Philip Ayus:
Rekayasa

Hari Kamis, 4 Desember 2008, Imam Hambali alias Kemat dan Devid Eko Prianto akhirnya dapat kembali menghirup udara bebas setelah mendekam di tahanan selama 13 bulan.[1] Mereka dan juga Maman Sugianto alias Sugik, yang divonis bebas 13 hari kemudian berdasarkan Putusan MA yang mengabulkan Peninjauan Kembali (PK) Devid dan Kemat,[2] adalah sebagian kecil dari korban rekayasa kasus yang dilakukan oleh—ironisnya—penegak hukum. Tindakan penangkapan atas ketiganya pun di luar prosedur karena dilakukan tanpa adanya bukti permulaan yang cukup, yaitu minimal 2 alat bukti, dan tidak memperhatikan asas praduga tak bersalah (Hakim, Paidjo, & Putra, 2020). Di tahanan, Devid dan Kemat disiksa agar mau mengakui tindak pidana pembunuhan yang disangkakan oleh penyidik.[3] Sugik yang ditersangkakan kemudian juga mengalami perlakuan serupa.[4] Semua yang mereka derita hanyalah demi menyesuaikan narasi yang telah disusun—lebih tepatnya, direkayasa—oleh para penyidik.

Istilah rekayasa memiliki dua makna yang bisa dibilang bertolak belakang. Makna pertamanya, menurut KBBI, adalah “penerapan kaidah-kaidah ilmu dalam pelaksanaan (seperti perancangan, pembuatan konstruksi, serta pengoperasian kerangka, peralatan, dan sistem yang ekonomis dan efisien).” Sedangkan makna kedua merupakan kiasan, yakni yang dimaksudkan oleh judul tulisan ini, adalah “rencana jahat atau persekongkolan untuk merugikan dan sebagainya pihak lain.”[5] Makna pertama bersifat konstruktif, sedangkan makna kiasannya bermakna destruktif.

Tentunya, para perekayasa tak menginginkan perbuatan mereka tersingkap di depan publik. Kejatuhan atau bahkan kematian korban rekayasa mereka juga akan dirancang sedemikian rupa sehingga tampak wajar bagi khalayak. Rekayasa raja Daud untuk membunuh Uria dengan memerintahkan Yoab menempatkan suami Batsyeba itu di barisan depan dalam pertempuran yang paling sengit tanpa pasukan bantuan supaya terbunuh dalam perang merupakan salah satu rekayasa tercerdik sekaligus terjahat.[6] Bagaimana tidak? Raja Daud menitipkan surat untuk panglima Yoab berisi rekayasa pembunuhan tersebut kepada Uria, sehingga bisa dikatakan, bahwa Uria berangkat ke medan perang dengan membawa surat kematiannya sendiri!

Bisa jadi ada perekayasa yang beralasan melakukannya dengan maksud baik. Raja Daud barangkali ingin melindungi “marwah” Tuhan yang tercermin dalam citra baik nan saleh Sang Raja, sehingga setelah gagal membujuk prajuritnya yang naas itu untuk pulang dan bersetubuh dengan isterinya, satu-satunya solusi yang dapat dipikirkannya adalah membuat Uria mati, kemudian segera menikahi Batsyeba sebelum perutnya makin besar dan menimbulkan pergunjingan yang menodai tahta raja. Demikian pula halnya dengan para penyidik yang menangkap tersangka secara sembarangan kemudian menyiksa mereka untuk mendapatkan pengakuan, yang akan dijadikan salah satu alat bukti kuat di pengadilan. Mereka mungkin beralasan ingin menjaga marwah kepolisian, yang akan tercoreng apabila kasus yang ada tak segera dituntaskan, atau apabila mereka harus memulangkan para tersangka. Pun demikian halnya dengan Fredy Sambo c.s., yang merekayasa kronologi terbunuhnya Brigadir Joshua.[7]

Tetapi sekalipun beralasan punya maksud baik, tetap saja para perkayasa takkan tenang apabila persekongkolan yang dirancangkan terbongkar sebelum tercapainya tujuan, dan akan kurang begitu senang apabila di kemudian hari, rekayasanya tersebut terpublikasikan. Itu sebabnya, setiap aktivitas pendukungnya dilakukan secara tersembunyi. Semua yang terlibat di dalamnya juga diharapkan tutup mulut, alias tidak membocorkannya ke pihak lain. Dan, itu justru menunjukkan betapa jahatnya mereka!

Intervensi Ilahi

Namun, ada satu hal yang dilupakan oleh para perekayasa, mulai dari raja Daud yang merekayasa pembunuhan Uria, para penyidik di kasus Devid, Kemat, dan Sugik, hingga yang terkini, Ferdy Sambo yang menyalahgunakan jabatan dan posisinya untuk menutup-nutupi apa yang sebenarnya terjadi dalam tragedi terbunuhnya Brigadir Joshua. Satu hal itu bernama intervensi Ilahi, yakni ketika Tuhan mengulurkan tangan-Nya, menggerus rekayasa mereka, dan mengekspos rancangan tersembunyi mereka. Karena sibuk “playing God”, alias bertindak seperti Tuhan, para perekayasa tak mengantisipasi kehadiran Tuhan yang sejati.

