Dwidjo Saputra:
Seksualitas, Antara Prokreasi & Kenikmatan

Pendahuluan

Pengertian seks adalah alat kelamin. Sedangkan aktivitas manusia yang berhubungan dengan keberadaan seksnya disebut dengan seksualitas. Seorang laki-laki dengan segala aktivitasnya disebut seksualitas pria. Ini menunjukkan jenis kelamin. Sedangkan aktivitas yang berhubungan dengan lawan jenis kelamin disebut dengan interaksi seksualitas. Alat dan interaksi seksualitas ini berasamaan diciptakan manusia, Allah melihat ciptaan-Nya sungguh amat baik.

Allah menciptakan alat kelamin dan kemampuan interaksi seksual dengan dua tujuan. Pertama, reproduksi (prokreasi) yaitu melipatgandakan keturunan. Untuk hal ini yang paling berperan adalah fungsi biologis. Kedua, kenikmatan. Manusia yang memiliki tubuh, jiwa dan rohani juga diberikan untuk dapat menikmati interaksi seksual dan kesatuan pasangan. Menjadi satu pasangan bukan berarti hanya satu bahtera keluarga, membangun dan mengasihi saja. Tetapi persatuan itu juga ahrus dapat dinikmati dalam satu pasangan. Persatuan itu juga harus dapat dinikmati dalam satu pasangan. Persatuan itu hendaknya mereka nikmati dengan penuh keindahan. Yang lebih besar memperngaruhi kenikmatan dari pasangan adalah faktor psikologis.

 

Masalah

Dalam hidup manusia, kedua unsur diatasm tidak dapat dipisah-pisahkan. Jika manusia merasakan adanya kekurang beresan, baik secara fisik, biologis dan jiwa, harus diperiksa secara menyeluruh. Wanita hamil, contohnya. Seorang dokter akan memeriksanya secara menyeluruh. Karena seorang ibu perlu dipersiapkan jasmani, rohani maupun jiwa. Artinya keseluruhan dari keberadaan seorang ibu dan janin yang ada dalam kandungan harus dipersiapkan sedini dan sebaik mungkin.

Dikalangan masyarakat, sekarang ini pasangan suami istri terkena “wabah penyakit” ketidaksetiaan. Pria memiliki ‘wanita idaman lain’ (WIL) dan wanita memiliki ‘pria idaman lain’ (PIL). Sedangkan dikalangan remaja/pemuda lain lagi. Sebelum menikah mereka sudah melakukan interaksi seksual beberapa kali.

Ketidaksetiaan pada kehendak Allah dalam melakukan interaksi seksual tersebut terjadi karna berbagai hal. Pada suami istri yang pelanggaran (penyelewengan) seks terjadi karena ketidakharmonisan dan rutinitas (bosan). Apalagi setelah menikah selama 10 tahun lebih. Selama ini sering dikatakan pubertas kedua. Sebenarnya, itu tidak ada. Yang terjadi adalah pasangan itu mengalamani ketidakharmonisan dan rutinitas. Akibatnya, pasangan itu mencari ‘wanita idaman lain’ dan ‘pria idaman lain’.

Sedangkan jika yang belum menikah (remaja atau pemuda) melakukan interaksi seksual dapat terjadi karna dua hal. Interaksi seksual ini dapat dikatakan ‘normal’ dan tidak normal. Normal berarti yang pertama, pada usia tertentu remaja mamang mempunyai gejolak seksual tinggi. Dia belum pernah merasakan. Remaja (16-18 tahun), khususnya laki-laki, adalah masa gejolak awal seksual tinggi yang berbahaya. Mereka belum memiliki mekanisme pengendalian diri dengan baik. Apalagi jika remaja itu memiliki rasa ingin tahunya besar, maka ia akan mencoba. Kumulatif pengaruh gejolak seks, rasa ingin tahu dan tidak adanya pengendalian diri pada semua remaja adalah sama.

Kedua, perkembangan kejiwaan atau perkembangan tingkah laku (kepribadian anti-sosial) yang tidak normal.  Presentasi kedua ini kecil. Remaja yang seperti ini, biasanya, sudah memiliki kecenderungan bertumbuh antisosial (sosiopatik). Tingkah laku lebih baik bertindak ke pelanggaran hukum, hak orang lain dan terlibat interaksi seksual secara berganti-ganti. Masalah pertama lebih mudah dipecahkan ketimbang yang kedua. Yang pertama itu terjadi karna usia gejolak. Setelah itu stabil. Sedangkan kedua harus dipecahkan secara menyeluruh, kejiwaan dan rohani. Karena remaja yang mengalami seperti itu kemungkinan besar pernah memiliki latar belakang yang kurang baik.

Perkembangan kepribadian antisosial terjadi karena multi faktor. Biasanya ada faktor predisposisi faktor. Faktor dasarnya terjadi karena konstitusi genetis. Kemudian faktor dasar ini akan berkembang kuat bila faktor sekunder kontribusi. Sehingga faktor genetis dan bawaan berinteraksi kuat.

Informasi salah dan ketidakpuasan mengakibatkan seorang anak akan mencari tahu untuk memuaskan dirinya. Dalam usaha mencari tahu ini seorang anak remaja/muda dapat terjerumus pada informasi yang salah. Akibat dari informasi yang salah tersebut akan mendorong dan merangsang seksualnya. Akibatnya dia terjerumus dengan perbuatan seks. Konsep yang salah bukan saja membuat anak dapat melakukan perbuatan seks sebelum menikah, tapi mengalami kelainan seks. Kelainan seks, misalnya, setelah menikah takut berhubungan seks, merasa geli dan jijik jika berhubungan seks dengan suami dan sebagainya.

 

Undangan Nge-seks

Tingkah laku seseorang ketika ingin berhubungan seks berbeda-beda. Ada tingkah laku yang menunjukkan ingin melakukan hubungan seks. Namun, tidak dapat dipastikan kalau orang berbuat seperti ini, itu tergantung dari motivasi. Orang dapat mengundang berhubungan seksual melalui cara berpakaian, berdandan dan berjalan yang aneh. Rok mini, contohnya. Tapi bukan berarti semua wanita yang berpakaian mini memiliki motivasi mengundang melakukan seks. Ada orang yang berpakaian mini memiliki motivasi mengundang melakukan seksual. Ada orang yang berpakaian rok mini hanya ingin menunjukkan diri. Dia merasa dipuaskan dengan menunjukkan tubuhnya. Itu bukan untuk orang lain. Tapi orang lain yang menyalahartikan keterbukaan tersebut.

Setiap orang perlu waspada terhadap tingkah laku. Juga terhadap penglihatan. Melalui penglihatan dapat menjerumuskan pada perbuatan yang tidak benar. Apapun tindakan kita yang membangkitkan seksual orang lain perlu diwaspadai. Jadi jangan heran, jika ada pria yang merangsang melihat wanita yang berpakaian mini.

Daerah sensitif yang dapat mneimbulkan gairah seksual dimiliki setiap orang. Daerah sensitif ini dapat timbul dari rangsangan psikologis dan biologis. Rangsangan psikologis lebih mempengaruhi wanita daripada pria. Wanita akan mudah mengikuti kehendak pasangan bila diperhatikan dan dilindungi. Dia dapat mneyerahkan segalanya, sampai kehormatannya, bila diminta. Sebaliknya, seorang laki-laki mudah jatuh dalam perbuatan seksual bila ada wanita yang mau melayaninya. Dia, seolah-olah, melihat wanita itu berbuat segalanya untuknya.

Secara biologis laki-laki lebih mudah terangsang daripada wanita. Pria lebih peka dan mudah meledak. Seorang pria, dapat dikatakan, apapun yang dilihatnya dapat menimbulkan ransangan baginya. Dari pandangan pun seorang pria dapat terangsang dan jatuh dalam perbuatan seksual. Pria, dalam hubungan seks, lebih besar dipengaruhi oelh dorongan biologis.

Lain dengan wanita. Wanita, secara biologis, lebih lambat terangsang daripada pria. Wanita tidak hanya rangsangan biologis yang dibutuhkan. Juga rangsangan psikologis. Secara psikologis, wanita akan cepat terangsang bila diperlakukan dengan mesra, aman dan dilindungi. Begitu juga secara biologis. Wanita memiliki daerah tertentu yang jika disentuh (lawan jenis) dapat mempercepat timbulnya rangsangan. Sentuhan dan suasana sangat mempengaruhi tindakan seksual wanita dan pria.

Faktor biologis dan psikologis tersebut bukan kelemahan. Anggapan kelemahan itu memang ada. Penulis melalui tulisan ini menekankan, itu bukan kelemahan. Itu ada pada semua manusia normal. Oleh karena itu, suasana dan sentuhan perlu perlu diperhatikan dalam pergaulan dan yang sedang berpacaran.

