M.S. Anwari:
Dunia Menanti Kita

Penginjilan

Penginjilan berasal dari bahasa Yunani, euangelion yang berarti menyampaikan Injil atau Kabar Baik. Menginjili berarti menyampaikan berita tentang siapa Yesus dan apa yang dilakukanNya bagi umat manusia. Mengapa? Kabar Baik harus disampaikan kepada seluruh umat manusia. Pertama, Allah tidak menghendaki manusia binasa melainkan supaya beroleh hidup yang kekal. Janji Allah dalam Alkitab tentang keselamatan manusia sangat jelas, yaitu, “Karena  begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yng kekal.”

Kedua, Allah telah menyediakan jembatan keselamatan bagi umat manusia. Tanpa jembatan keselamatan tersebut manusia tidak mungkin mencapai standar Allah. Manusia setelah jatuh dalam dosa, nilai kehidupannya sangat merosot di hadapan Allah. Manusia kehilangan hubungan dengan Allah. Manusia berada dalam bahaya dan terancam hukuman kekal karena statusnya telah jatuh ke dalam dosa. Jembatan keselamatan itu ialah Salib Kristus. Dalam Roma 3:23 tertulis, “Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah,” maka dalam 1 Pet 2:24 Paulus menegaskan, “Ia (Yesus) sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuhNya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran.”

Ketiga, dengan menyebrangi jembatan keselamatan yaitu percaya dan menerima Yesus sebagai Juruselamatnya. Dengan berespon terhadap tawaran keselamatan tersebut, maka manusia diterima menjadi anak-anakNya, menjadi warga Kerajaan Allah. “Tetapi semua orang yang menerimaNya diberiNya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam namaNya.” (Yoh1:12)

Billy Graham, penginjil terbesar abad ini memberikan empat langkah yang perlu dilakukan untuk menerima Yesus Kristus. Pertama, sadar dan mengaku “Aku orang berdosa.” Kedua, bertobat dan bersedia berbalik dan meninggalkan kehidupan lama yang bergelimang dosa. Ketiga,  percaya bahwa Yesus Kristus telah mati untuknya di kayu salib. Keempat, menerima Yesus di dalam hidupnya melalui penyerahan diri dalam doa.

Proses terjadinya keempat langkah tersebut tidaklah sederhana. Memerlukan suatu proses dan waktu yang berbeda bagi setiap orang. Hal itu terjadi karena latar belakang pendidikan, faktor psikologis, sosiologis, ekologis, dan teologis seseorang berbeda. Namun proses ini hanya dapat terjadi jika ada pemberitaan Injil (Rom 10:10-15). Dalam hubungan itu Rasul Paulus mengatakan, “Pemberitaanku tidak kusampaikan dengan kata-kata hikmat, tetapi dengan keyakinan akan kekuatan Roh.”

 

Siapa yang Diutus

Pemberita Injil, Injil dan Roh Allah merupakan kesatuan adikrodati dalam pelaksanaan tugas penginjilan yang benar. Oleh karena Injil dan Roh Allah itu suci adanya, maka orang yang melakukan pemberitaan Injil harus memenuhi beberapa syarat tertentu. Pertama, ia harus terlebih dahulu memiliki kepastian keselamatan bagi dirinya. Ia harus yakin dan bersandar kepada kebenaran firman Allah, yang menjadi dasar kepercayaannya. Bilaia sudah memiliki iman yang berakar ke dalam firman Allah, barulah ia mampu menyaksikan pengalaman rohaninya itu kepada orang lain.

Kedua, ia harus menyadari  bahwa tanpa Kristus manusia binasa. Firman Allah dengan jelas menerangkan bahwa manusia telah mati, ia memerlukan kelahiran baru (Ef 2:1-2; Yoh 3:1-16). Mati baru terpisah. Terpisah dan terputus dari Allah. Secara badani Adam tidak mati, namun secara rohani mati. Kematian itu terjadi ketika ia memakan buah larangan Allah. Lukas 15:24 berbunyi. “Sebab anakku ini telah mati..” Kapan anak terhilang itu mati? Ketika ia di negeri jauh, hidup terpisah dan tidak memiliki hubungan dengan bapaknya. Demikian pula manusia, ia telah mati kerena dosa. Dosa itu mengakibatkan hubungan mausia dengan Allah terputus. Manusia mengalami kematian rohani. Namun melalui kematian Kristus dosa diampuni dan manusia memiliki pengharapan. Sehingga manusia memiliki kepercayaan dan keberanian memberitakan Injil. Keyakinan itu akan menghasilkan pengakuan yang tegas pada Kristus dan membangkitkan pengharapan pada pendengarnya (2 Kor 4:13)

Ketiga, ia harus mengasihi dan taat kepada Kristus. Kasih Kristus yang telah tercurah dalam dirinya akan mendorongnya berbagi kasih pada orang lain. Karena Kristus telah lebih dahulu mengasihinya, ia pun harus mengasihi Kristus dengan keterlibatannya dalam pekerjaan yang sangat dikehendakiNya, yaitu memberitakan Injil bagi semua orang. Bila ia telah memahami hal ini maka segala pengorbanan baik waktu, tenaga, doa, harta dan sarana  yang diperlukan demi sampainya Kabar Baik kepada orang lain, tidak akan menjadi beban baginya.

Keempat, ia harus memiliki pengetahuan firman Allah. Memberitakan Injil bukan bergantung pada kefasihan berkata, melainkan pada kebenaran dan Roh Allah. Ia harus yakin akan kebenaran dan kewibaan firman Allah, maka ia perlu menguasai dan terampil menggunakan firmanNya (2 Tim:14-25).

Kelima,  ia harus sering berkomunikasi dengan Allah. Penginjil harus rajin mempercakapkan pekerjaannya itu pada Allah, melalui doa. Allah menyuruh kita berdoa dan Ia bersedia mendengar doa-doa kita. Doa merupakan kepasrahan kita kepadaNya. Doa juga merupakan pengakuan ketidakmampuan kita melakukan pekerjaan itu. Tanpa pertolongan kuasaNya kita tidak mampu berbuat apa-apa. Melalui doa kita juga dapat memohon hikmat dan pertolongan Allah dalam situasi berat diluar kemampuan kita.

Keenam, ia harus memiliki keberanian. Tuhan menjawab doa Daud dan melepaskannya dari segala kegentarannya (Maz 34:5). Demikian pula kita dapat memohon Tuhan menghilangkan rasa cemas dan gentar yang meliputi diri kita, diganti dengan keberanian memberitakan Injil. Kita menyadari bahwa Tuhan menciptakan manusia dengan kepribadian yang tidak sama. Namun perintahNya, “KepadaKu telah diberikan segala kuasa di surga dan di bumi. Karena itu, pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu. Dan ketahuilah Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.” (Mat 28:18-20).

 

Strategi Penginjilan

            Kita dapat belajar dari pola Tuhan Yesus dalam dua kali penjelajahanNya ke Galilea. “Yesus pun berkeliling di seluruh Galilea. Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Allah serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan di antara bangsa itu.” (Mat 4:23, Mat 9:35).

Dari kutipan diatas kita melihat ada tiga hal yang dilakukan Yesus. Pertama, mengajar di rumah-rumah ibadat, kedua, memberitakan Injil Kerajaan Allah, dan ketiga, melenyapkan segala penyakit dan kelemahan. Sasaran pertama dalam pelayanan Tuhan Yesus ialah memberitakan Injil di rumah-rumah ibadat.

Langkah berikutnya adalah memberitakan Injil kepada semua orang, dilanjutkan dengan pelayanan kasih kepada mereka dengan cara menyembuhkan yang sakit, menguatkan yang lemah dan menghibur yang susah.

Sebagai utusan Allah, Tuhan Yesus sangat mengerti apa yang dikehendaki Bapa, Ia sangat menghayati pelayananNYa. Sikap yang sama dituntut dari kita bila ingin menjadi utusan Allah yang diperkenan Allah. Kita harus benar-benar hidup layak di dalam Dia dan memahami arti panggilan kita sebagai pemberita InjilNya. Dunia menanti kita.

 

Penulis adalah Pendeta Gereja Kristus Rahmani Indonesia (GKRI) Jemaat Kelapa Gading, Jakarta.   

Tinggalkan sebuah komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *