Ada ungkapan, “home sweet home,” yang artinya kira-kira, “rumahku surgaku.” Tidak ada tempat yang begitu nyaman selain rumah. Kenyamanan ini tentu tidak tergantung dari bentuk rumahnya, luas atau sempit pekarangannya, mewah atau sederhana barang-barang yang ada di dalamnya, dan sebagainya, tetapi lebih menyatakan perasaan senang, betah, nyaman dan selalu dirindukan.
Kenyamanan itu terjadi di dalam hubungan antaranggota keluarga yang ada di dalam rumah, yakni hubungan yang dekat dan adanya komunikasi yang intim. Anggota keluarga merasakan hubungan yang dekat, akrab, terbuka, dan merasa menjadi bagian anggota keluarga. Keluarga memiliki identitas tersendiri yang mengikat dan mengokohkan.
Tidak dapat dipungkiri, bahwa situasi pandemi seperti sekarang ini dapat membuka atau menunjukkan adanya persoalan yang harus dibenahi dalam keluarga. Misalnya, sebelum masa pandemi, suami-istri terpisah sekian waktu tiap hari karena masing-masing bekerja atau suami bekerja di kantor, sedangkan istri tinggal di rumah. Sekilas, hubungan mereka tidak ada masalah, namun bisa jadi berangkat bekerja itu menjadi kesempatan untuk melarikan diri atau mencari ketenangan sekian waktu daripada bertemu dengan pasangan yang seringkali menimbulkan konflik. Apalagi seandainya ada masalah perselingkuhan di antara suami-istri itu sebelumnya, pastilah hubungannya tidak nyaman dan seperti ada jarak. Contoh lain keadaan sebelum pandemi, hubungan anak dengan orang tua yang tidak baik agak teredam dengan kesibukan orang tua yang bekerja dan anak yang sekolah atau kuliah. Sekian waktu tidak bertemu dan tidak timbul suasana “panas” di rumah.
Dengan adanya pandemi ini dan terpaksa untuk tinggal di rumah sekian bulan, maka ada keluarga-keluarga yang merasa tidak betah dan tertekan karena hubungan antaranggota keluarganya makin buruk akibat terpaksa bertemu sepanjang hari dengan anggota keluarga lain yang sebelumnya sudah tidak ada komunikasi dan hubungan yang baik.
Namun demikian, kondisi yang mengharuskan semua anggota keluarga tinggal di rumah sepanjang hari seharusnya bukan menjadi bencana atau menimbulkan persoalan yang memang sudah ada di dalam keluarga, melainkan justru makin menguatkan dan makin dapat menikmati kebersamaan hubungan dan komunikasi antaranggota keluarga. Kenyamanan dalam keluarga seharusnya tetap dirasakan bahkan makin dirasakan karena keluarga menjadi tempat kebersamaan, perlindungan dan kesatuan dalam segala keadaan.
Kenyamanan: perlu diupayakan
Kenyamanan itu tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan perlu diupayakan oleh tiap-tiap keluarga yang merindukan suasana seperti itu. Bagaimana membangun relasi antara suami-istri dan hubungan orang tua dan anak terutama di masa pandemi ini?
Pertama, apabila selama ini masing-masing sibuk dengan urusan masing-masing tanpa memperhatikan relasi dan komunikasi dengan antaranggota keluarga lainnya, maka perlu masing-masing terbuka dan jujur untuk mengakui dan mau untuk mengutamakan keluarga lebih dari pekerjaan, orang lain, hobby dan pelayanan. Lalu membuat kesepakatan bersama untuk perbaikan hubungan.
Mengadakan ibadah bersama keluarga sambil saling membagikan apa yang dirasakan dan dipikirkan, lalu saling mendoakan pergumulan masing-masing anggota keluarga namun juga mendoakan persoalan dan kebutuhan keluarga. Hal ini akan sangat menolong perasaan kebersamaan untuk saling mendukung dan peduli serta merasa menjadi bagian dalam keluarga.
Kebersamaan juga dapat dilakukan dengan melakukan pekerjaan di rumah, apalagi bila tidak ada ART di rumah, misalnya mencuci baju bersama, berkebun bersama, memasak bersama, menyapu dan mengepel lantai, merapikan gudang dan mengeluarkan barang-barang yang tidak perlu, dan sebagainya. Membangun kebersamaan bisa juga dilakukan dengan bermain bersama, contohnya main kartu, karambol, atau olah raga bersama dengan jogging atau bersepeda bersama.
Hubungan antara suami dan istri juga perlu dilakukan dengan memiliki waktu berdua untuk berbicara, bukan hanya membicarakan masalah pekerjaan, anak-anak, atau pelayanan, namun yang terutama saling mengungkapkan perasaan masing-masing pasangan. Hal ini dapat dilakukan saat menjelang tidur malam atau ketika ada waktu santai di siang hari.
Hubungan orang tua-anak juga perlu dilakukan, misalnya ayah dapat melakukan pembicaraan dengan masing-masing anak-anak sambil mengerjakan sesuatu seperti memperbaiki kran bocor, mencuci kendaraan, dan sebagainya. Ibu dapat mengajak anak perenpuannya untuk memasak bersama sambil berbicara dari hati ke hati.
Semua ini perlu dijadwalkan dan disepakati semua anggota keluarga, sehingga dapat menjadi kebiasaan yang terus akan terbangun, bahkan setelah pandemi ini berakhir, Bila relasi dan komunikasi ini terjalin dengan baik, maka masing-masing akan merasa nyaman di dalam rumah. Namun apabila tidak diupayakan, maka masing-masing anggota keluarga akan sibuk dengan gadget-nya dan hidup dengan dunianya sendiri. Akibatnya, hubungan antaranggota keluarga akan makin jauh.