Tilly Palar:
I Love You

Seperti biasa, di malam minggu ada ibadah sebuah organisasi Kristen beranggotakan mahasiswa/mahasiswi di rumah saya. Organisasi ini diberi nama Naviri dan dipimpin oleh salah satu mahasiswa yang bernama Dino. Sudah sejak sore dia menghubungi teman-temannya lewat telepon dan Whatsapp untuk mengingatkan mereka untuk datang. Dino adalah mahasiswa tahun terakhir Komunikasi Ekonomi. Kepalanya tak hanya sarat dengan disiplin ilmu, tetapi juga dengan pengetahuan ayat Alkitab dan berkepribadian baik serta sangat sopan. Saya menawarkan dia untuk tinggal dan menemani saya di rumah saya karena ada kamar yang kosong di lantai atas, mengingat dia seorang mahasiswa dari luar pulau.

Suatu pagi, ketika kami sedang sarapan sebelum dia berangkat ke kantor (Dino berkerja di pagi hari dan kuliah di malam hari), dia bertanya kepada saya, “Oma sangat mengasihi saya dan memperhatikan saya sebagai anak.” Saya tersentak, tapi saya langsung menjawab: “Ya Dino, Tuhan memberikan kasih yang sangat besar di dalam hati kita. Bayangkan kasih ini seperti air di dalam gelas, airnya terlalu banyak sehingga dia tumpah, dan apabila itu tumpah di tempat yang datar atau di mana saja, maka air yang tumpah menjadi genangan air yang tidak berbentuk dan ada ujung yang panjang ke tempat dataran yang rendah. Sekarang Dino anggap saja salah satu ujung air yang tumpah itu, sehingga Dino merasakan kasih dari Allah yang indah ini.” Dia terdiam dan mengangguk-angguk menyatakan bahwa dia mengerti.

Saya mengumpamakan cinta itu seperti air ledeng. Di rumah kita, apakah air ledeng akan begitu aja dibiarkan masuk ke dalam dan mengalir kemana-mana, sehingga perabotan yang kering kemudian menjadi basah? Tentu tidak. Kita memakai pipa, sehingga air mengalir melalui saluran yang sudah disiapkan untuknya.

Demikian pula halnya dengan kasih. Kasih, cinta, agape itu harus ada saluran. Nah, kita sangat beruntung karena Tuhan sudah memberikan kasih dan salurannya, yakni sesama manusia. Kita tidak usah takut dan ragu menyebarkan kasih yang sudah diberikan Allah kepada kita dan marilah kita pergunakan saluran yang sudah disediakan Allah untuk membuat kasih, cinta itu, menjadi sangat indah. Bayangkan cinta, kasih, love, agape itu kita sebarkan, kita bina bersama Allah, disalurkan melalui saluran yang sudah Dia siapkan menuju kepada kekekalan.

Rasul Paulus mengatakan, bahwa walaupun kita sangat pintar mempergunakan bahasa manusia, bahasa roh, atau bahasa malaikat, namun jika tidak memiliki kasih, kita sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing (lih. 1 Kor. 13:1). Tuhan telah memberikan begitu banyak kasih ke dalam hati kita, oleh karena itu, marilah kita tidak usah takut menyebarkan kasih-Nya kepada sesama. I Love You.

 

 

============

*Penulis buku “How I Love You Lord” (2011) dan ibu dari Tesa, Sidney, dan Nova Mohede. Saat ini melayani di gereja dan berdomisili di Karawaci, Tangerang.

Tinggalkan sebuah komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *