“…perubahan tidak cukup melalui tulisan. Kita membutuhkan lebih dari sekadar kata yang ditulis untuk bisa bergerak maju. Meski begitu, tiada tindakan mengubahkan yang tidak lahir dari refleksi berbentuk tulisan. Melalui tulisan, refleksi mendalam akan melahirkan kebijaksanaan ketika bertindak.”
(latar belakang laman Facebook ‘Tulisan Anak Halmahera’).
Staf dan simpatisan Perkantas pada umumnya sudah sepakat dan memahami alasan pokok mengapa menulis di surat kabar itu penting. Ini ditunjukkan dengan tak kurang dari beberapa kali Perkantas melaksanakan pelatihan penulisan. Meski begitu, hasil dari pelatihan tersebut belum nampak signifikan. Dalam konteks wacana di surat kabar nasional (mis. Kompas, Tempo, Suara Pembaruan, Sinar Harapan) maupun daerah (mis. Surya, Pikiran Rakyat, Malut Post), kontribusi alumni atau binaan Perkantas melalui kolom opini (artikel), masih tergolong minim jika dibandingkan dengan saudara sebangsa kita lainnya. Kalaupun ada, hanya bisa disebut beberapa nama.
Sama dengan natur tulisan pada umumnya, artikel untuk surat kabar memiliki peran memengaruhi kehidupan publik. Karena itu, hampir semua surat kabar di Indonesia menyediakan kolom tersebut. Menurut Irwan Julianto, editor senior Kompas, kolom opini adalah ruang khusus dari surat kabar yang diberikan kepada kaum intelek sebagai sarana untuk menyuarakan kegelisahan, kritik, dan saran bagi kepentingan publik.
Kolom opini adalah tempat yang diberikan kepada mereka dengan kualitas dan kapasitas untuk membahas dan menganalisis suatu masalah dari sudut pandang keilmuan tertentu. Artinya, mereka yang mampu menuliskan gagasannya di surat kabar—minimal oleh redaksi surat kabar—dianggap memiliki kapasitas untuk berpendapat. Tulisan yang dimuat diasumsikan datang dari mereka yang ahli.
Predikat semacam itu tentu menuntut tulisan yang dibuat dan dimuat berkualitas baik serta berdampak dan berfaedah bagi publik. Oleh karena itulah, setiap tulisan yang dimuat adalah hasil seleksi ketat dari redaksi surat kabar. Salah satunya kriteria tulisan yang diterbitkan adalah membahas masalah penting dan hasil analisisnya dipandang layak bagi kepentingan publik.
Melihat posisi penting kolom opini surat kabar ini, sangat disayangkan jika kita tidak berpartisipasi mengisinya. Apalagi, pada konteks pelayanan, binaan Perkantas adalah kaum intelek dengan beragam latar belakang keilmuan. Manfaat sudah pasti didapat publik, jika mereka yang datang dari berbagai latar belakang keilmuan ini mau berbagi pendapat, kritik, dan saran.
Pentingnya kontribusi ini kian mendesak mengingat kondisi kehidupan publik kita hari-hari ini. Kekorupan sistemik sebagai gejala degradasi moral publik, maju-mundurnya penataan kurikulum sistem pendidikan nasional kita, kemiskinan struktural, persoalan tata kelola energi, buruknya pembangunan infrastruktur (kemacetan), masalah konflik antaretnis, serta banyak persoalan publik lainnya, yang membutuhkan intervensi pemikiran. Selain untuk melayangkan kritik dan saran, menulis di surat kabar bisa menjadi sarana bagi kita untuk menebar kebaikan dan menyebarkan kebenaran yang kita yakini.
Tidak Asal Menulis
Ciri artikel surat kabar adalah ilimiah-populer, maka tulisan yang dibuat pun tidak sekadar pendapat tanpa dasar argumentasi data atau teori. Sebagai kolom “ahli,” maka artikel yang dihasilkan sebisa mungkin bukan sekadar menulis, namun lahir dari pergulatan atau dialektika antara konsep (kebenaran dan kebaikan) ideal yang dipahami dengan fakta objektif permasalahan yang dihadapi publik. Minimal ada dua hal yang perlu dipikirkan ketika menulis artikel surat kabar.
Pertama, adalah melihat kapasitas diri dalam memilih topik atau tema. Saat menulis, apa yang dibahas adalah persoalan yang sesuai dengan latar belakang studi, atau minimal melihat persoalan dari sudut pandang keilmuan kita. Adalah aneh bagi ekonom, misalnya, jika menulis topik reformasi partai politik (parpol) dari sisi kajian politik. Kalaupun hendak menuliskan topik yang sama, baiknya arah bidikan (tema) datang dari perspektif keilmun yang digeluti. Semisal, bagi ekonom, ketika bicara reformasi parpol, maka aspek manajemen anggaran yang dibahas. Itu lebih sesuai dengan latar belakang keilmuan. Selain latar belakang studi, faktor jenis pekerjaan yang digeluti bisa menjadi penentu kapasitas kita dalam menganalisis suatu masalah.
Kedua, topik yang aktual dan merupakan masalah publik. Aktualitas adalah faktor penting bagi tulisan. Redaksi surat kabar akan berat hati memuat, jika tulisan yang kita bahas tidak sedang menjadi pembicaraan umum. Sebagai contoh, adalah tidak salah kita menulis dengan tema masalah kekerasan ormas (misalnya), namun akan sulit dimuat jika di saat yang sama secara nasional, isu kenaikan Bahan Bakar Minyak yang sedang menjadi topik utama pemberitaan. Masalah kekerasan ormas adalah penting, tetapi dari segi waktu tidak tepat.
Selain faktor ketepatan waktu, hal penting lain adalah sejauh mana masalah yang diangkat merupakan persoalan yang terkait dengan kepentingan publik. Identifikasi atas hal itu bisa dilakukan melalui penyajian data kuantitatif, baik dari hasil penelitian ilimiah maupun melalui pengamatan terhadap fokus (isi) pemberitaan media massa. Mengikuti isi pemberitaan media massa adalah cara baik dalam melihat kecenderungan pembahasan masalah publik. Semakin sering suatu hal diberitakan, secara umum persoalan tersebut dianggap penting bagi publik.
Menulis artikel di surat kabar merupakan cara sederhana untuk berkontribusi bagi kehidupan publik. Meski sederhana, melaluinya kita telah berpartisipasi dalam memberikan pijakan perubahan (perbaikan) bagi kehidupan masyarakat yang mungkin terjadi. Dan sebagai warga negara berpendidikan dan umat utusan Allah, sudah selayaknya kita ikut “mewarnai” beragam aspek hidup kita dengan menebar kebenaran serta kebaikan melalui tulisan. Jadi, mari menulis di surat kabar.
* Penulis adalah Graal Taliawo, Peneliti Sosial di RCRS dan Pengurus Divisi Sosial-Politik GC,
** Diterbitkan dalam majalah Dia edisi II tahun 2013