Pentingnya buku
Buku merupakan sarana penting bagi pembinaan diri (peningkatan kualitas sumber daya manusia), baik secara formal maupun informal. Karena itu, semakin maju suatu negara, semakin banyak pula buku yang diterbitkan. Misalnya, Amerika menerbitkan buku sekitar 40.000 judul baru per tahun. Sedangkan Jepang, negara termaju di Asia menerbutkan 35.000 judul baru per tahun. Bandingkan dengan Indonesia Data IKAPI 1992 menyebutkan, di Indonesia buku yang terbitkan sekita 4.000 – 5.000 judul per tahun dengan kisaran sekitar 2000/judul. Padahal jumlah penduduk kita sekitar 160 juta jiwa.
Dalam Alkitab, buku juga dilihat sebagai sarana pengembangan diri. Misalnya dalam Matius 29:18-20. Ada tiga point yang diamanatkan Tuhan Yesus kepada kita. Pertama, kita diperintahkan untuk membentuk kembali manusia. Pembentukan rohani manusia diawali dengan membaca Alkitab (firman Tuhan) dan buku-buku rohani. Melalui bacaan-bacaan tersebut, manusia diajar mengenal kehendak Tuhan misalnya: panggilan menjadi anak Tuhan (lahir baru),dll.
Kedua, pross pembentukan tersebut melalui pergumulan, tantangan dan pengujian sebagai murid Kristus. Alkitab dan buku-buku rohani menjadi dasar/pedoman untuk bertindak bijaksana, mengasihi dan menyangkal diri.
Ketiga, melalui proses pembentukan, manusia menyadari bahwa Alkitab adalah alat Kristus. Alkitab perlu dikaji terus menerus untuk dapat melihat dan memahami “apa yang Allah inginkan untuk kita perbuat”. Dengan demikian kita akan berhasil dalam menjalankan tugas yang diberikan-Nya. Tuhan menyadari bahwa tugas itu berat. Ia mengajarkan nasihat yang terkenal “cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati” ( Matius 10:16). Melalui buku (termasuk Alkitab), kita dapat melihat dunia ini dalam perspektif yang luas.
Buku dan kita
Membaca buku merupkan aktivitas yang paling penting bagi mahasiswa dan alumni. Sebab dengan membaca buku, berarti kita mempelajari sejarah, metode, memperluas bidang pengetahuan dan secara tidak langsung mempengaruhi kehidupan. Sayangnya membaca buku belum membudaya di Indonesia. Padahal orang yang pandai dan kreatif umumnya banyak membaca serta terus menerus menyegarkan pengetahuan dengan menambahkan fakta baru dalam ingatan. Oleh karena itu kita perlu mendidik anak, mahasiswa bahkan masyarakat untuk gemar membaca.
Pertama, membentuk sikap obyektif. Dalam kehidupan sehari-hari, seringkali kita dituntut bertindak cepat. Kita ingin segala sesuatu cepat selesai. Karena harus bertindak cepat, orang sering tidak memberi waktu untuk mengumpulkan bukti, menyaring alasan atau menimbang pro dan kontra dengan tenang. Bila ada hal yanga agak rumit langsung diserahkan pada para ahli bidang tertentu (konsultan).
Ilmu pengetahuan berkembang karena manusia senantiasa melakukan pencobaan, menggali dan mempelajari fakta lalu menyimpulkannya secara obyektif. Untuk itu manusia perlu membaca buku sehingga kebenaran diungkapkan secara benar. Buku yang kita baca dapat memberikan jawabana pasti. Kita perlu membaca berbagai jenis buku untuk membentuk sikap obyektif. Karena pada kenyataannya kita bergelut dengan berbagai aspek dan masalah hidup yang harus dinilai secara obyektif pula.
Kedua, memperbaiki cara berpikir. Untuk dapat bersikap obyektif seperti disebutkan diatas, kita harus mengubah pola pikir yang sudah tertanam dan berakar. Ini tidaklah mudah. Kita perlu membaca buku terus menerus agar memiliki cara berpikir yang sistematis, dapat memaparkan dan melihat berbagai data, maupun melihat alternatif dan mencari jalan keluar, serta menguasai fakta. Jika melakukan hal tersebut, wawasan berpikir akan semakin luas, yang akan lebih memampukan kita untuk mengatasi masalah.
Ketiga, berpikir kreatif. Kita harus memiliki kombinasi pola pikir realistis dan imaginatif. Untuk itu ada empat tahapan yang harus dilalui, yaitu persiapan, pemeranan, pengilhaman dan pembenaran. Dengan membaca buku, keempat tahapan tersebut dapat kita capai. Sebab dengan membaca, kita sedang berusaha menghidup imajinasi, mendatangkan ilham dan kemudian diteruskan pada proses pengontrolan dan pembenaran (diperiksa, dikritik, diolah dan akhirnya diteliti).
Kiat memotivasi diri
Pada prinsipnya setiap profesi/pekerjaan berkaitan dengan pengembangan diri. Dengan pengembangan diri melalui membaca dan sarana lainnya, maka pekerjaan itu apsti berhasil.
Membentuk motivasi yang kat dalam membaca buku amat sulit, karena itu penulis mengajukan lima sarana. Pertama, murnikan cita-cita kita tentang pekerjaan saat ini dan atau kelak. Cari pengalaman sendiri tentang bidang kerja itu! Terapkan apa yang telah kita pelajari pada kehidupan sehari-hari. Kedua, singkirkanlah hal-hal yang membelokkan perhatian, kendalikan perhatian kita terhadap buku yang akan kita pilih untuk dibaca. Ketiga, tegaskan tujuan jangka pendek dan terapkan “batas waktu”, pikirkanlah masa depan dan luaskan cakrawala pandangan kita melalui membaca buku. Keempat, carilah secara tepat keterangan tentang kemajuan yang kita alami. Kelima, bacalah latar belakang sejarah dari bidang yang kita pelajari. Pelajarilah cara kerja orang-orang terkemuka dan pikirkanlah pengaruh sosial dari ilmu yang dipelajari.
Pengembangan diri melalui membaca buku akan sangat berpengaruh pada sikap kita dan cara kita menyampaikan gagasan. Kita akan mempunyai logika yang semakin tajam, kita akan mempu mendefinisikan masalah, menyaring bukti, melihat kaitan dan membuat kesimpulan. Bila kita membaca buku terus-menerus maka pola berpikir kita akan terarah, dan kita akam memiliki pola berpikir kratif. Selamat mengembangkan diri melalui buku!
Dituliskan oleh Anthony Sagala, alumnus Fakultas Tekhik Universita Indonesia (FTUI) dan mantan Ketua Badan Pengurus Cabang (BPC) Perkantas – Jakarta, sekarang bekerja di Perusahaan Listrik Negara.