Dalam suatu penelitian FKUI (penulis lupa tahun berapa) menyatakan bahwa interaksi seksual yang terjadi pada remaja dilakukan (paling besar) dirumah sendiri. Itu dapat dimengerti. Rumah di Jakarta sering kosong pada siang hari karena orangtua ke kantor.

Cara mengatasi

Untuk mencegah terjadinya interaksi seksual dan pemahaman seks dengan benar, maka paket pendidikan seks sangat perlu diberikan. Pemberian Paket Pendidikan Seks tersebut harus mengutarakan hal-hal yang sensitif bagi wanita dan pria. Karena faktor biologis tidak dapat dihilangkan. Tapi, faktir psikologis yang mendorong tindakan seksual dapat dihindari.

Dalam memberi konseling pada remaja, penulis selalu menganjurkan jika sedang pacaran harus merem melek. Merem artinya mereka harus banyak berdoa supaya lebih bijaksana dalam memilih dan menentukan pilihan. Orang itu kehendak Tuhan atau tidak, harus jelas. Melek artinya mereka harus banyak tahu. Sehingga berpandangan luas. Jangan timpang. Jangan berdoa saja. Sehingga jika ada seorang pria/wanita datang mengatakan ini pasti pemberian Tuhan dan pasti untuk kita. Lihat karakter dan sifat-sifatnya. Hindari supaya jangan diperalat. Jika pemberian Tuhan, seorang pacar (teman dekat) tidak mungkin memperalat.

Menyeimbangkan faktor biologis (seksual) dan kejiwaan dalam diri manusia memerlukan faktor lingkungan seksual yang sehat. Faktor-faktor yang mendukung perkembangan manusia antara lain, pertama, lingkungan keluarga yang sehat. Tingkah laku seksual yang ditunjukkan di rumah bertanggungjawab terkendali. Harmonis dan serasi. Sehingga alam pikiran seorang anak pun dikonsep dengan tingkah laku bagaimana menjadi insan seksual. Tingkah laku seksual keluarga yang sehat tersebut akan menjadi teladan dan pola baginya sekarang dan kelak.

Orangtua perlu memberikan pendidik seksual sedini mungkin. Orangtua harus menyiapkan diri bila anak bertanya mengenai seks. Kita tidak tahu pasti usia berapa seorang anak bertanya mengenai seks. Ada anak bertanya di usia Taman Kanak-Kanak atau remaja. Seorang anak akan bertanya ketika mulai mengenal dirinya berbeda dengan orang lain. Ini apa, itu apa. Orang lain punya ini, dia tidak. Ini pertanyaan logis. Pada saat-saat inilah orangtua dapat menjelaskan seks dan seksual sesuai dengan kemampuan anak tersebut. Dua hal inilah yang membuat anak berkembang baik.

Untuk mempersiapkan orangtua, maka sex education harus diberikan secara formal pada pasangan yang hendak menikah. Sehingga mereka tidak buta dan tabu tentang pendidikan seks. Ini perlu ditingkatkan dikalangan gereja. Sehingga ketika anak bertanya, mereka tidak kaget dan dapat mendidik anak-anak dalam hal seks, dengan baik. Pengetahuan yang benar juga mencegah sedini mungkin terjadinya interaksi seksual. Remaja banyak jatuh dalam perbuatan interaksi seksual, sekarang ini, karna salah memahami seksual.

Untuk memperlengkapinya agar bertanggungjawab, seorang anak harus di didik takut akan Tuhan. Untuk apa dia dicipta, mengapa ada alat anak seks, keinginan seksual dan sebagainya harus diberikan. Sehingga ketika dorongan seksual datang, dapat mengendalikan diri secara bertanggungjawab.

Penutup

Pendidikan seks harus diberikan sedini mungkin. Orang yang paling tepat memberikan pendidikan seks adalah orangtua. Orangtua mengetahui pendidikan seks adalah dari orangtuanya. Untuk memberi pengertian yang benar tentang seks, gereja-gereja dapat memulainya. Gereja sangat penting mengkonseling pasangan yang hendak menikah. Sehingga sebagai calon keluarga dan orangtua, mereka siap mendidik anak-anak secara fisik, jiwa dan rohani.

 

Dituliskan oleh Dwidjo Saputra, psikiater yang bekerja di R.S.U. Ongkomulyo dan dosen Institut Misi dan Alkitab Nusantara (IMAN), Jakarta

Tinggalkan sebuah komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *