Garuda Pancasila, akulah pendukungmu
Patriot Proklamasi sedia berkorban untukmu
Pancasila dasar negara
Rakyat adil makmur sentosa
Pribadi bangsaku:
Ayo maju-maju, ayo maju-maju, ayo maju-maju
Syair di atas merupakan syair sebuah lagu yang digubah sangat indah sebagai sumbangsih seorang pemuda bernama Sudharnoto pada zaman kemerdekaan. Lagu ini dibuat sebagai “Mars Pancasila”, yang kemudian lebih dikenal dengan judul “Garuda Pancasila”. Syair yang demikian singkat ini mengandung pesan penting tentang keberadaan bangsa Indonesia yang dilambangkan dengan burung Garuda Pancasila. Dalam syair ini, pesan kebanggaan sebagai bagian dari bangsa Indonesia yang turut serta dalam memperjuangkan dan mengisi kemerdekaan dinyatakan:
“Akulah Pendukungmu!
Aku bersedia berkorban untukmu!
Aku mau melihat Indonesiaku maju, maju, maju dan hanya maju!”
Garudaku pun mulai maju, terbang mengepakkan sayap di langit yang biru, memperlihatkan kebebasannya, kekuatannya, dan kemegahannya sebagai bangsa mandiri. Garudaku maju dengan ambisi bersama, pribadi-pribadi yang bersatu, yang mengedepankan pengorbanan diri dan sebuah hasrat besar untuk kemajuan bangsa.
Nilai-nilai yang dibawa terbang tinggi oleh Garudaku ialah Ketuhanan Yang Mahaesa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, serta Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Garudaku terbang bersama harapan bangsa, menjadi bangsa yang besar, adil, makmur dan sentosa serta mampu berdiri bersama jajaran bangsa-bangsa.
Akan tetapi, harapan yang terbang makin tinggi sebagai sebuah bangsa yang maju, aman, sentosa, adil dan makmur sesaat terhenti ketika kulihat Garudaku terluka. Garudaku terluka oleh tangan-tangan besi yang mengedepankan kepentingan diri di atas kepentingan rakyat. Garudaku terluka oleh hati yang dingin akibat paradigma berpikir keyakinan diri yang paling benar. Garudaku terluka oleh kepala batu yang menyusun strategi untuk memecah-belah persatuan demi tercipta ambisi dan tujuan pribadi. Garudaku terluka saat nilai-nilai yang dibawanya sengaja dipudarkan, perlahan dilupakan, bahkan sempat ingin digantikan. Garudaku terluka oleh ketidakpedulian dan sikap berpangku tangan. Garuda yang terluka kini tak dapat terbang tinggi.
Siapakah yang sanggup memulihkan Garudaku yang terluka? Pertanyaan ini seperti menjawab pertanyaan mengenai siapakah yang sanggup memulihkan luka seorang istri yang disakiti suami. Luka seorang istri hanya sanggup dipulihkan oleh perkataan dan tindakan maaf yang didasari oleh cinta tulus sang suami. Dari manakah asalnya cinta tulus dan pemulihan berasal? Dari Sang Pencipta manusia, Allah Yang Mahaesa. Demikian juga dengan luka Garudaku. Lebih cepat pulih oleh insan-insan yang secara aktif melukai Garudaku dan insan-insan pasif yang tak memandang hadirnya Garudaku. Itu berarti engkau, aku, dan mereka. Luka Garudaku dapat segera pulih oleh kita. Dari mana sumber pemulihan terjadi? Dari Dia, Sang Pencipta bangsa kita, Tuhan Yang Mahaesa.
Menyadari adanya luka membuat Garudaku berhenti sejenak. Berhenti bukan untuk menyerah. Berhenti untuk berefleksi. Berhenti untuk tertunduk pada sang ilahi. Berhenti dari kebanggaan dan kesombongan diri. Berhenti dari arah dan tujuan yang tak pasti. Berhenti untuk melihat, apakah masih ada yang tersisa bersamaku? Berhenti untuk terdiam sejenak sebelum terbang lebih tinggi. Berhenti untuk kita bisa melihat dengan jelas apa yang dicengkeram dengan kuat oleh kaki Garudaku. Sebuah tulisan: “BHINEKA TUNGGAL IKA.” Berbeda-beda tetapi tetap satu jua. Garudaku ingin kita bisa melihat dan menyadari dengan jelas, bahwa kita berasal dari beragam suku, agama, kepercayaan, dan bahasa yang berbeda. Tapi, perbedaan itu tak pernah dapat memisahkan kita sampai kapan pun. Perbedaan itu indah. Perbedaan itu kekayaan bangsa kita. Perbedaan itu yang menyatukan bangsa kita.
Jangan lukai lagi Garudaku, Garudamu, Garuda kita. Mari ambil sikap meringankan, dan bukan menambah, luka yang ada. Mengobati, dan bukan menyakiti, luka yang ada. Membalut, dan bukan membongkar makin dalam, luka yang ada. Selama masih ada cinta tulus yang lahir dari sumber kasih abadi, luka apa pun dan seberapapun besar luka itu akan terobati. Selama masih ada pribadi-pribadi yang memiliki cinta untuk bangsa Indonesia, harapan bangsa masih besar. Selama masih ada cinta, di sana ada pemulihan. Selama masih ada cinta, pasti ada pengorbanan. Selama ada cinta, masih ada pengharapan persatuan bangsa.