Sejarah Penerjemahan Alkitab:
Bagaimana Alkitab Tiba di Tangan Anda?

Setelah pertama kali dicetak tahun 1535 di lnggis, Alkitab satu-satunya buku yang hingga kini paling sering diterbitkan, paling banyak dicari, paling ramai diperdebatkan keasliannya. Pokoknya, Alkitab adalah buku yang paling banyak mengundang kontoversi.

 

Namun di balik semua itu, Alkitab adalah firman Allah berotoritas, yang mainpu mengubah hidup manusia secara drastis. Di dalamnya kita menjumpai Allah serta pengenalan yang benar tentang Dia. Mempelajari firman Tuhan membuat kita mengerti kehendak-Nya dan mengerti diri kita sendiri. Hal-hal tentang Allah yang berkenan, Dia bukakan kepada manusia, terdapat dalam Alkitab. Buku apakah lagi, yang dapat menyamai Aikitab ini?

Pada awal abad ke-19 berdirilah lembaga alkitab yang pertama di dunia, yaitu di Inggris.  Namanya The British and Foreign Bible Society (BFBS). Berdirinya didorong oleh seorang gadis kecil, Mary Jones, yang tinggal di Desa Pennat, Wales Mary rajin menghafal cerita-cerita Alkitab yang diceriterakan ayahnya tiap hari Minggu.

Mendengar cerita Alkitab sekali seminggu rupanya tidak cukup bagi Mary. Sebab itu tekadnya bulat untuk memiliki Alkitab sendiri. Selama tujuh tahun Mary bekerja dan menabung. Setelah uangnya dirasa cukup, dia berjalan kaki sejauh 41 kilometer ke rumah pendeta David dan Charles, untuk membeli Alkitab. Kedua pendeta ini terharu melihat Mary mendekap Alkitab miliknya sendiri. Mereka berkata “Kita harus berjuang mendirikan lembaga untuk menerbitkan AIkitab. Ini suatu tanda dari Allah supaya kita berusaha mati-matian menerbitkan Alkitab dalam bahasa-bahasa daerah sebanyak mungkin.”

Sepuluh tahun kemudian berdiri juga Lembaga Alkitab di Belanda, Amerika, dan negara-negara lain. Pada tahun 1946 lembaga-lembaga Alkitab di dunia bergabung dalam wadah perserikatan lembaga-lembaga Alkitab Sedunia atau The United Bible Societies (UBS)

 

Di lndonesia

Pada masa pendudukan Belanda dan Inggris, penyebaran Alkitab atau bagian-bagiannya dilakukan oleh Lembaga Alkitab Inggris dan Belanda. Hal ini berjalan terus hingga akhir tahun 1937. Lima tahun setelah Proklamasi Kemerdekaan diprakarsailah pendirian Lembaga Alkitab lndonesia, yang akhirnya berhasil mandiri di tahun 1954, tepatnya tanggal 9 Februari.

Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) bertugas menerjemahkan Alkitab dan bagian-bagiannya dari naskah asli ke dalam bahasa-bahasa di Indonesia yang mudah dimengerti. Selain itu, LAI juga mencetak, menyediakan, dan menerbitkan Alkitab semurah mungkin sehingga menarik dan terjangkau bagi orang yang ingin memilikinya. Alkitab yang sudah diterbitkan, disebarkan oleh bagian distibusi LAI seluas mungkin secara tepat, bermanfaat, dan bertanggung jawab. LAI juga melayani semua gereja dan golongan Kristen di Indonesia, termasuk Gereja Roma Katolik. Oleh sebab itu, Alkitab terbitan LAI tidak mengandung catatan dan atau tafsiran dari suatu gereja atau golonpn Kristen tertentu.

Saat ini LAI mempunyai kantor pusat di Jalan Salemba 12 Jakarta, kantor penerjemahan di Jalan A. Yani 62 Bogor, dan percetakan di Ciluar, Bogor. Awal Desember lalu DIA mengunjungi Departemen Penerjemahan LAI. Berbagai liku-liku soal penerjemahan dan penerbitan sampai Alkitab tiba di tanpa ada, dijelaskan secara rinci oleh pendeta H. Ugang, Kepala Bagian Penerjemahan LAI.

 

“Sebenarnya, penerjemahan Alkitab ke dalam bahasa-bahasa di lndonesia sudah dimulai sejak abad ke-19 oleh para misionari asing” Pendeta Ugang mengungkapkan. Pada masa awal penerjemahan Alkitab kita mengenal nama-nama Gottlieb Bruckner yang menerjemahkan Alkitab ke dalam Bahasa Jawa; A.F.A. Hardeland (Bahasa Dayak Ngaju); J. Esser (Bahasa Sunda); H.N. van der Tuuk (Bahasa Batak Toba); B.F. Matthes (Bahasa Bugis/Makassar), dan L.E. Denninger (Bahasa Nias). Mereka-mereka inilah penerjemah Alkitab yang mula-mula untuk daerah jajahan Belanda.

Penerjemahan Alkitab ke dalam bahasa Melayu telah dimulai sejak abad VII oleh seorang pedaping Kompeni (VOC) bernama Albert Corneliz Ruyl. Ia menerjemahkan Injil Matius yang selesai tahun 1612 dan diterbitkan tujuh belas tahun kemudian. Injil yang kedua juga diupayakan oleh Ruyl dan berhasil terbit tahun 1638. Selain keempat Injil dan Kisah Para Rasul, di abad itu berhasil diterjemahkan juga Kitab Mazmur dan Kejadian.

Alkitab lengkap pertama di lndonesia yang ditulis dalam Bahasa Melayu adalah hasil usaha penerjemah Belanda, Dokter Melchinor Leydekker. Pendeta militer Belanda ini tidak dapat menyelesaikan penerjemahannya karena Tuhan memangilnya 16 Maret 1701. Selama sepuluh tahun di Batavia, usaha Leydekker berhasil 90 persen, dari keseluruhan Alkitab. Penerjemahan ini diteruskan oleh satu tim pengganti; dan tiga puluh dua tahun setelah Leydekker meninggal, terbitlah Alkitab pertama yang lengkap dalam bahasa Melayu. Alkitab ini digunakan di Indonesia selama kurang-lebih dua abad; sebelum akhirnya diadakan revisi dan penerjemahan yang baru yang lebih mudah dimengerti oleh orang Indonesia, sesuai dengan perkembangan Bahasa Indonesia.

Terjemahan Klinkert dan Bode.

Banyak hal dan Peristiwa dipakai Tuhan untuk menyampaikan firman-Nya kepada manusia; mulai dari hal yang ajaib oleh ilham Roh Kudus kepada Penulis Alkitab, sampai pada hal yang manusiawi sekalipun Seorang misionari Menonit Belanda, Hillebrandus Cornelis Klinkert menikah dengan wanita Indo yang hanya dapat berbahasa Jawa dan Melayu. Nyonya Klinkert mengalami kesulitan untuk mengartikan Alkitab Bahasa Melayu Tinggi yang diterjemahkan Lydekker. Hal ini mendorong Klinkert menerjemahkan Alkitab ke dalam Bahasa Melayu yang lebih sederhana, khususnya yang digunakan di Semarang. Alkiab terjemahan Klinkert yang ditulis dalam Bahasa Melayu Rendah akhirnya terbit. tahun 1879 dalam huruf Iatin oleh lembaga Alkitab Belanda (NBG). Dalam usaha menerbitkan Alkitab yang dapat dimengerti di Indonesia dan Malaka, NBG dan Lembaga Alkitab Inggris (BSBF) mencapai kata sepakat untuk

Menggantikan terjemahan Lydekker dan Klinkert. Usaha yang diketuai oleh Pendeta Werner Agust Bode ini agak tersendat karena berkecamuk Perang Dunia U. Sementara menunggu terjemahan Bode, dicetak Alkitab gabungan Pedanjian Iama Klinkert dan Perjanjian Baru Bode. Alkitab ini dikenal dengan nama terjemahan lama, terbit tahun 1958.

 

Alkitab Terjemahan Baru

Proyek ini dimulai oleh NBG tahun 1952 dan dilanjutkan oleh LAI tujuh tahun kemudian, hingga selesai tahun 1974. Alkitab ini berlaku di seluruh Indonesia dan menjadi dasar Penerjemahan Alkitab ke bahasa-bahasa suku. Sejak tahun 1968 Gereja Roma Katolik di Indonesia menghentikan Proyek Penerjemahan Alkitab mereka dan menggunakan Alkitab Terjemahan Baru LAI sebagai Alkitab resmi.

Terjemahan Yang Dinamis (Arti)

Banyak usaha dilakukan untuk membuat jemaat mengerti dan menerima firman Tuhan dengan benar, termasuk usaha-usaha penerjemahan. Itulah sebabnya, sejak penerjemahan yang pertama hingga kini, lembaga-lembaga Alkitab di seluruh dunia, termasuk Indonesia, terus mewarisi dan menerjemahkan Alkitab.

Lembaga Alkitab Indonesia memulai proyek penerjemahan Alkitab dalam Bahasa Indonesia sehari-hari (BIS) pada tahun 1874. Cara penerjemahannya memakai metoda penerjemahan dinamis, yang berdasarkan arti. Perjanjian Baru BIS ini akhirnya terbit tahun 1977. Alkitab lengkap Kabar Baik Untuk Masa Kini dalam Bahasa Indonesia sehari-hari diterbitkan oleh LAI tahun 1984.

Dua tahun kernudian, Kalam Hidup menerbitkan Perjanjian Baru yang dikenal dengan nama Firman Allah Yang Hidup. Alkitab ini pun ditulis dalam Bahasa lndonesia sehari-hari. Penerjemahannya diambil langsung dari Alkitab berbahasa lnggris, The Living Bible, yaitu hasil parafrasa atau pengungkapan dalam kata-kata sendiri dari Alkitab King James Version.

 

Penyebran Alkitab

Selama tiga tahun belakangan (sejak 1985) LAI telah menyebarkan hampir satu setengah juta eksemplar Alkitab lengkap. Untuk gambaran selengkapnya.

Lebih sepuluh juta Alkitab dan bagian-bagiannya diterbitkan tiap tahun. Dan jumlah itu meningkat terus. Fakta ini membuktikan betapa hausnya manusia terhadap firman Allah.

Alkitab dan bagian-bagiannya dicetak oleh LAI yang memiliki percetakan sendiri di Ciluar, Bogor. Di sini bekerja sekitar 150 buruh yang khusus menjalankan mesin, menyortir, mengelem, menjilid, mengepak, dan mengirim Alkitab ke bagan distibusinya di Jakarta. Ratusan Alkitab dikerjakan di sini setiap hari. Suasana kerjanya tidak jauh berbeda dengan-percetakan lain, penuh deru mesin dan tangan-tangan yang terlatih.

Eli Posuma, yang menjabat sebagai Kepala Bagian Produksi Percetakan LAI, mengantaran DIA melihat-lihat percetakan LAI. Ia mengatakan, kebanyakan buruh yang bekerja: di sini bukan Kristen. Mereka adalah penduduk setempat yang memanfaatkan adanya percetakan sebagai sumber pencahariannya. “Kami pernah berusaha agar orang Kristen bekerja disini, sebagai salah satu pelayanannya

terhadap firman Allah. Tapi ironisnya, orang Kristen tidak betah mengerjakan pekerjaan beginian” kata Eli, “satu per satu mereka meninggalkan pekerjaan ini. Terpaksa kita menggunakan tenaga yang non-Kristen, walaupun sudah banyak saran masuk kepada kami soal ini”

Alkitab dicetak menggunakan kertas yang diimpor dari Jepang dan dinamakan Bible Paper. Kertas ini belum diproduksi di Indonesia. Tiap tahun, ratusan gulung kertas dibutuhkan. Ini adalah salah satu faktor yang menyebabkan tingginya harga jual Alkitab. “Tapi, kami berusaha menekan harga,” kata  Pendeta Ugang. Kalau diperhitungkan berdasarkan biaya produksi, satu set Alkitab lengkap bisa berharga delapan ribu rupiah.”

Selama ini agaknya, kita hanya melihat LAI sebagai lembaga Kristen yang berwenangmenerbitkan Alkitab di Indonesia. Soal pergumulan dan masalah yang ada di dalamnya, luput dari perhatian kita. Pokoknya orang Kristen bisa beli atau kalau mungkin, gratis Alkitab di gereja atau toko-toko buku Kristen, beres! Pernahkah kita memikirkan, bagaimana perjuangan pengurus lembaga Alkitab Indonesia supaya badan ini tetap survive? Pernahkah kita menyebut lembaga ini dalam doa kita?

Setiap badan, setiap penerbitan,apa pun namanya, pasti punya masalah. Juga LAI. Masalah terberat yang dipikul LAI setiap kali adalah dana. Untuk pendanaan, LAI mengandalkan gereja.

Mengapa? Karena sebenarnya gerejalah yang harus memikul tanggung jawab itu! Sebelum Tuhan Yesus menyelesaikan tugas penyelamatannya dan kembali ke sisi Bapa, Dia memberi mandat kepada orang percaya yang pada masa kini tergabung dalam lembaga yang dinamakan gereja – untuk mengemban tugas pemberitaan Injil. Sebab itu, dalam hal pengadaan Alkitab, gereja tidak boleh menutup mata.

 

Proyek Baru Penerjemahan

Dalam tahun anggaran 1987/1988 LAI menambah lagi dua proyek penerjemahan,  khususnya Perjanjian Baru, dalam Bahasa Talaud dan Bahasa Sasak. Proyek ini telah dimulai sejak akhir 1987 lalu.

Penduduk Talaud berjumlah sekitar 60 ribu orang dan menghuni pulau-pulau kecil di Lautan Pasifik, sebelah Selatan Mindanau. Mayoritas Penduduknya beragama Kristen Protestan. Proyek penerjemahan ke bahasa Talaud diPusatkan di Lirung. Untuk itu LAI sudah melatih dua penerjemah, Pendeta Ch B.M. Ipu dan Ch. Medau.

Sedangkan Suku Sasak adalah mayoritas Penduduk Pulau Lombok, yang sebagian besar penduduknya beragama Islam. Walaupun baru sekitar 3 Persen orang Sasak Yang memeluk Agama Kristen, kita bersyukur karena proyek Perjanjian Baru Sasak sudah dapat dimulai. Penerjemahan ini dilakukan oleh RosdianinPih, F.S. Saboe, dan Hanna Noya. Selain ketiga penerjemah ini, LAI juga melibatkan gereja-gereja Kristen yang ada di NTB.

Dengan adanya dua Proyek baru penerjemahan, sampai sekarang LAI sudah berhasil menerbitkan Alkitab (lengkap maupun sebagian) dalam 83 bahasa suku di lndonesia. Satu Prestasi yang mengagumkan bagi LAI ali awal usianya yang ke-35 ini, ngingat tiap Proyek penerjemahan menghabiskan waktu sekitar sepuluh tahun.

Ya, pekerjaan yang diemban LAI memang bukan pekerjaan main-main yang dapat dikenakan sambil lalu. Misinya bukan hanya untuk masa kini, tapi untuk keselamatan jiwa manusia. Taruhannya pun JIWA manusia. Berapa banyak jiwa manusia yang belum sempat mengenal Injil? Apakah kita akan membiarkan LAI berjuang sendiri?

Alkitab sudah tiba di tangan. Anda, dengan amat mudah. Anda dapat membacanya kapan saja, di mana saja, dengan bebas. Dengan penuh syukur unilk segala kemudahan ini, marilah kita mengingat kembali mereka yang pertama kali berusaha melakukan segalanya agar orang lain dapat membaca dan mengerti firman Allah. Saat ini kita dapat menikmati Alkitab karena dulu mereka menekuni firman itu. Kini, marilah kita menekuni firman itu agar orang lain dapat juga menikmati Alkitab.

Di awal tahun ini Buletin DIA mengajak Anda menyendengkan telinga ke suku-suku terpencil di Indonesia dan dunia yang merindukan kabar keselamatan, yang menginginkan Alkitab menjadi bagian hidupnya; yang berseru dalam jiwanya :

Terdengarlah suara berseru,

“Kirim Trang, kirim Trang!”

Jangan sampai banyak jiwa hilanglah

“Kirim Trang kirim Trang!”

Kirimkanlah trang kabar Injil

Kirimkan selamanya!

Kirimkanlah Trang kabar Injil!

Banyak jiwa menunggu!

 

(Nara Sumber: Wawancara, Brosur LAI)

 

Tinggalkan sebuah komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *