Dr. Rahmiati dan Drs. Agus B. Hardja, S.Th:
Gembala yang Mencukupi

Sepanjang zaman, manusia selalu dituntut memenuhi kebutuhannya. Bahkan dalam perkembangan yang semakin modern ini kebutuhan manusia semakin beragam. Bagi sebagian orang, kebutuhan dasar yakni kebutuhan semakin beragam. Bagi sebagian orang, kebutuhan dasar yakni kebutuhan jasmaniah, sudah dipenuhi. Mereka tidak lagi berjuang untuk sesuap nasi, tetapi mencari untuk memenuhi kebutuhan sekunder bahkan luks. Di pihak lain, sebagian orang masih mencoba “mengais” dengan susah payah untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-harinya. Komunitas yang belum dan sudah mapan ini memang cukup kecil, namun dalam kehidupan sehari-hari sangat mencolok perbedaannya. Yang mapan dalam mengarungi kehidupan berkendaraan mewah, sementara yang berjuang sekedar bertahan hidup mengandalkan otot. Semua bersaing dengan ketat di berbagai bidang. Yang kalah menyingkir dan yang menang melaju. Diakui atau tidak, itulah yang berlaku di zaman ini!

Di zaman seperti ini pula orang Kristen hidup. Itu tidak mungkin dielakkan. Pergumulan umat Kristen tak beda dengan pergumulan orang lain. Demikian juga di bidang lain, baik pergumulan masyarakat, sosial dan bangsa. Itu dapat dibuktikan dalam firman Allah dan setiap ibadah ada doa syafaat bagi masyarakat, bangsa dan negara. Kalau setiap orang bergumul mendapatkan kebutuhan dasarnya, umat Kristen pun mengalami hal yang sama. Bahkan Yesus Kristus dalam doa Bapa kami mengajarkan manusia memohon supaya kebutuhan dasarnya dipenuhi. Jika demikian apakah kebutuhan dasar manusia?

Kebutuhan Keselamatan

Kebutuhan manusia yang paling mendasar adalah keselamatan hidup. Tidak seorang manusia pun menginginkan dirinya binasa. Kehidupan kekal itulah yang dicari amnusia. Itu dapat kita lihat dari berbagai macam bentuk keagamaan dan kepercayaan manusia dari zaman. Manusia dalam hidupnya mengharapkan kesejahteraan, aman, tentram, sentosa, baik di dunia maupun di akhirat. Jika kesejahteraan di dunia sudah tercukupi, biasanya manusia akan berusaha mendapatkan keselamatan kekal. Bila manusia ingin selamat di akhirat, Yesus Kristus memberi jalan keluarnya. Dalam Yohanes 3:16 tertulis bahwa begitu besar kasih Allah akan dunia ini. Itu berarti Ia mengaasihi manusia berdosa. Kasih Allah tersebut memang melampaui akal manusia. Kasih yang mendorong Allah mengutus Anak-Nya yang tunggal, mati di kayu salib supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa melainkan beroleh hidup kekal.

Kebutuhan Kasih

Kematian Kristus di kayu salib membuktikan kasih Allah kepada manusia. Adakah kasih yang lebih besar dari manusia selain orang yang memberikan nyawanya untuk sahabatnya? Kasih yang tak terbatas itulah yang diberikan Allah kepada manusia. Kasih yang menyelamatkan yang menghibur dan menguatkan. Itulah kasih Allah. Bukankan sebenarnya setiap amusia tinggal mempercayai kasih Allah yang demikian ini?

Para rasul, para bapa gereja dan para martir sudah mengalami kasih yang demikian ini. kiranya orang-orang Kristen zaman sekarang juga mengalami kasih Allah yang demikian, sehingga rela hidup untuk-Nya.

Kebutuhan Jasmani

Seperti orang lain, orang Kristen pun memiliki kebutuhan jasmani. Kebutuhan dasar manusia secara jasmani adalah sandang, pangan, dan papan (perumahan). Tuhan Yesus pun ketika melayani di dunia sangatmemperhatikan kebutuhan manusia. Bahkan Ia mengajar murid-murid-Nya berdoa memohon supaya kebutuhan akan makanan dicukupkan oelh-Nya, ”… berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya…” karena itu dalam kesaksian hidup Tuhan Yesus, kita melihat banyak mujizat terjadi. Tatkala orang yang mengikuti-Nya lapar, Ia memenuhi kebutuhan mereka dengan “menyediakan” lima roti dan dua ikan yang diubah menjadi banyak melalui mujizat sehingga mampu memenuhi mujizat sehingga mampu memenuhi kebutuhan 5000 orang (Mat 14:13-21). Ketika melihat berbagai macam penyakit dan kelemahan manusia, Yesus pun menyembuhan mereka (Mat 9:35-37).

Pemazmur dalam Mazmur 23 melukiskan Tuhan sebagai gembalanya. Bagi orang Istrael, seorang gembala pasti akan memenuhi kebutuhan dombanya. Selain itu, seorang gembala juga bertanggung jawab menjaga domba-dombanya dari terkaman binatang buas. Jaminan keselamatan bagi domba yang digembalakan tidak hanya sementara, tetapi pemazmur mengatakan “seumur hidupku” (ayat 6).

Yohanes 10 menguraikan tentang gembala yang baik. Seorang gembala yang baik berbeda dengan gembala upahan. Seorang gembala upahan tidak akan mau mempertaruhkan nyawanya untuk menyelamatkan domba gembalaannya dari ancaman binatang buas. Yesus dengan tegas mengatakan bahwa Dialah gembala yang baik. Ia rela memberikan nyawa-Nya bagi manusia. Jaminan ini seharusnya menjadi pegangan bagi setiap orang yang percaya kepada-Nya. Bukankah ini merupakan penghiburannya yang luar biasa?

Sebagaimana makanan jasmani yang setiap hari dibutuhkan akan makanan rohani. Seorang gembala yang baik juga akan memperhatikan kebutuhan rohani domba-domba-Nya. Ini pun telah dipenuhi Yesus Kristus. Oleh karena itu, sebagai domba-Nya, kita memmbutuhkan firman Allah setiap hari.

Bagaimana kita mengetahui apa yang kita butuhkan saat ini? secara tegas firman Tuhan mengatakan “ karena dimana hartamu berada, disitu juga hatimu berada” (Mat 6:21). Menempatkan harta di atas kerinduan mendengarkan suara Tuhan, pertanda pementingan terhadap hal-hal jasmani. Orang percaya yang sudah menjadi milik Tuhan tidak layak menganggap harta benda bahkan tubuhnya sebagai miliknya pribadi. Kesadaran bahwa segala sesuatu yang dimilikinya adalah milik-Nya akan menempatkan dirinya di bawah otoritas Allah. Jika kesadaran ini ada, maka harta tidak lagi menjadi target utama, melainkan untuk menyenangkan dan memuliakan Tuhan. Dengan kesadaran ini ucapan syukur atas kasih karunia Tuhan akan selalu keluar dari mulut orang percaya.

Bila ditinjau dari sudut pandang manusia ukuran “cukup” akan bagi kebutuhan setiap orang memang relatif. Kebutuhan orang yang satu dengan yang lain tentu berbeda. Namun sudut pandang Allah dalam memenuhi kebutuhan setiap manusia jelas mutlak dan benar. Allah pasti tahu kebutuhan setiap pribadi. Bagaimana Allah memenuhi kebutuhan umat-Nya pun itu semata-mata merupakan otoritas Tuhan. Ini dapat kita buktikan dengan adanya orang yang kaya dan miskin, yang berpendidikan dan kurang berpendidikan dan sebagainya di dunia ini. Bagaimana orang Kristen bersikap terhadap fakta tersebut?

Pertama harus disadari bahwa Allah pada dasarnya akan mencukupi kebutuhan umat-Nya, baik jasmani maupun rohani. Kedua, sudut pandang Allah dalam memenuhi kebutuhan dan kecukupan umatnya adalah mutlak benar (Fil 4:19), sedangkan dari sudut pandang manusia, kebutuhan setiap orang relatif. Ketiga, bagi umat Kristen yang belum dapat memenuhi standar cukup menurut dirinya, harus belajar dari Paulus yang mencukupkan dirinya dalam segala keadaan (Fil 4:11). Keempat, bagi umat Kristen yang berkecukupan hendaklah rela dan mau membantu setiap orang yang membutuhkan pertolongan. Bukankah Gembala yang baik akan tetap memelihara umat-Nya sampai pada kekekalan? (Maz 23)

*Dituliskan oleh Dr. Rahmiati, dosen Institut Injil Indonesia dan Dr.Agus B. Harja, S.Th , staff Perkantas Malang.

Tinggalkan sebuah komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *