(Amsal 31:10-31)
Salah seorang guru saya dalam satu kesempatan pernah mempertanyakan, mengeapa Kitab Amsal ditulis dan terdiri dari 31 pasal?”, Kemudian ia menjawabnya, “Agar kita membacanya setiap hari (31 hari) dan hidup berhikmat”.
Saya pikir ada benarnya. KitabAmsal ditulis seorang raja paling berhikmat.Bila kita membaca, merenungkan dan tentu saja “disuntik” Roh Kudus untuk melakukannya, hidup kita akan berhikmat serta dimampukan dalam menghadapi setiap masalah, dalam situasi dan kondisi zaman apapun.
Kitab Amsal adalah sebuah kitab untuk menyatakan hal-hal yang ada sangkut pautnya dengan kehidupan sehari-hari, misalnya tentang bagaimana seharusnya seseorang bertingkah laku sebagai seorang manusia, atau nasihat-nasihat yang menyangkut hal-hal yang ada hubungannya dengan masalah etis dan moril. Semua nasihat yang menyangkut hal-hal yang ada hubungannya dengan masalah etis dan moril. Semua nasihat itu diarahkan kepada suatu dasar yaitu “takut akan Allah” (1:7;9:10). Pengarang menyadari bahwa Alalh adalah sumber segala pengertian dan kekuatan (8:14), oleh sebab itu baik para raja dan para pemebesar (8:15,16) atau pun para budak dan hamba (17:2; 30:10) semuanya ada di bawah pengawasan Allah.
Ditulis oleh Salomo (I Raja 4:29-34; Ams. 1:1), kemudian disadur oleh pegawai-pegawai raja Hizkia (Ams, 25:1). Hal ini membuktikan, bangsa Istrael sudah sangat mementingkan nasihat-nasihat yang berkenan dengan masalah etis dan moril. Khususnya berkaitan dengan wanita atau istri. Amsal juga penting bagi kita yang hidup dizaman yang makin memberikan kesempatan luas kepada para wanita.
Sebelum masuk dalam pembahasan sosok wanita dalam Amsal, penulis ingin mengemukakan kesan perihal wanita dalam Alkitab.
Dalam perjanjian Lama, setelah Nuh, Allah hanya menjadi bagi Abraham dan keturunannya dari Sarah. Dalam kaitan ini, wanita Istrael (mulai dari Sarah) mempunyai tugas (fungsi) menjadi ibu bagi anak-anaknya yang akan menjadi bangsa pilihan Allah yang diciptakan-Nya, berdasarkan janji-Nya kepada Abraham. Ikatannya adalah kekeluargaan. Seluruhnya diatur oleh Allah sendiri – tata hidup –nya, politik, ekonomi, ibadah, pembagian tanah, pekerjaan, dan sebagainya.
Sedangkan dalam Perjanjian Baru, berhubungan Allah terbuka dengan segala bangsa di dunia di samping bangsa Istrael. Bangsa-bangsa bukan Istrael tidak diatur di bawah Hukum Taurat, tapi dalam ketaatan kepada Yesus Kristus. Tuhan Yesus mengatakan tidak semua orang bisa kawin. Ada orang yang bisa kawin, ada orang yang memang tidak bisa kawin, ada orang yang tidak bisa kawin karena dibuat oleh orang lain dan orang yang tidak bisa kawin karena kemuan sendiri, untuk mengabdi kepada Allah (bdk. Mat 19: 1-12).
Dari keterangan (PL dan PB) dalam kaitannya dengan wanita, adanya kenyataan berbagai kasus perihal wanita. Pertama, wanita yang kawin harus menjadi isteri dan mengatur rumah tangga, mendampingi suami dan anak-anak sebagai ketaatan kepada Allah. Kedua, wanita yang tidak kawin tidak terikat kepada rumah tangga, namun tetap taat kepada Tuhan. Dia bisa menjadi pelayan Tuhan, wanita karier atau memang tidak bisa kawin. Ketiga, dalam agama Kristen, tidak ada paksaan terhadap wanita untuk kawin.
Amsal 31:10-31
Terjalin kedalam dua puluh satu bait atau ayat yang memuat butir-butir nilai perihal wanita yang patut dipuji. Ini adalah salah satu karya sastra terpilih yang ditulis raja-raja di zaman itu.
Raja Lemuel hanya satu kali disebut dalam Alkitab, namun yang menarik, bagaimana Roh Kudus telah menggerakkan orang ini untuk menulis sepucuk tulisan ini yang tidak akan hilang dengan berlalunya sang waktu. Kata-katanya tidak berasal dari dia. Dia hanya mengemukakan visualisasi yang diajarkan oleh ibundanya.
Maksud dan nasihat ini adalah, agar si anak mengetahui dan menyadari seberapa besar nilai seorang istri yang cakap. Seorang ibu yang menginginkan agar anaknya melihat betapa pentingnya mencani isteri yang bijaksana.
