Alkitab dan Seksualitas:
Pernyataan Nashville, Menjernihkan Kesalahpahaman

Dalam era pascamodern, serangan paling besar diarahkan kepada pihak-pihak yang memiliki standar moral yang dianggap “kaku”, yang “tidak sesuai dengan perkembangan zaman.” Gereja merupakan salah satu lembaga terbesar dan tertua yang menjadi sasaran, khususnya dalam hal seksualitas. Dan, sebagaimana pernyataan G.K. Chesterton bahwa penolakan terhadap Kekristenan bukanlah karena ditelaah dan didapati banyak kekurangan, melainkan hanya dianggap sukar dipahami dan tidak pernah ditelaah sama sekali, demikian pula Gereja seringkali diserang oleh orang-orang yang merasa tahu namun sesungguhnya tidak begitu memahami ajaran Alkitab. Alhasil, tak sedikit anggota gereja (terutama kaum muda!), atau bahkan pemimpin gereja sendiri, yang mulai goyah serta “menafsirkan ulang” pernyataan Alkitab mengenai seksualitas manusia.

Pada hari Jumat (25/8) yang lalu, Council on Biblical Manhood and Womanhood (Dewan Pria dan Wanita Alkitabiah) dan Ethics and Religious Liberty Commission (Komisi Etik dan Kebebasan Beragama) menyelenggarakan perkumpulan para pemimpin Kristen di Nashville, sebuah kota di negara bagian Tennessee, Amerika Serikat. Tujuan dari pertemuan tersebut adalah untuk memberikan pernyataan bersama terkait seksualitas manusia yang sesuai dengan pengajaran Alkitab. Pernyataan bersama ini juga diharapkan dapat memberikan penjelasan mengenai sikap Alkitabiah terhadap LGBT, yang selama ini disalahpahami.

Terdapat empat belas poin pernyataan atau pengakuan iman di dalam “Nashville Statement” tersebut. Ada lebih dari 150 teolog dan tokoh berpengaruh Kristen yang turut menandatanganinya, antara lain: John Piper, J. I. Packer, R. C. Sproul, Francis Chan, J. P. Moreland, Darrel Bock, dan Vaughan Roberts. Berikut isi dari Pernyataan Nashville yang dikutip dan diterjemahkan dari halaman https://cbmw.org/nashville-statement:

 

Pengakuan 1

KAMI MENGAKU bahwa Allah telah merancang pernikahan sebagai penyatuan satu pria dan satu wanita yang bersifat perjanjian, seksual, prokreatif, dan seumur hidup, sebagai suami dan istri, yang dimaksudkan untuk memperlihatkan teladan kasih perjanjian antara Kristus dan gereja sebagai mempelai-Nya.

KAMI MENYANGKAL bahwa Allah merancang pernikahan dalam relasi homoseksual, poligami, atau lebih dari satu pasangan. Kami juga menyangkal bahwa pernikahan hanyalah perjanjian kontrak manusiawi semata-mata dan bukannya perjanjian di hadapan Allah.

Pengakuan 2

KAMI MENGAKU bahwa kehendak Allah yang dinyatakan bagi semua orang adalah kekudusan di luar pernikahan dan kesetiaan di dalam pernikahan.

KAMI MENYANGKAL bahwa rasa sayang, birahi, atau komitmen apapun menghalalkan hubungan seksual di luar pernikahan; juga tidak membenarkan segala bentuk seks yang tidak bermoral.

Pengakuan 3

KAMI MENGAKU bahwa Allah menciptakan Adam dan Hawa, manusia pertama, menurut gambar-Nya, sejajar di hadapan Allah sebagai pribadi, dan berbeda sebagai pria dan wanita.

KAMI MENYANGKAL bahwa perbedaan yang ditetapkan secara ilahi tersebut membuat keduanya tidak sejajar dalam nilai ataupun martabatnya.

Pengakuan 4

KAMI MENGAKU bahwa perbedaan yang ditetapkan secara ilahi antara laki-laki dan perempuan mencerminkan rancangan penciptaan Allah mula-mula dan dimaksudkan bagi kebaikan dan perkembangan manusia.

KAMI MENYANGKAL bahwa perbedaan-perbedaan tersebut merupakan hasil dari Kejatuhan manusia ke dalam dosa atau sebuah tragedi yang harus diatasi.

Pengakuan 5

KAMI MENGAKU bahwa perbedaan struktur reproduksi antara laki-laki dan perempuan merupakan bagian tak terpisahkan dari rancangan Allah dalam citra diri sebagai laki-laki atau perempuan.

KAMI MENYANGKAL bahwa anomali-anomali fisik atau kondisi-kondisi psikologis menihilkan hubungan yang ditunjukkan Allah antara jenis kelamin secara biologis dengan citra diri sebagai laki-laki atau perempuan.

Pengakuan 6

KAMI MENGAKU bahwa mereka yang dilahirkan dengan kelainan fisik dalam hal perkembangan jenis kelamin diciptakan di dalam rupa Allah dan memiliki martabat serta nilai yang sejajar dengan semua pembawa gambar-Nya yang lain. Mereka disebut oleh Tuhan Yesus dalam firman-Nya, bahwa “Ada orang yang tidak dapat kawin karena ia memang lahir demikian dari rahim ibunya.” Dengan semua orang lain, mereka diterima sebagai sesama pengikut Yesus Kristus yang setia dan haruslah menghayati jenis kelamin mereka secara biologis sejauh yang dapat diketahui.

