan lagi, ternyata hasilnya… tidak ada yang bertobat.
Dalam satu masa pelayanan Yeremia, Yehuda diajak Mesir untuk bersama-sama menyerang Babel, yang menjadi negara terkuat saat itu. Yeremia dengan gigih melawan usul tersebut (2:18, 36; 25:17-19; 28; 37:7), menentang nabi-nabi palsu dengan menegaskan bahwa kegiatan-kegiatan mereka yang pro-Mesir itu bertentangan dengan kehendak Allah. Namun, bangsa Yehuda lebih senang mendengarkan nabi-nabi palsu yang menggunakan nama Yahweh untuk mendukung politik pro-Mesir mereka. Mereka mendakwa bahwa sikap dan perkataan Yeremia itu melemahkan semangat juang nasional mereka.
Yeremia melakukan hal tersebut bukan karena ia membenci bangsanya, tetapi karena ia menaati perintah Allah dan juga percaya bahwa Allah telah berencana untuk menjadikan Babel sebagai alat untuk menghukum umat-Nya yang menentang kehendak-Nya (ps. 27).
Nebukadnezar akhirnya mengepung Yerusalem, sementara Mesir bergerak lamban untuk menolong Yerusalem. Yeremia sudah mengingatkan bahwa bila Yehuda menaruh kepercayaan pada Mesir, itu hanya akan membuka jalan bagi bencana dan pembuangan. Dan hal itu menjadi kenyataan.
Orang-orang Babel bertindak sangat ganas (2 Raj. 25). Dengan hati remuk, Yeremia melihat penggenapan yang pahit dari nubuat-nubuat yang disampaikannya. Yehuda diangkut ke pembuangan.
Di pembuangan, tampaknya Allah tidak bertindak, tetapi memerintahkan mereka untuk berdoa dan mengupayakan kesejahteraan bangsa yang menawan mereka. Allah, melalui Yeremia, memerintahkan supaya tua-tua, imam-imam, nabi-nabi, dan seluruh rakyat Yehuda yang ada dalam pembuangan mengusahakan kesejahteraan kota tempat mereka dibuang.
Walaupun perintah itu sangat aneh, namun Yeremia tetap menyampaikannya kepada bangsa Yehuda. Akibatnya, orang-orang Yehuda, sekalipun sebagai bangsa tawanan, juga harus mengusahakan kesejahteraan bangsa yang menawan mereka. Itu berarti Yehuda harus bekerja keras mengupayakan perdamaian dan kesejahteraan.
Perintah mendoakan kesejahteraan musuh membukakan pengertian baru bagi bangsa Yehuda, khususnya Yeremia, bahwa Allah hadir bukan hanya di Yerusalem atau di Bait Allah, tetapi juga di tempat pembuangan. Hal tersebut tidak seperti pemahaman mereka selama ini yang menganggap bahwa Tuhan hanya hadir di tanah Kanaan, khususnya di Bait Allah.
Dalam kitab Yeremia ini, terlihat bahwa Tuhan-lah yang menghendaki mereka dibuang dan ditempatkan di negeri asing. Hal itu tampak dalam pernyataan ‘kemana kamu Aku buang’ (7). Dari semua itu, ada penghiburan dan pengharapan bahwa Tuhan-lah yang membawa dan menempatkan mereka ke pembuangan, maka Ia juga yang akan memelihara dan memberikan kepada mereka masa depan yang penuh harapan (11).
Di sisi lain, kita melihat ketaatan dan kecintaan Yeremia pada bangsanya. Itu dibuktikan dengan kejujurannya menyampaikan perintah Tuhan, walaupun ‘titah’ tersebut pahit kedengarannya (Amsal 23:14). Ia tetap setia menyuarakan suara Tuhan terhadap pemerintah saat itu, meskipun mereka tidak mendengarkan. Yeremia mencintai bangsanya dengan sudut pandang Allah.
Bagaimana dengan kita, umat Kristen, di negara Republik Indonesia ini? Pernahkah kita merenungkan, seperti yang dinyatakan J.F. Kennedy yang terkenal, “Jangan tanyakanlah apa yang telah kau berikan pada negaramu”? Apa yang Tuhan ingin kita perbuat di negeri ini? Sebagai mahasiswa dan alumni, kita memiliki peluang besar untuk berperan. Kita, sebagai orang Kristen, seharusnya meneladani sikap hidup Yeremia. Kita perlu setia menyuarakan suara kenabian untuk melawan ketidakadilan dan ketidakbenaran yang ada di tengah-tengah masyarakat dan pemerintah kita. Tugas itu harus terus kita emban, walaupun mungkin suara kita seperti suara jangkrik yang berseru-seru di padang pasir. Biarlah kita mencintai bangsa ini bukan dengan cinta semu, tetapi dengan cinta yang murni yang sesuai dengan sudut pandang Allah.
Allah menempatkan kita di Indonesia bukan suatu hal yang kebetulan, tetapi ada maksud dan tujuan, yaitu wajib mengusahakan kesejahteraan masyarakat tanpa pandang bulu. Dan sebagai generasi penerus, yang dilahirkan di bumi pertiwi ini, seharusnya kita lebih memiliki rasa kepemilikan dan pengisian negara ini.
“Right or wrong is my country” tidak berarti menghilangkan sikap kritis dan menutup mulut kita terhadap ketidakbenaran dan ketidakadilan yang ada. Sikap kritis dan menyuarakan kebenaran serta mengupayakan kesejahteraan masyarakat acapkali bertentangan dengan keinginan orang tertentu. Namun, itu tidak berarti kita boleh tidak peduli. Yeremia telah mencontohkan semangat kepeduliannya terhadap bangsanya. Semangat yang mendasari semboyan tersebut dapat kita terapkan di persada Nusantara ini, yaitu semangat untuk terus membangun dan menyuarakan kebenaran. Karena kepedulian dan keterlibatan kita di negara ini, seberapapun kecilnya, menunjukkan besarnya nasionalisme kita.
Dituliskan oleh Ester Ch.Winardi, Alumnus Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer (STIK) Budi Luhur, Jakarta