Lemuel memulai bagian ini dengan sebuah pertanyaan dan sekaligus suatu pernyataan.
Istri yang cakap, siapakah akan mendapatkannya?
Istilah “cakap” secara harfiah berarti “kuat” – kuat dalam karakter. Karakter yang dimaksud adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain; tabiat; kepribadian. Dengan perkataan lain, isteri ini punya identitas diri. Walau ia harus (wajib) menyesuaikan diri dengan pasangannya, karakter itu tidak hilang. Pada akhirnya, masing-masing individu tetap memiliki kepribadiannya sendiri.
Istri Iebih berharga dan pada permata
Ungkapan ini dapat diterjemahkan “Nilai dirinya jauh melebihi nilai permata’.
Memiliki isteri yang bijaksana itu jauh lebih tinggi nilainya daripada memiliki intan permata atau harta kekayaan lainnya. Mendapatkan istri yang bijaksana berarti mendapatkan keuntungan yang tak tenilai harganya.
Kedua bagian itu (pertanyaan dan pernyataan) menunjukan, Lemuel belajar dan pengalamannya, bahwa wanita yang karakternya kuat, amat langka. Ditambahkan, bahwa kecakapannya itu berkaitan dengan Tuhan. Ungkapannya, “Kemolekan adalah bohong dan kecantikan adalah sia-sia, tetapi istri yang takut akan Tuhan dipuji-puji (ayat 30). Apa yang tercatat diantara ayat 10 dan 30 merupakan petunjuk tentang apa yang harus orang temukan dan seorang isteri, dan kepada wanita mengiformasikan gambaran karakter yang mereka harus kembangkan.
Ia Memiliki Keagungan Karakter
Dengan tidak melebih-lebihkan, ia sisipkan ke dalam narasi petunjuk ciri-ciri dari wanita yang patut dipuji. Perlu dicatat bahwa hal ini perlu diterapkan baik kepada wanita yang kawin ataupun tidak, yakni:
Rajin (ayat 13, 15a, 17-18, 27b)
Sifat ini harus disertai semangat yang menyenangkan dan sikap yang baik. Ia bukan saja bangga mendapatkan pekerjaan yang baik, namun juga dapat melakukan pekerjaan yang baik.
Bila wanita itu menjadi istri, sifat rajin itu akan nampak. Sebagai contoh, istri yang baik selalu bangun pagi-pagi sekali, lalu menyiapkan segala sesuatu bagi keluarga. Kebiasaan seperti ini sulit didapatkan dari isteri-isteri pada zaman modern ini. Yang sering kita jumpai adalah isteri bangun jam 09.00 pagi. Kalaupun ada yang bangun pagi, mereka langsung senam bugar, agar tubuh tetap sexy. Bagi isteri yang bekerja, mereka berkemas dan langsung berangkat kerja.
Hamba Tuhan dari Jakarta memberikan nasihat, “Jika Anda membiarkan suami berangkat ke kantor atau anak-anak berangkat ke sekolah dengan perut lapan, Anda bersalah di hadapan Tuhan. Ibu-ibu mempunyai kewajiban yang mulia, yaitu setiap pagi menyediakan sarapan untuk suami dan anak-anaknya. Entah yang disuguhkan itu telur goreng atau super mie, yang penting ada yang disuguhkan.”
Industrialis dan Efisiensi (ayat 14,16,24)
Sifat ini menandakan bahwa ia orang yang mempunyai pemikiran. Dan penggunaan waktunya, Ia mencari keuntungan dan laba. Ia tidak terpaku pada ladangnya, namun Ia memikirkan apa yang bisa diperoleh dan pekerjaannya (bdk. Mat. 25:14-30).
Isteri yang baik “otaknya” tidak pemah berhenti. Dia tidak pernah kehabisan akal. Isteri yang baik, mempunyai pandangan ke depan, atau istilah kerennya vlsi. Dalam menggunakan uangnya, baginya tidak ada istilah “gali lobang tutup lobang”.
Lemah lembut (ayat 20,26)
Untuk sampai pada kualitas ini, hanya bisa dikendalikan oleh kebijaksanaan atau hikmat-Nya. Nampaknya Tuhan mengaruniakan wanita, kemampuan yang khusus untuk berbelas kasihan. Biasanya laki-laki belajar berlatih lemah lembut dari wanita.
Dalam tulisan what happy copules do right, Scott Winokur (1991) mengatakan bahwa kaum wanita memiliki ketrampilan berkomuni dan memelihara hubungan yang lebih baik daripada pria. Wanita adalah komunikator yang baik. Mereka dengan nyamannya dapat membuka hati,berbagi pasaan dan membangun hubungan yang intim secara psikologis.
Kecantikan (Ayat 22,25)
Ia mendandani diri degan anggun dan punya cita. Daya tariknya; Baik luarnya maupun dalamnya, keduanya mendapat perhatian.
