Iis Achsa:
Berdoa Dan Bekerja  

 

“… supaya kamu menjauhkan diri dari setiap saudarayang tidak melakukan pekerjaannya dan yang tidak menuruti ajaranyang telah kamu terima … kami tidak lalai bekerja di antara kamu, dan tidak makan roti dengan percuma, tetapi kami berusaha dengan berjerih payah siang malam, supaya jangan menjadi beban bagi .siapa pun di antara kamu …” (2 Tesalonika 6-8)

 

Sampai saat ini, masih ada yang berpendapat bahwa melayani di persekutuan jauh lebih penting dibanding peran dan tanggung jawab di luar persekutuan. Akibatnya, dengan mudah mereka meninggalkan tanggung jawab di rumah, kampus atau kantor, dengan mengatasnamakan pekerjaan Tuhan. Tepatkah sikap semacam ini?

Seseorang memiliki konsep yang salah, terjadi karena pengaruh orang lain atau tanpa sadar menerima pengajaran tersebut. Demikian juga yang terjadi pada jemaat Tesalonika. Mereka adalah jemaat hasil pelayanan Rasul Paulus. Banyak di antara mereka yang berasal dari masyarakat kelas atas (Kis. 17:4). Surat ini ditulis tidak lama setelah Paulus mendapat berita bahwa jemaat Tesalonika salah menafsirkan ajaran tentang akhir zaman. Mereka berkesimpulan, kedatangan Tuhan Yesus sudah begitu dekat, sehingga tak ada gunanya terus bekerja. Surat itu bertujuan memperbaiki kesalahan mereka, karena akan sangat mempengaruhi sikap hidupnya dan orang lain.

Untuk itu Paulus mendorong kepada orang percaya di sana untuk pertama, memelihara  kesetiaan kepada Tuhan (ayat 3). Banyak hal yang membuat kita tidak setia kepada Allah. Daya tarik dunia. Pengaruh sesama, saudara seiman ataupun orang-orang yang belum percaya. Acapkali, keinginan untuk setia sangat sulit diwujudkan. Paulus melihat satu unsur penting yang mendorong jemaat Tesalonika untuk setia. Yaitu mengingat dan melihat kesetiaan Tuhan (1 Kor. 1:9; 10:13; 2 Kor 1:18).

Kedua, senantiasa mengingat kasih Tuhan (ayat 5). Salah satu kebutuhan mendasar manusia adalah rasa aman. Hal ini akan nyata bila kita sadar bahwa kasih Allah dan tangan kasih-Nya menaungi kita. Berkat kasih Tuhan dan kekuatan Kristus dalam hidupnya, orang yang tidak berdaya dapat menghadapi tantangan dalam bentuk apapun.

Ketiga, berjerih payah siang dan malam.Tidak ada artinya mengikrarkan Kristus tanpa menerapkan itu dalam kehidupan sehari-hari. Dalam ayat Tesalonika 6-15 Paulus memberi nasihat supaya kita:

 

Menjaga Jarak (ayat 6)

Berada dilingkungan yang buruk, Membutuhkan kewaspadaan supaya kita tidak Jatuh. Di ayat 6 Paulus memperingatkan jemaat Tesalonika untuk keep away dari orang-orang yang hidupnya tidak tertib. Ini bukan berarti mereka mengundurkan diri dari semua interaksi. Bagaimanapun, mereka tetap saudara (ayat 15). Yang dimaksud adalah tidak mengadakan hubungan yang akrab, supaya di dalam kelemahan iman dan ketidakmengertiannya, jemaat tidak terpengaruuh dan jatuh

 

Tidak Menjadi Beban (ayat 7-9)

Paulus dengan tegas mengatakan kepada jemaat Tesalonika supaya mereka hidup tertib, bekerja, dan tidak bermalas-malasan. Pringatan Paulus ini semakin “terdengar” tegas karena Paulus sendiri bekerja untuk menghidupi dirinya, ,dan teladan ini dilihat oleh mereka (ayat 7-8).

Kendati mendapat sukses, paulus menganggap perlu menjaga diri jangan sampai berhutang kepada pengikutnya (Fil. 4:1, band. 1 Tes, 2:9). Paulus memiliki hak untuk mendapat.dukungan materi, tapi ia tidak selalu mengambilnya. Ia lebih melihar dampak yang mungkin terjadi. Paulus takut, keadaan jemaat yang berkembang itu akan mendorong tumbuhnya benalu, kecuali ia sendiri memberi contoh sebagai orang yang menanggung biaya hidup seketat mungkin dan tidak menjadi beban bagi orang lain. Teladan hidup yang dilakukan Paulus sangat efektif untuk meluruskan konsep yang salah di antara jemaat Tesalonika. Selain itu, ia melakukannya karena tidak ingin menjadi beban sehingga akan menghambat pelayanannya.

 

Rajin Bekerja (ayat 10-15)

Pepatah “Orang yang tidak bekerja, tidak makanl” (He, who does not work does not eat),  adalah pepatah yang telah dikenal secara umum pada waktu itu. Rasul paulus menambahkan pepatah tersebut menjadi kalimat imperatif, “… let him not eat” , (Kenneth Barker, The NIV Study Bible, 1985). Orang Kristen seharusnya tidak bermalas-malasan, apalagi melakukan hal-hal yang tidak berguna, misalnya mencampuri urusan orang lain.

Setiap orang telah Tuhan tempatkan pada posisinya masing-masing, dengan peran dan tanggung jawab yang khusus. Bagian kita adalah mengerjakan, tanggung jawab tersebut secara maksimal.

Sebagai manusia baru, kita terpanggil untuk melayani Tuhan sepanjang waktu dalam seluruh bidang kehidupan, baik melalui dana maupun diri.kita.,’Semua bentuk’ pelayanan sama berharganya bila bertujuan  memuliakan Tuhan. Dengan kata lain, bekerja sebaik-baiknya pun merupakan hal yang sangat penting.

Jika Tuhan memberi kesempatan untuk bekerja, lakukan itu sebaik mungkin supaya kita menjadi berkat bagi sesama. Dan jika seseorang diberi kesempatan mengambil bagian dalam pelayanan rohani, ia mendapat keistimewaan karena dapat menjadi berkat melalui uangnya maupun dirinya. Tetapi, bukan berarti pelayanan lebih penting dari kuliah, sekolah, atau pekerjaaan. Ketika seseorang terlibat dalam pelayanan, ia harus tetap melakukan tugas-tugas kehidupannya yang lain.

Ujilah keberadaan diri kita saat ini.Dalam kesibukan pelayanan, apakah: hidup kita tertib, tidak melalaikan peran dan tanggungjawab aspek kehidupan lainnya? Sebaliknya, di tengah-tengah keasyikan kita bekerja, masihkah kita peduli dengan tugas dan panggilan untuk melayani Tuhan?

 

 

—–Ditulisakan oleh Iis Achsa Penulis adalah Staf Perkantas BPC Jatim. Semarang sedang mengambil program Master Konseling (MK) di SekolahTinggi Teohgia Reform Injili Indonesia (STRII).

 

Berikan tanggapan