Kebanyakan orang berpikir bahwa selain politik, dunia bisnis juga adalah dunia yang kejam dan kotor. Stigma buruk yang terlanjur melekat ini pun kemudian membuat banyak mahasiswa dan alumni Kristen yang memilih profesi di bidang-bidang lain selain bisnis. Akan tetapi benarkah dunia bisnis seburuk itu? Pengalaman saya berkata lain.
Saya sudah terbiasa bekerja semenjak masih duduk di bangku kuliah. Pada waktu itu biaya kuliah mahal, oleh karenanya bekerja sambil kuliah bukanlah hal yang asing. Setelah lebih kurang sepuluh tahun bekerja, saya pun memutuskan untuk keluar dan membuka bisnis sendiri pada tahun 1992. Setelah lahir baru, saya sebenarnya pernah punya keinginan untuk melayani Tuhan sepenuh waktu, namun ada seorang hamba Tuhan yang menasehati bahwa kita bisa melayani Tuhan di bidang manapun Dia memanggil kita.
Alasan saya untuk membuka dan mengelola perusahaan sendiri sederhana saja. Dengan mengelola bisnis sendiri, kita bisa men-drive-nya sesuai dengan visi-misi kita. Jika bekerja pada sebuah perusahaan, kita tak bisa bebas melakukannya. Salah satu contoh, misalnya, saya bisa menjadwalkan persekutuan mingguan untuk karyawan di kantor. Jika bekerja di perusahaan lain, atasan saya mungkin tak bisa mengerti pentingnya hal tersebut, bahkan bisa-bisa melarangnya. Saya bisa mengatur perusahaan saya sesuai dengan prinsip kebenaran firman Tuhan yang saya dapatkan.
Memang tidak mudah untuk mengelola bisnis sendiri. Tantangan dan godaannya sangat banyak. Ada yang menawarkan proyek dengan nilai uang tertentu tapi dengan syarat sisa anggaran dibagi-bagi, namun kami menolak. Ada juga yang berbuat curang dalam sebuah tender, sehingga mereka memenangkan proyek tertentu. Akan tetapi satu hal yang terus menjadi pegangan saya adalah janji Tuhan bahwa saya tak perlu takut selama berada dalam jalur-Nya. Hasilnya, meski pada mulanya karyawan saya kecewa setelah kalah tender, proyek itupun pada akhirnya tetap diberikan kepada kami karena pemenang tender ternyata tidak sanggup memenuhi tuntutan proyek. Itu adalah salah satu bukti penggenapan janji Tuhan.
Lingkungan bisnis di Indonesia memang kotor, namun tidak semua pihak suka bermain kotor. Jika ada dua pilihan antara tukang perbaikan rumah yang pintar dan jujur dan tukang yang pintar namun tidak jujur, tentu kita memilih tukang yang pertama kan? Perusahaan kami selama ini sudah dikenal sebagai perusahaan yang tidak mau berkompromi dengan kecurangan.
Ada sebuah kesaksian yang menguatkan dari salah satu mantan dirut PLN yang “lurus” yang menjadi konsultan di perusahaan kami. Meskipun beliau bisa saja bekerja pada perusahaan yang lebih besar, beliau mau saja ketika saya minta untuk menjadi konsultan. Ketika ada orang yang bertanya kepadanya, mengapa mau bergabung dengan perusahaan saya, dia menjawab bahwa ada sesuatu yang berbeda di perusahaan ini.
Semangat untuk selalu berpikir maju disertai prinsip untuk memberikan produk dan layanan yang prima adalah hal-hal yang disukai pelanggan. Prinsip itu jugalah yang kami terapkan dalam perusahaan kami. Bagaimana caranya agar bisa selangkah lebih maju daripada perusahaan-perusahaan lain? Tentunya kita harus rajin-rajin mengikuti informasi terbaru seputar produk yang menjadi “dagangan” utama kita, bisa lewat internet, bisa juga lewat pameran-pameran yang diselenggarakan di luar negeri, dsb. Setelah itu, kita juga tentunya wajib memberikan layanan yang maksimal. Karena kita berbisnis di dalam Tuhan, maka tiap pekerjaan pun kita lakukan dengan maksimal, sama seperti untuk Tuhan. “Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia” (Kolose 3:23).
Satu hal yang penting dan selalu saya sampaikan berulang-ulang adalah masalah motivasi ketika menerjuni dunia bisnis. Jangan pernah berbisnis untuk menjadi kaya. “Jangan bersusah payah untuk menjadi kaya, tinggalkan niatmu ini.” Itulah pesan dari Salomo, raja terkaya dan terbijak di seluruh dunia dalam Amsal 23:4. Berikutnya, kita harus berbeda dari yang lain, khususnya dalam hal integritas dan kualitas. Kita berbisnis untuk kemuliaan Tuhan, dan oleh karena itu kita harus memberikan yang terbaik seolah kita mengerjakannya bagi Tuhan. Memang sangat tidak mudah berbisnis “model begini” di negeri kita, namun Tuhan pasti selalu buka jalan jika kita memang tetap setia di jalan-Nya.
Dunia bisnis adalah dunia yang sangat terbuka lebar untuk dijajaki oleh pelayanan Perkantas, mengingat tak banyak gereja yang melirik pelayanan ini. Alumni pelayanan mahasiswa yang ingin terjun ke dunia bisnis harus terus bersekutu dan menjalin jejaring, dengan demikian, “perjuangan” akan terasa ringan. “Core” pelayanan juga harus terus dilakukan, yakni pembinaan dalam kelompok-kelompok kecil. Inilah yang menjamin kualitas SDM kita di masa mendatang.
Semenjak Tsunami, saya sering bertemu dengan rekan-rekan dari NGO (Non-Government Organization) internasional, dan sungguh merupakan peneguhan tersendiri ketika bule-bule itu menuturkan bahwa alumni pelayanan mahasiswa biasanya lebih berkualitas dan lebih bersungguh hati dalam mengerjakan tanggung jawabnya, dibandingkan dengan relawan yang semasa mahasiswa tak pernah dibina dalam persekutuan.
Kiranya ke depan, Perkantas terus bertekun dalam pelayanannya, menghasilkan alumni-alumni yang mewarnai dunia bisnis dengan prinsip-prinsip Alkitab dan di dalam takut akan Tuhan. Selamat ulang tahun ke-40 untuk Perkantas, Tuhan Yesus memberkati!
——————-
*Dituliskan oleh Anton Budianto pimpinan PT Jalamas Berkatama dan Sekretaris Badan Pembina Perkantas
**Diterbitkan dalam Majalah Dia Edisi I, tahun 2011