Agung B. Waluyo, Ph.D:
Melayani Tuhan Melalui Entrepreneurship

“Entrepreneurship has emerged over the last two decades as arguably the most potent economic force the world has ever experienced”

Dr. Donald Kuratko Director of Global Consortium of Entrepreneurship Center (GCEC)

“Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam KristusYesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.” Efesus 2: 10

Perkantas telah dipanggil Tuhan untuk melayani mahasiswa di bumi Indonesia tercinta, oleh karena itu sudah sepantasnya Perkantas memiliki kepekaan yang tinggi untuk meresponipanggilan Tuhan tersebut.

Salah satu kegagalan pembangunan bangsa ini adalah dalam membangun kesejahteraan masyarakat Indonesia. Ini adalah salah satu amanah Undang-UndangDasar 1945 yang paling penting yang belum bisa kita wujudkan sebagai bangsa. Sejak Indonesia merdeka sampai saat ini, kesejahteraan rakyat Indonesia seakan jauh panggang dari api. Kesejahteraan seperti semakin jauh dari jangkauan rakyat kebanyakan.

Secara kasat mata kita bisa melihat bukti tersebut. Saya sering menyebut kota-kota besar di Jawa tidak mewakili kemajuan sebagian besar masyarakat Indonesia.Walaupun sebagian besar kemajuan, terutama yang berbau teknologi dan segala bentuk kenyamanan yang ditawarkan, dapat kita lihat di kota-kota besar seperti Jakarta dan Surabaya, realita sebagian besar masyarakat kita justru bisa kita lihat mulai daerah pinggiran kota sampai pedesaan.

Sampai detik ini masih ada masyarakat kita yang hidup jauh dari kelayakan kebutuhan hidup yang mendasar yaitu sandang, pangan, dan papan. Sandang mungkin sudah dapat dinikmati oleh rakyat kecil. Sedangkan pangan dan papan masih sangat sulit dijangkau. Harga makanan yang merupakan dasar dari empat sehat lima sempurna mulai sulit terjangkau saat ini. Harga-harga bahan pokok ini seakan enggan bersahabat dengan rakyat kecil. Papan apalagi. Perumahan yang layak masih merupakan sebuah impian bagi kebanyakan orang.

Hal yang sangat memprihatinkan justru datang dari kelompok  masyarakat Indonesia yang diharapkan membawa harapan baru yang lebih cemerlang bagi bangsa Indonesia, yaitu mereka yang berpendidikan sarjana. Adalah harapan setiap orang tua untuk anaknya bisa hidup lebih sejahtera dengan mengirimkan anak-anaknya bersekolah dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Mereka bahkan sampai rela menjual seluruh harta benda mereka untuk biaya sekolah. Namun akhirnya mereka menemui kenyataan bahwa anak-anak yang mereka banggakan, meski bergelar sarjana namun harus menyandang status “PNS” alias “pengangguran ning sarjana”, sarjana tapi tanpa pekerjaan alias pengangguran sarjana.

Jumlahnya pun sangat memprihatinkan. Saat ini ada sekitar 3.000 lebih perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta, yang beroperasi di Indonesia dan jumlah mahasiswa diperkirakan telah mencapai lebih dari 4,5 juta orang. Pada tahun 2006, BPS mencatat ada sekitar 325 ribu orang sarjana yang menganggur.Segala daya upaya telah dilakukan oleh berbagai pihak untuk menguranginya namun semua usaha tersebut tidak sanggup menekan laju angka pengangguran, karena dalam kurun waktu 5 tahunan di tahun 2011 angka tersebut mencapai lebih dari 2,5 juta orang.1

 

Apakah Entrepreneurship Itu?

 

Sejauh ini tidak ditemukan kesatuan definisi tentang entrepreneurship dari para ahli. Salah satu contoh definisi entrepreneurship yang klasik berasal dari almarhum professor Timon dari Babson College “Entrepreneurship is the process of creating or seizing an opportunity and pursuing it regardless of the resources currently controlled.” Definisi ini mirip dengan definisi yang diberikan oleh Ciputra “Entrepreneurship adalah kemampuan untuk mengubah kotoran dan rongsokan menjadi emas.” Bagi Ciputra proses ini melibatkan penciptaan peluang, inovasi dan pengambilan resiko yang terukur.

Bagi saya, entrepreneurship adalah sebuah keterampilan dengan sisi keindahan bagaimana menciptakan nilai dan peluang dalam dunia ekonomi yang saya yakin merupakan bagian dalam anugerah umum dalam melayani Tuhan dengan lebih baik lagi. Lebih dari itu ketika diselami jiwanya, entrepreneurship memiliki  kekuatan yang sanggup menjebol dinding pembatas potensi laten yang Tuhan tanamkan dalam diri kita untuk berkreativitas dalam mengelola sumber daya alam di sekeliling kita untuk kemuliaan nama-Nya.

Menariknya, semangat yang ditularkan bukan semangat mencintai uang seperti yang dituduhkan oleh berbagai pihak. Mereka suka mencampurkan kapitalisme Barat yang cenderung merugikan yang kecil, lemah, dan miskin dan menguntungkan yang besar, kuat dan kaya. Dari berbagai keberhasilan entrepreneur, uang bukan menjadi tujuan utama. Uang adalah by product (hasil sampingan) dari kegiatan entrepreneurship yang menghasilkan solusi yang disukai oleh masyarakat karena mereka membutuhkan solusi tersebut.

Ketika dikuasai, entrepreneurship dapat mendorong munculnya solusi-solusi baru bagi problema di masyarakat, mendorong penciptaan lapangan pekerjaan baru dan pengumpulan kekayaan.

 

Perkantas Masa Depan

Paling tidak ada dua hal utama yang Perkantas bisa lakukan di masa depan untuk berperan aktif dalam mewujudkan kesejahteraan rakyat Indonesia. Pertama, Perkantas dapat menginspirasikan dan mendorong mahasiswa dan alumni yang dilayani untuk memiliki mentalitas pencipta kerja dan bukan mencari kerja.

Kedua, jadikan divisi pelayanan bisnis menjadi Perkantas Entrepreneurship Center untuk bisa memperkaya, memperlengkapi, dan memberdayakan mahasiswa dan alumni dengan lebih serius untuk menciptakan usaha bagi mereka sendiri.

Akhirnya, entrepreneurship yang memiliki semangat kreativitas dan inovasi juga bisa diajarkan dan dilatihkan kepada seluruh staf Perkantas sehingga mereka dapat mengelola Perkantas sendiri yang menjadi organisasi Pelayanan yang lebih dapat bekerja mandiri.

 

____________________

1Angka ini adalah perkiraan penulis diperhitungkan dari angka pengangguran sarjana sekitar 2 juta orang diawal 2011 ditambah dengan perkiraan penambahan dalam waktu 5 bulan ditahun 2011 baik yang tercatat maupun yang tidak.

 

—————-

*Dituliskan oleh Agung B. Waluyo, PhD, Direktur Proyek Universitas Ciputra Entrepreneurship Center

**Diterbitkan dalam Majalah Dia Edisi I, tahun 2011

 

 

Tinggalkan sebuah komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *