Grace Sasongko:
Kubur Yesus dalam Perjalanan Sejarah

Sebuah kubur mengandung makna penting, khususnya bagi kaum keluarga atau sahabat terdekat selama seseorang hidup. Apalagi untuk masyarakat tradisional di mana nilai-nilai budaya masih sangat kental. Pada hari-hari tertentu setelah kematian, orang akan pergi ke kubur untuk mengenang dan menuniukkan penghormatannya. Sebagian orang juga masih beranggapan bahwa orangyangtelah mati masih mempunyai hubungan batin dan kekuatan mistis yang bisa mendatangkan berkat atau kutuk bagi keturunannya. Bahkan, mereka memanjatkan doadoa untuk kebaikan hidup mereka.

Kini, seiring dengan kesibukan atau kesulitan lahan terutama bagi yang tinggal di kota-kota besar, berkembang alternatif lain yaitu mengremasikan jenazah. Banyak orang Kristen juga mulai mengadopsi tradisi ini. Namun ada juga aliran tertentu yang masih belum bisa menerima bahkan tidak menyetujui cara seperti ini dengan alasan masing-masing.

Fakta kubur Yesus yang kosong bukan saja mengejutkan murid-murid Yesus tetapi kemudian mengundang banyak perdebatan. Ke empat lnjil serentak menyaksikan bahwa batu sudah terguling dan kubur telah kosong. Namun peristiwa kosongnya kubur membersitkan dugaan Pertama dari Maria Magalena, bahwa Tuhan telah diambil orang dari kuburnya (Yoh. 20:2, I 3). Berbagai pendapat kemudian berkembang sehubungan dengan keinginan untuk membuktikan bahwaYesus sebenarnya tidak pernah bangkit. Ada yang mengatakan, bahwa mayat Yesus iustru secara sengaja disembunyikan oleh para murid dan sahabat Yesus sendiri. Namun alasan ini tidak cukup kuat, karena bukankah murid dan orang terdekat Yesus merasa sangat sedih dan telah hancur hatinya. Mereka terpukul dan putus asa. Mereka takut luar biasa terhadap pemerintah, tentara dan musuh-musuh Yesus sejak proses pengadilan hingga kematian Yesus di kayu salib. Lagipula kubur itu dilaga dengan sangat ketat oleh tentara Romawi. Mana mungkin mereka berani mencuri mayat Yesus apalagi menyembunyikan-Nya.

Ada lagi pendapat lain yang mengatakan, pencurian mayat Yesus iustru dilakukan oleh para lawan Yesus yang sangat membenci Dia. Namun pendapat ini sangat tidak masuk akal,  karena merekatentu lebih menginginkanYesus mati, dan mayat Yesus merupakan bukti satu-satunya yang paling sah. Orang Yahudi sendiri bungkam terhadap peristiwa kosongnya kubur. Ini menandakan bahwa mereka tidak lagi mempunyai bukti yang kuat. Akan selalu ada orang-orang yang berupaya ingin membuktikan bahwa Yesus tidak pernah bangkit dari kubur. Kini, para peneliti dan ahli sejarah masih gencar melakukan propaganda, bahwa suatu ketika akan berhasil ditemukan tulang-tulang Yesus di sekitar Yerusalem. Orang-orang Yunani pada zaman Paulus pun sangat sulit menerima fakta kebangkitan Yesus (l Kor l5). Filsafat Yunani mengajarkan bahwa tubuh merupakan penjara bagi jiwa. Dan kehidupan yang sesungguhnya ada di dalam jiwa, bukan tubuh. Ketika tubuh mengalami kematian, maka jiwa terbebaskan. Jadi menurut mereka, tidak ada kekekalan dalam tubuh, yang ada hanya di dalam jiwa. Mereka meyakini bahwa kebangkitan hanya merupakan perubahan pikiran (metafora) dan penampakan Yesus yang disaksikan murid-murid hanya merupakan pemikiran yang terjadi secara subyektif di dalam diri mereka sendiri.

Buku fheJesus Dynosty yang ditulis oleh James D. Tabor dan terbit tahun 2006 sempat mengguncang orang Kristen di seluruh dunia. Buku ini memaparkan kemungkinan bahwa Yesus tidak benar-benar bangkit’ Tabor mengungkap penemuan makam Talpiot yang letaknya di sebelah selatan Yerusalem. Di dalam makam itu dijumpal l0 osuarium (peti tulang terbuat dari batu gamping) dan usianya kira-kira berasal dari zaman sebelum tahun 70 M. Misi penelitian yang dilakukan pada tahun 1980 ini sebenarnya telah dihentikan, karenatidak ada bukti-bukti pendukung yang kuat. Namun buku ini terlanjur laris, karena isu nya yang mengheboh kan, apalagi setelah diangkat ke dalam film The Lost Thomb of Jesus, yang seakan membenarkan bahwa makam Talpiot adalah makam keluarga Yesus.

Memang, sejak penghancuran Yerusalem yang Pertama pada tahun 70M, orang Kristen tidak lagi bisa tinggal di Yerusalem. Sekitar 600 ribu penduduk Yahudi mati dibunuh dan ratusan ribu lainnya diusir. Titus yang ketika itu menjabat panglima Romawi juga menghancurkan simbol-simbol kekristenan. Benteng pertahanan dan Bait Suci dirobohkan. Enam puluh tahun kemudian Kaisar Hadrianus menguasai kota itu, dan membangun Yerusalem untuk kepentingan eksklusif komunitas Romawi. Luasnya lebih kecil dari asalnya dan Yerusalem benar-benar menjadi kota yang sangat kafir, yang dipersembahkan kepada Dewa Yupiter Kapitolinus. Orang Yahudi sama sekali tidak diperkenankan masuk kota.

Karena ulah Titus dan Hadrianus, maka para penulis Kristen zaman itu jarang menyebut nama Golgota dan kubur Yesus selama lebih kurang dua abad lamanya. Yerusalem kemudian berkembang menjadi kota yang padat dan tanahnya berisi reruntuhan yang berlapis-lapis dari berbagai zaman. Para arkeolog semakin sulit melakukan penelitian di kota tersebut. Sejumlah pakar berpendapat lokasi Golgota dan kubur Yesus menjadi kabur dan tidak pasti.

Baru pada abad ke empat, Kaisar Konstantin dari Byzantium mengunjungi Yerusalem dan beliau mengizinkan orang Yahudi kembali tinggal di kota itu. Yerusalem menjadi kota kristiani pada zamannya. la banyak membangun gereja disana, terutama Gereja Kubur Suci aran Church of The Holy Sepulchre yang terkenal itu. Bersama Helena, ibunya, ia membangun gereja tersebut setelah mendapat informasi bahwa di sekitar area tersebut terdapat kubur tua peninggalan orang Yahudi, berada dekat Golgota dan kubur di mana jenazah Yesus pernah dibaringkan. Sumber aslinya tidak diketahui secara pasti, karena itu para ahli sejarah juga sulit mempercayai kebenaran pendapat tersebut.

Ketepatan lokasi kuburYesus masih diminati untuk terus diteliti hingga hari ini dan menjadi perbincangan hangat di kalangan para pakar peneliti dan tokoh gereja. Kita bisa melihat sejenak, Perjanjian Baru memberikan dua petunjuk seputar lokasi penyaliban Yesus sebagai acuan. Menurut lbrani I 3: 12, lokasi itu terletak “di luar pintu gerbang”, tetapi sayangnya tidak menyebutkan gerbang yang mana, karena ada banyak pi ntu gerbang yang mengel i I ingi kota Yerusalem. Dan dalam Mat. 27:39 dan Yoh. 19: 20 dikatakan bahwa letaknya di dekat jalan yang dilalui para pejalan kaki. Ayat ini memang konsisten dengan fakta bahwa tentara Romawi sering menyalibkan orang di tempat yang agak tinggi di dekat jalan utama, sebagai peringatan bagi para pelanggar otoritas mereka.

Sejumlah pakar berpendapat bahwa lokasiyang masuk akal mungkin terletak di sebelah barat laut kota, karena sisi kota lainnya berupa tebing yang terjal dengan jurang-jurangnyayang dalam. Sejumlah orang Kristen setempat percaya bahwa Golgota dan kubur Yesus kemungkinan besar berada di sekitar kubur tua orang Yahudi. Tetapi sulit memastikan hal tersebut, karena orang Romawi pernah membangun kuil penyembahan bagi Venus di atas lokasi tersebut, dan proses pembangunan kuil pun mungkin sudah menghancurkan bagian-bagian yang penting.

Gereja Kubur Suci yang dibangun Helena pun pernah dimusnahkan, pertama oleh bangsa Persia tahun 6 l4 M, lalu oleh bangsa Arab tahun 638 M. Baru pada abad II gereja tersebut di renovasi. Kita bisa menyaksikan bangunannya sangat tua dan besar. Sayap kirinya berupa rotunda, berdinding lengkung tinggi dan berkubah emas yang dikelilingi balkon dengan ornamen lampu-lampu emas. Dalam suasana terkesan agak redup kita bisa mendapati altar, beberapa kapel kecil dan sebuah batu urapan yang pernah dipakai untuk memandikan jenazah Yesus. Gaya arsitekturnya menyimpan kepel bagaian budaya hingga terkesan unik, karena setiap bagiannya dibangun pada waktu dan zaman yang berbeda-beda. Denahnya seolah-olah tidak beraturan sehingga membuat orang-orang bingung karena mudah kehilangan arah. Tempat ini hingga kini masih dipercaya oleh banyak orang Kristen di dunia, khususnya orang Anglikan, sebagai situs suci menurut tradisi Yahudi kuno. Konon, di sinilah Helena menemukan Salib dan kubur Yesus. Kini gereja besar ini dipakai dan dikelola oleh enam aliran gereja yang berbeda.

Sekalipun lokasi gereja ini sekarang dianggap mendekati lokasi penyaliban dan penguburan Yesus, namun banyak ahli meragukan karena letakrya beradadi engah kedan umur kubur tern)rata lebih muda dari masa kematian Yesus.

Kemudian hari muncul tempat lain yang kini juga sangat populer, yaitu Gordon’s Colvory dikenal sebagai Gorden Tomb atau Taman Makam. Letaknya sekitar 0,4 mil agak ke sebelah utara kotaYerusalem lama. Tempat ini pertama kali diusulkan oleh Charles George Gordon pada tahun 1883, karena kriteria tempat ini mirip seperti yang tercantum dalam Alkitab. Sebuah kubur terletak di dalam taman yang indah, seperti lazimnya orang Yahudi yang kaya memiliki kubur semacam ini bagi dirinya sendiri. Kubur ini juga berdampingan dengan bukit terjal yang menyerupai tengkorak. Tetapi yang menjadi masalah adalah umurnya jauh lebih tua dari zaman Yesus, sehingga dianggap tidak akurat. Bagaimanapun juga, hingga kini banyak peziarah yang berkunjung dan mengadakan perjamuan kudus di Taman Makam yang indah ini.

Penelitian untuk mengungkap kubur Yesus, baik melalui sisa tubuh-Nya ataupun letaknya, sepertinya tak akan pernah berakhir. Akan selalu menyisakan tanda tanya yang bisa mengombang-ambingkan iman orang percaya. Ditemukan ataupun tidak, faktaAlkitab dalam ke empat Injil sebenarnya mengungkapkan begitu jelas bahwa Yesus telah mati, dikuburkan dan bangkit. La tidak tinggal lagi di dalam kubur. Dan sampai hari ini belum ada bukti yang dapat menyangkal kebenaran fakta tersebut.

Kubur telah kosong. Karena Yesus benar-benar telah bangkit. la telah menampakkan diri kepada para murid dan sahabat-Nya. Kepada lima ratus orang lebih secara serentak dan juga kepada Paulus. lni tentu bukan halusinasi atau imajinasi belaka. Ke empat lnjil merekam peristiwa historis ini sebagai momen yang memang benar pernah terjadi. Bagaimana mungkin para murid mengalami perubahan yang dahsyat di dalam diri mereka, dan menjadi pewartaan yang dipenuhi kuasa, andaikata mereka tidak pernah menyaksikan atau tidak meyakininya? Mereka tak lagi ketakutan atau sedih atau putus asa, tetapi dengan semangat yang berkobar, mereka bahkan rela mati demi pemberitaan Yesus yang mereka yakini. Andai Yesus tidak bangkit, tentu sia-sia pewartaan mereka, sia-sia juga kita ber-PI dan beriman kepada-Nya ( I Kor. l5: l4).

Jika kita percaya akan kebangkitan Yesus, maka kita tak punya alasan lagi untuk hidup secara tidak bertanggung jawab (l Kor. 15:32) atau sekadar memperdebatkan hal-hal yang tak berguna. Karena jika kita telah mati bersama Kristus maka kita juga terpanggil untuk hidup bersama dengan Dia, mencari perkara yang di atas dan menjadi model kemuliaan Kristus di tengah kebejatan dunia.

 

 

—– Dituliskan oleh Grace Sasongko

— Majalah Dia Edisi 1/ Tahun XXIII/2008

Tinggalkan sebuah komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *