“Untuk menjadi seorang siswa yang berhasil, kita harus tetap setia,” kata Vera Sari Simanjuntak, Ketua PSK Medan, dalam sambutannya di hari ulang tahun kesepuluh Persekutuan itu. “Kita juga harus mau dibina serta belajar banyak untuk mengenal Kristus lebih sungguh. Di samping itu, menaati firman Tuhan, mencari dahulu kerajaan-Nya, dan tetap menjadi saksi yang hidup di tengah-tengah lingkungn keluarga, masyarakat, sekolah, dan gereja,” ujar Vera lebih lanjut.
Persekutuan Siswa Kristen Medan (PSK) memang berusia sepuluh tahun hari itu. Tepatnya 9 November 1988. Dalam usia ‘pra remaja’ ini PSKM sudah melahirkan sebuah Persekutuan Mahasiswa, yang dirintis sendiri oleh alumninya. Bukan maksud kami menyoroti PMK Medan dalam rubrik ini, tapi PSK nya. Sebab dari Persekutuan ini lahir mahasiswa dan alumni yang mengasihi Tuhan dan melayani Dia di kampus mereka.
Visi pelayanan siswa sepuluh tahun lalu itu datang dari seorang mahasiswi IKIP Negeri Medan bernama Lisde Simanjuntak. Sebelum lulus, Lisde berdoa agar Tuhan menempatkannya di salah satu SLTA Negeri di Medan. Menurut keterangannya, Lisde rindu memenangkan siswa dan membangun siswa yang siap dipakai Tuhan, sekalipun mereka akan menjadi seorang mahasiswa. Tuhan mendengar doanya dan menempatkan Lisde di SMA Negeri I Medan.
Pembentukan PSK dirintis melalui pendekatan kepada ketua OSIS SMA I ketika itu, Arman Barus, dan Sie Kerohanian yang ada di bawah koordinasi Rotua Sinta Hutagaol. Misi ini berhasil melaksanakan Kamp Siswa I pada tahun 1978, yang pembinaan selanjutnya dilakukan melalui wadah Persekutuan Dia SMAN I Medan. Persekutuan yang diadakan tiap Jumat ini berjalan terus hingga sekarang; serta berhasil melibatkan siswa-siswi dari 16 Sekolah Lanjutan Tingkat Atas.
Kemajuan yang berhasil dicapai oleh Lisde dan siswa-siswinya ini mendapat banyak tantangan dari guru-guru lain, sehingga akhirnya Persekutuan ini tidak lagi bernaung di bawah SMA Negeri I. Empat tahun setelah berdiri, persekutuan ini memakai nama baru, Perkasa (Persekutuan Kristen Antar Siswa). Ketuanya Damos Sihombing, yang sekarang sudah menyelesaikan studinya di Fakultas Hukum Universitas Pajajaran, Bandung.
Persekutuan Alumni Siswa (PAS)
Setelah beberapa tahun, tentu saja mereka yang dulu ikut merintis PSK Medan, sudah jadi alumni. Bahkan Rotua Hutagaol sekarang jadi pendeta di Sidikalang. Arman Barus melanjutkan studi di Trinity Theological College, Singapore. Alumni PSK yang lain, Thomas Sihombing kuliah di Fakultas Psikoiogi Unpad dan aktif di PMK Bandung (Open House). Demikian juga Buhai Simanjuntak yang kuliah di Fakultas Teknik institut Teknologi Bandung. Banyak lagi yang tidak tersebutkan, yang sekarang sedang kuliah di perguruan tinggi negeri dan swasta di Jawa.
Biarpun sudah bertahun-tahun lewat, alumni PSK ini tidak melupakan PSK-nya. Ketika tahun 1987 mereka pulang berlibur ke Medan, diadakanlah persekutuan alumni siswa PSKM I di Gundaling, Berastagi. Pertemuan ini menghasilkan beberapa progam yang harus dilakukan alumni (yang notebene: mahasiswa) sesuai dengan fungsinya, yaitu: (1) Menjamin serta mendukung sepenuhnya pelayanan siswa di Medan, (2) Terlibat dalam setiap program PSKM, khususnya dalam bentuk dana, pikiran, dan tenaga, (3) Membentuk Persekutuan Mahasiswa Kristen Medan, yang merupakan pengembangan dari persekutuan alumni siswa ini.
Keunikan pelayanan persekutuan alumni siswa ini terletak di kesetiaan pada komitmen. Ikatan Alumni PSKM (IKAPSKM) sekarang sudah dibentuk di lima kota besar di Indonesia, yaitu: Medan, Jakarta, Bogor, Bandung, dan Yogya. Sebab di kota-kota inilah kebanyakan alumni PSKM tinggal untuk melanjutkan studi mereka. Tiap alumni PSK di masing-masing kota ini bertanggung jawab untuk kesetiaan dan pertumbuhan rohani adik-adik mereka yang baru lulus dan diterima kuliah di sana. Jadi, siswa-siswi alumni PSK yang baru lulus dan mulai merantau ini daPat diarahkan dan dibimbing terus oleh kakak-kakak mereka dalam bidang kerohanian.
PSKM Sekarang
Biarpun sudah sepuluh tahun berjalan, soal Pembinaan tetap menjadi masalah di Persekutuan ini. Kesulitannya terletak pada pelaksanaan kelompok kecil yang tersendat-sendat. Mungkin ini disebabkan kurangnya pemimpin kelompok dan sulitnya mencari kesesuaian waktu. Persekutuan besar tetap berjalan tiap Sabtu dan dihadiri sekitar 40 siswa.
Inilah PSK Medan. Mereka rindu tumbuh dan berkembang. Alumninya sekarang sudah menyebar di seluruh Indonesia, bahkan sampai ke luar negeri. Dari Medan, PSKM berpesan, “Berdoalah untuk Medan!”
*Dituliskan oleh Jefri Sirait