Salah satu kutipan yang indah mengenai intervensi Ilahi adalah ketika Yusuf menghiburkan hati saudara-saudaranya sepeninggal ayah mereka,

“Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar.”

Kejadian 50:20, TB

Yusuf tidak hanya mengamati segala sesuatu di bawah matahari, melainkan melampauinya. Tatkala menolak ajakan isteri Potifar, Yusuf tahu betul, bahwa ada Allah yang di atas matahari dan peduli kepada setiap umat-Nya. Dia bukanlah ilah yang pasif dan tidak peduli, melainkan sebaliknya, Allah yang peduli dan secara aktif memelihara umat-Nya. Dengan kuasa-Nya yang tak terbatas, Dia sanggup memutar-balikkan segala rekayasa jahat manusia menjadi rancangan yang indah bagi mereka yang mengasihi—dan terlebih lagi—dikasihiNya (lih. Roma 8:28). Tak hanya kuasa-Nya yang tak terbatas, kasih-Nya pun tak tertandingi, sehingga Dia merelakan Putra Tunggal-Nya, Yesus Kristus, agar “setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup kekal” (Yohanes 3:16). Rekayasa iblis untuk menjauhkan manusia dari Tuhan diputarbalikkan di atas salib!

Intervensi Ilahi sesungguhnya menunjukkan kepedulian Allah akan umat-Nya. Bukan hanya “umat” secara bersama-sama, melainkan juga secara pribadi. Bukan hanya korban, melainkan juga pelaku. Bahkan sejak pertama kali manusia jatuh ke dalam dosa, Tuhan secara pribadi berbicara kepada Adam dan kemudian Hawa.[8] Sejak semula, manusia berdosa sudah melakukan rekayasa untuk menutupi aib dan dosa mereka. Tetapi sejak semula pula, Tuhan membongkar rekayasa manusia berdosa karena bagi Dia, tidak ada yang tersembunyi, dan lebih daripada itu, karena Dia adalah Allah yang peduli.

Sebagai Bapa, Dia takkan menginginkan anak-anak-Nya terus berkubang di dalam dosa, tak peduli seberapa rapi rekayasa yang dibuat untuk menutup-nutupinya. Dia bukanlah Pribadi yang berprinsip “bodo amat.” Dia pasti akan mengintervensi setiap rekayasa yang dilakukan oleh anak-anak-Nya untuk menutup-nutupi aib dan dosa mereka—tak peduli semulia apapun motifnya. Ada yang dibongkar rahasia pembunuhannya lewat perantaraan nabi seperti raja Daud yang ditegur nabi Natan, ada yang diungkap rekayasa kasusnya melalui pengacara para korban salah tangkap dan hasil tes DNA korban dari kasus lain serta pengakuan pelaku sebenarnya seperti yang dialami oleh Devid, Kemat, dan Sugik, dan ada pula yang dibuka persekongkolannya melalui pengakuan salah satu anggota komplotannya seperti dalam kasus pembunuhan Brigadir Joshua.[9]

Menantikan Allah

Tentu saja, tak sedikit pula kasus yang masih menjadi misteri hingga saat ini, seperti pembunuhan aktivis HAM Munir, peristiwa Talangsari, tragedi Trisakti, dan sebagainya.[10] Dalam terang firman Tuhan, apapun yang terjadi dalam lintasan sejarah tak ada yang luput dari pengamatan-Nya. Pemazmur menuliskan, betapa Dia adalah Allah yang meski bertakhta di sorga, senantiasa mengamat-amati manusia dan memberikan hukuman setimpal bagi orang jahat.[11] Memang, ada kalanya intervensi-Nya tampak terlalu lama, jika bukan terlambat dalam perspektif manusia. Uria, misalnya, sudah terlanjur gugur di medan perang sebelum akhirnya nabi Natan membuka persekongkolan Daud. David, Kemat, dan Sugik juga sudah terlanjur masuk penjara sebelum akhirnya dibebaskan karena terbukti tak bersalah. Demikian pula halnya dengan Brigadir Joshua yang sudah meninggal ketika rekayasa kronologi kematiannya mulai terbongkar. Mengenai kapan dan bagaimana kedok para perekayasa diungkap, itu sepenuhnya di tangan Allah. Yang jelas, Dia membuat segala sesuatu indah pada waktunya.[12] Itu yang dapat kita percaya dan harapkan.

Oleh karena itu, setiap orang yang mengaku percaya kepadaNya haruslah membebaskan pikirannya dari rekayasa untuk menutupi aib dan dosanya. Sebaliknya, apabila sadar telah berbuat dosa, ia haruslah segera mengakui dan tidak berusaha menutup-nutupinya agar mendapatkan belas kasihan Allah, sebagaimana dituliskan di dalam kitab Amsal:

Orang yang menutup-nutupi pelanggarannya tidak akan berhasil, tetapi orang yang mengakui dosanya dan berhenti melakukan yang salah akan mendapat belas kasihan.

Amsal 28:13, VMD

Di sepanjang Alkitab, Allah secara konsisten menyatakan Diri-Nya sebagai Pribadi yang berbelas kasihan kepada mereka yang mau bertobat dan berbalik kepadaNya, bahkan ketika nabi-Nya beranggapan, bahwa mereka tidak layak mendapatkan pengampunan dan belas kasihan (lih. Yunus 4:1-3, 11).

Di sisi lain, apabila ada seseorang yang menjadi korban rekayasa pihak lain, janganlah ia berhenti mengharapkan intervensi Ilahi lalu mereka-reka jalan keluar sendiri. Tentu yang dimaksudkan di sini adalah menggunakan cara-cara yang tidak semestinya, misalnya dengan memberikan suap kepada oknum yang dianggap dapat memberikan jalan keluar terbaik. Meyakini dan menantikan Allah sebagai sumber pertolongan satu-satunya merupakan langkah iman yang paling tepat, khususnya di dalam masa-masa yang menyesakkan. Pertama, karena Dialah yang menjadikan langit dan bumi. Lalu, karena Dia telah mendedikasikan Diri-Nya untuk menjadi penjaga umat-Nya. Dan yang ketiga, karena Tuhan tidak pernah terlelap atau tertidur (lih. Mazmur 121).

Kata “menantikan” mungkin berasosiasi dengan kepasifan, namun sesungguhnya bukan demikian, bahkan sebaliknya. Nabi Yesaya menuliskan, bahwa orang-orang yang menantikan Tuhan pun beraktivitas, bahkan mendapatkan “suplai energi Ilahi”:

tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah.

Yesaya 40:31, TB

Menyimak berbagai pemberitaan di media maupun unggahan di media sosial mengenai bagaimana orang-orang kaya atau berkuasa melakukan rekayasa sehingga mendapatkan perlakuan istimewa, sementara orang-orang kecil hampir selalu diperlakukan tidak adil, tanpa disertai pemahaman akan Allah yang sangat memedulikan manusia yang diciptakanNya dan akan mengintervensi setiap rancangan jahat menurut cara dan waktu yang Dia kehendaki dapat menggerus hati dan bahkan mengambil sikap yang tak berkenan di hadapan Tuhan karena hilangnya pengharapan akan keadilan Ilahi.

Kesadaran akan Allah yang hadir dan aktif menggenapkan rancangan-Nya atas umat manusia akan makin meneguhkan iman dan membuat umat-Nya makin bertekun dalam menantikan Dia. Kesadaran bahwa tak ada satupun rekayasa manusia yang sanggup bertahan menghadapi intervensi Ilahi semestinya mendorong umat Allah untuk meneladani Yusuf, yang meski menjadi korban rekayasa saudara-saudaranya dan juga rencana jahat isteri majikannya, tetap bertekun menantikan Tuhan menggenapkan rencana Ilahi melalui hidupnya.


[1] https://travel.kompas.com/read/2008/12/05/07184551/~Regional~Jawa?page=all

[2] https://amp.kompas.com/money/read/2008/12/17/11165751/sugik.akhirnya.divonis.bebas

[3] https://news.okezone.com/read/2008/10/20/1/155589/kemat-dan-devid-hadiri-sidang-pembebasan

[4] https://www.antarafoto.com/peristiwa/v1223532948/mengaku-disiksa

[5] https://kbbi.web.id/rekayasa

[6] https://alkitab.sabda.org/passage.php?passage=2Sam%2011:1–12:25&tab=text

[7] https://nasional.tempo.co/read/1626288/puluhan-polisi-terseret-kasus-ferdy-sambo-dpr-sebut-seharusnya-tolak-lewat-diskresi

[8] https://alkitab.sabda.org/bible.php?book=1&chapter=3&tab=text&mode=text

[9] https://bandung.viva.co.id/news/6926-motif-irjen-ferdy-sambo-bunuh-brigadir-j-terungkap?utm_source=dlvr.it&utm_medium=twitter#:~:text=Keterangan%20Bharada%20E%20merupakan%20kunci%20skenario%20awal%20pembunuhan%20yang%20dibuat%20Ferdy%20Sambo%20berantakan.

[10] https://www.cnnindonesia.com/nasional/20210909064450-12-691744/munir-dan-daftar-kasus-ham-yang-belum-tuntas-sampai-hari-ini

[11] https://alkitab.sabda.org/bible.php?book=19&chapter=11&tab=text&mode=text

[12] https://alkitab.sabda.org/verse.php?book=21&chapter=3&verse=11

Berikan tanggapan