Bilawanitaitu kawin, ia menjadi isteri yang penyayang
Lemuel berpindah dari menyoroti keagungannya kepada peranannya sebagai teman hidup. Apa yang dikatakannya?
Ia tetap menjadi kepercayaan suaminya(ay. 11 a)
Suaminya akan tetap tenang dan terbuka terhadapnya, bahkan sampai mengutarakan kekurangpuasan, perasaan kurang terjamin,kekecewaan, karena ia tahu sang isteri akan menyimpan bagi dirinya saja.
Kebanyakan kita menganggap perkawinaan adalah suatu komitmen yang kalaulah bisa hanya kita laksanakan sekali dalam hidup. Kita ingin melakukan for keeping alias langgeng. Bila menghadapi masalah kita cenderung melakukan walk out alias minggat ketimbang work out memecahkan masalah dengan pasangan kita.
Suami-isteri merupakan wujud persahabatan yang permanen (kekal). Bagi seorang isteri atau suami, sahabat adalah seseorang yang saya sukai dan percayai. Ia tidak pernah menuduh
Berbuat baik terhadap suaminya dan tidakmempedulikan omongan orang (ayat 12)
Dengan statusnya, seorang istri mendampingi suaminya. Dalam kondisi apapun, ia berbuat baik, menyesuaikan diri dan menjaga status suaminya. Saat suaminya mengalamaikejayaanmaupun dikala suaminya hancur. Berbuatbaik di saat makan de ngan ikan teri maupun di saat makan dengan lobster. Berbuat baik di saat suami pulang de ngan BMW maupun disaat ia pulang dengan ojek!
Ia pendukung fungsi suami (ayat 23).
IsteriIah yang menjadi penyebab suaminya menjadi terkenal, kendati orang lain tidak mengetahui betapa besarnya pengaruh yang diberikan kepada suami.
Disiplin
Ia tahu membawa dirinya sehingga rumah tangga tidak mengalami kekurangan.
Pandai mengatur (ayat 21,25).
Dalam ayat-ayat mi ada unsur perencanaan. Ia melihat tantangan terhadap keluarga justru sebagai tantangan dan bukan sebagai beban salib yang ia harus pikul.
Walaupun ia punya banyak pembantu, pekerjaan rumahnya tidak akan pernah beres. Selalu ada. Mengatur pembantu itu, tidak mudah, harus punya “talenta” tersendiri. Terbukti, dewasa ini bagaimana kita sulit mencari dan mendidik pembantu, apalagi pembantu baru.
Karenanya, si isteri juga harus turun tangan. Terlibat bekerja dan mengaturnya. Dia yang memberikan bimbingan sekaligus teladan kepada pembantu-pembantunya.
Membaktikan diri (ayat 27).
Bakti dirinya terlihat dan sifatnya yang tidak “mengasihani diri”, tapi tetap gairah untuk melayani seisi rumahnya.
Kesimpulan (Amsal 31:28-31)
Wanita yang memiliki hidup sesuai dengan apa yang ditulis oleh Lemuel – mulanya diutarakan oleh ibunya – nyata mempunyai nilai. Kehidupannya yang agung, tekun dan dapat dipereaya tidak akan sia-sia. Hasil dan kesetiannya akan menampakkan hal-hal sebagai berikut:
– Anak-anaknya akan merestuinya
– Suaminya akan memujinya
– Kawan-kawannya akan tertantang olehnya
– Pekerjaannya akan mendatangkan pujian
– Tuhan akan dipuji melalui kehidupannya
Refleksi
Seperti juga Lemuel di zamannya, saat ini sulit mendapatkan wanita atau isteri yang berkarakter kuat alias yang takut akan Tuhan. Kalau yang cantik sih banyak. Mau yang lehernya panjang? Yang bibirnya sexy kayak Julia Roberts? Atau yang matanya indah? yang wajahnya minip Sharon Stone? Atau betisnya indah?
Apalah artinya semua itu. Alkitab mengajarkan, dan ini senantiasa relevan, apabila memilih seorang isteri, kita harus mencari yang cakap. Bukan cakap secara jasmani Nilai seorang isteri tidak terletak pada kecantikan wajahnya atau bentuk tubuhnya yang seksi. Tetapi, nilai seorang isteri terletak pada karakternya yang kuat yang didasari takut akan Tuhan.
Mungkin bagi Anda “takut akan Tuhan” itu abstrak bahkan absurd. Tapi kalau kita lihat bagaimana wujud wanita atau isteri yang takut akan Tuhan itu, yakni dia bisa mengembankan diri dan menjadi katalisator bagi suami, anak-anak bahkan lingkungannya (ayat 20,23,28). Kualitas atau standar ini bisa dicapai karena ia dekat dengan sumber segala sesuatu yakni Tuhan. Tuhan yang mengawasi dan terlibat dalam kehidupannya. Ia bukan sekedar wanita.
* Dituliskan oleh Thomas Nelson P.