Ada istilah unik terkait pertobatan yang menjadi sindiran seseorang yang tidak bersungguh-sungguh dalam pertobatannya, yakni “tomat”, yang merupakan akronim dari “sehabis bertobat, kumat lagi.” Setelah bertobat dan beberapa waktu menjauhi perbuatan dosa, ketika situasi tidak sesuai keinginan, maka Sang Petobat pun berbuat dosa atau kesalahan yang sama kembali. Hal inilah yang sering terjadi di dalam kehidupan umat. Lalu bagaimanakah seharusnya pertobatan itu menurut terang firman Tuhan?
Mari kita melihat asal kata “pertobatan” dari bahasa Ibrani dan bahasa Yunani.
Dalam bahasa Ibrani, terdapat dua istilah untuk menyebut pertobatan. Yang pertama adalah “nacham”, yang artinya “sukar bernafas, mengandung rasa sesak nafas dan menarik nafas panjang,” yang kemudian berkembang menjadi “menyesal” atau “berduka”. Jika dinyatakan dari hati dan perbuatan, maka mengandung makna sebagai kesedihan serta pertobatan.
Istilah berikutnya adalah “shub”. Kata ini menunjukkan sikap dan perubahan manusia yang drastis terhadap dosa dan Tuhan. Kata ini mengandung arti bahwa manusia secara hati nurani dan moral bertekad meninggalkan dosa untuk berpaling kepada Tuhan (lih. Ulangan 4:30; Nehemia 1:9; Mazmur 7:13; Yeremia 3:14).
Sedangkan dalam bahasa Yunani, terdapat kata “metamelomai”, yang berarti “kuatir” atau “menyesal”, alias mirip arti kata “nacham”, yaitu hati yang bertobat atau penyesalan (lih. Matius 21:29, 32, 27:3). Kedua, ada kata “metanoeo”, yang berarti “keadaan yang sesungguhnya dari perubahan mental pada waktu orang berdosa berpaling kepada Tuhan” (lih. Matius 3:2; Markus 1:15; Kis. 2:38). Kata yang ketiga adalah “epistrepho”, yang menyatakan perubahan yang mutlak dalam pertobatan, menghadap Tuhan, membelakangi dosa (lih. Kis. 9:35, 1 Tes. 1:9), juga mengandung iman kepercayaan yang teguh.
Dengan demikian, bertobat atau pertobatan adalah pengambilan tekad yang tegas untuk meninggalkan dosa selama-lamanya dan berbalik kepada Tuhan sehingga mendapatkan perubahan hidup yang mempengaruhi keseluruhan kerohanian. Pertobatan yang sesungguhnya bukan hanya berbalik (Yeh. 33:18-19), menyesal (Mat.27:3), dan mengaku dosa (Yos.7:20), melainkan percaya kepada Injil (Mark. 1:15), berbalik kepada Allah (Kis. 26:20), dan percaya kepada Tuhan (Kis.20:21).
Pentingnya Pertobatan
Bagi manusia, pertobatan menjadi suatu hal yang sangat penting, sebab ia berada dalam keberdosaan (2 Kor. 12:21; Ef. 2:1) dan menuju kepada kebinasaan (Yeh. 33:11).
Sedangkan dari sisi Tuhan, Dia menghendaki supaya setiap orang tidak binasa namun diselamatkan, dan oleh karenanya Tuhan hendak mengampuni dan menghapus dosa, serta hendak menghakimi dunia dengan adil agar kerajaan-Nya dapat segera datang (lih. Yeh. 33:11; 1 Tim.2:4; 2 Pet.3:9; Mat.3:2; Mark.1:15; Kis3:9, 8:22, 17:30-31).
Ciri dan Bukti Pertobatan
Pertobatan mengindikasikan perubahan sikap hidup yang drastis, sehingga seharusnya dapat diamati atau dirasakan oleh orang-orang di sekitarnya. Kualitas sebuah pohon dapat dilihat dari kualitas buahnya. Demikian pula kualitas hidup seseorang yang menyatakan dirinya bertobat.
Ada beberapa ciri dan bukti pertobatan yang dapat disaksikan dalam hidup seseorang, yakni: adanya penyesalan, pengakuan akan dosa, dan mohon pengampunan-Nya (Yoel 2:12-13; Luk. 18:13-14); adanya komitmen untuk meninggalkan dosa (Yeremia 55:7); berpaling kepada Tuhan yang benar dan taat kepada Roh Kudus (1 Tes.1:9; Yoh.14:26); dan adanya buah yang dihasilkan sesuai dengan pertobatan (Matius 3:8; Galatia 5:22-24).
Penyesalan dan pengakuan dosa dilakukan dengan sungguh-sungguh di hadapan Tuhan, serta memohon pengampunan dari-Nya. Raja Daud adalah salah satu teladan dari Alkitab dalam 2 Samuel 11 dan 12, dimana Daud sungguh-sungguh menyesal, mengakui dosanya berkaitan dengan Batsyeba isteri Uria, dimana Daud menyelingkuhi Batsyeba dan membunuh Uria, suami Batsyeba.
Komitmen untuk meninggalkan tabiat dosa dan tidak akan pernah mengulanginya kembali harus dilakukan sampai akhir hidup. Komitmen pertobatan dijaga dengan memfokuskan diri dan hidup bagi Tuhan, serta menunjukkan ketaatan kepada Roh Kudus yang akan memberikan pimpinan. Membangun hidup yang melekat kepada Tuhan melalui disiplin-disiplin rohani, seperti saat teduh, PA pribadi, berdoa, serta berpuasa.
Yang tak kalah penting, setiap pertobatan pastilah menghasilkan buah-buah roh yang nyata dan berlipat ganda, yakni kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Jika buah-buah roh ini tidak nampak dalam diri seseorang yang mengaku telah bertobat, maka pertobatannya tersebut perlu dipertanyakan.
Pertobatan yang sejati harus dilakukan dengan kesungguhan hati. Ada perubahan signifikan yang dapat dilihat sebagai bukti dari pertobatannya. Sehingga ketika seseorang sungguh-sungguh bertobat, ia akan menerima pengampunan dosa (Luk. 24:47; Kis. 3:19; Yes. 55:7), mendapatkan hidup (Kis. 11:18), serta menerima Roh Kudus (Kis. 2:38). Demikianlah malaikat sorgawi akan bersukacita karena satu orang berdosa yang bertobat (Luk. 15:7, 10).
Tuhan Yesus memberkati.