KAMI MENYANGKAL bahwa ambiguitas terkait jenis kelamin seseorang menjadikannya tidak sanggup menghidupi kehidupan yang penuh buah di dalam ketaatan yang penuh sukacita kepada Kristus.

Pengakuan 7

KAMI MENGAKU bahwa citra diri sebagai laki-laki dan perempuan seharusnya didefinisikan oleh tujuan-tujuan kudus Allah di dalam penciptaan dan penebusan sebagaimana dinyatakan oleh kitab suci.

KAMI MENYANGKAL bahwa mengadopsi citra diri sebagai homoseksual atau transgender sejalan dengan tujuan-tujuan kudus Allah di dalam penciptaan dan penebusan.

Pengakuan 8

KAMI MENGAKU bahwa orang-orang yang mengalami ketertarikan seksual terhadap sesama jenis dapat menghidupi kehidupan yang kaya dan berbuah yang menyenangkan Allah melalui iman di dalam Yesus Kristus, sepanjang mereka, sebagaimana semua orang Kristen, berjalan di dalam kekudusan hidup.

KAMI MENYANGKAL bahwa ketertarikan seksual terhadap sesama jenis merupakan bagian dari kebaikan alamiah dari awal penciptaan oleh Allah, atau bahwa hal tersebut menempatkan seseorang di luar pengharapan Injil.

Pengakuan 9

KAMI MENGAKU bahwa dosa menyimpangkan birahi dengan menjauhkannya dari perjanjian pernikahan menuju kepada hubungan seks yang tak bermoral–sebuah penyimpangan yang mencakup baik hubungan seks yang tak bermoral dengan lain maupun sesama jenis.

KAMI MENYANGKAL bahwa keinginan yang tetap terhadap hubungan seksual yang tidak bermoral membenarkan sikap atau tindakan seksual yang tidak bermoral.

Pengakuan 10

KAMI MENGAKU bahwa persetujuan terhadap hubungan sesama jenis atau transgenderisme adalah dosa dan bahwa persetujuan semacam itu pada dasarnya merupakan salah satu bentuk penyimpangan dari kesetiaan dan kesaksian Kristen.

KAMI MENYANGKAL bahwa persetujuan terhadap hubungan sesama jenis atau transgenderisme merupakan permasalahan moral dimana orang-orang Kristen cukup setuju untuk tidak bersepakat saja.

Pengakuan 11

KAMI MENGAKU bahwa adalah tugas kami untuk menyatakan kebenaran di dalam kasih pada setiap waktu, termasuk ketika kami berbicara kepada atau mengenai satu sama lain sebagai laki-laki atau perempuan.

KAMI MENYANGKAL setiap pengharusan untuk berbicara dalam cara-cara yang tidak menghormati rancangan Allah akan pembawa gambar-Nya sebagai laki-laki dan perempuan.

Pengakuan 12

KAMI MENGAKU bahwa anugerah Allah di dalam Kristus memberikan baik pengampunan maupun kuasa yang mengubahkan, dan bahwa pengampunan serta kuasa ini memampukan seorang pengikut Yesus untuk mematikan hawa nafsu dosa dan untuk menjalani hidup yang berkenan bagi Tuhan.

KAMI MENYANGKAL bahwa anugerah Allah di dalam Kristus tidak cukup untuk mengampuni semua dosa seksual dan untuk memberikan kuasa pengudusan bagi setiap orang percaya yang merasa terseret ke dalam dosa seksual.

Pengakuan 13

KAMI MENGAKU bahwa anugerah Allah di dalam Kristus memampukan orang-orang berdosa untuk meninggalkan citra diri transgender dan oleh kesanggupan ilahi menerima hubungan yang telah ditetapkan Allah antara jenis kelamin seseorang secara biologis dengan citra diri sebagai laki-laki atau perempuan.

KAMI MENYANGKAL bahwa anugerah Allah di dalam Kristus menghukum citra diri yang tidak sesuai dengan kehendak Allah yang dinyatakan.

Pengakuan 14

KAMI MENGAKU bahwa Yesus Kristus telah datang ke dalam dunia untuk menyelamatkan orang berdosa dan bahwa melalui kematian serta kebangkitan Kristus, pengampunan dosa dan hidup yang kekal tersedia bagi setiap orang yang bertobat dari dosa dan mengimani Kristus sebagai satu-satunya Juruselamat, Tuhan, dan yang paling berharga di dalam hidupnya.

KAMI MENYANGKAL bahwa tangan Tuhan terlalu pendek untuk menyelamatkan atau bahwa ada pendosa yang berada di luar jangkauan-Nya.

 

Demikianlah 14 Pernyataan Nashville, yang oleh John Piper dipandang sebagai sebuah “kejernihan yang sangat berharga” dalam hal seksualitas manusia. Bagaimana dengan Anda?

Tinggalkan sebuah komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *