merangkak lambat di pikiran para lelaki
namun melesat dahsyat mengejar kerinduan
sekalipun naik turun melintasi misteri rumit
cintanya berayun di tangkai yang rapuh
celoteh pelabelan bising mengusili diri
ada yang memuja keanggunan martabat
ada yang memintal kecantikan di bilik rapat
menikah atau melajang selalu berduri
seperti semak belukar menuju mata air
dari rusuk lelakilah tercipta sahabat sehidup sejiwa
dari rahim perempuanlah terlahir putra-putra zaman
yang diasuh dan diasah di denyut jantungnya
tak ada perempuan tanpa kemuliaan lelaki
dan lelaki bersenandung di rahim perempuan
kadang badai menghempas ke lembah ngeri dan pedih
keelokan merintih di bungkus kepahitan yang perih
kadang gemetar di puncak eksistensi yang hambar
keangkuhan meronta dalam nafsu yang liar membakar
melewati pintu-pintu waktu yang terus berperkara
perempuan dipanggil namanya demikian
dipuja-puji bukan karena perhiasan berkilau di tubuhnya
tetapi karena jiwanya tulus sebening wajah ibu
sekali-sekali bukan wanita simpanan dalam lipatan uang
tetapi mutiara yang pendar di antara untaian hikmat
sekalipun lemah dan sering kalah dalam rasa yang salah
sekalipun lembut dan haknya terhasut hingga kalut
serentak keperkasaan membuktikan keangkuhan menggoda
bergaung nyaring menuntut kesetaraan yang tak rela direnggut
perempuan di manakah hatimu bersembunyi pagi ini
hingga perbincangan riuh tak lagi dijumpai di pasar tadi
saat harga bumbu dan rempah semakin meninggi
betapa sedapnya aromamu yang tak terbeli oleh materi
benang-benang rasa merajut warna warni penginspirasi sejarah
pemancar sinyal ilahi di persimpangan yang mendua arah
banjir tak akan menghanyutkan buah pengorbananmu
dan badai tak pernah merontokkan kehormatanmu
gemerisik dedaunan masih menemani langkah
hingga warna jingga semakin redup di barat
engkau setia mengawal malam yang indah
kekasih yang berkisah di bumi milik Allah
tentang sehelai ketekunan yang terajut sudah
dan berayun di atas keajaiban misteri
*Penulis adalah: Grace Kartika
20 Maret 2013