Batara Pane:
Christianity in Action (Yakobus 4)

Apa yang menyebabkan perselisihan di antara kita? Di mana “posisi” kita saat ini, ada di pihak Allah atau “dunia”? Apa yang perlu kita lakukan, agar dapat tetap menjadi sahabat-Nya? Sudahkah kita merendahkan diri dihadapan-Nya?

Ini adalah pertanyaan-pertanyaan penting, yang saya pikir sangat relevan untuk dikemukakan kembali, bukan hanya bagi kehidupan jemaat pada jaman-nya Yakobus, tetapi juga bagi kehidupan orang-orang Kristen, sekarang di Indonesia.

Mari kita hitung, sudah berapa banyak pertengkaran/perselisihan di antara kita? Berapa banyak energi yang tercurah, hanya untuk menyelesaikan sengketa di antara kita? Sudah berapa banyak saudara-saudara kita seiman yang terpaut pada “kemilau dunia”? Juga mari kita renungkan, sudah berapa jauh dan lama, kita berlaku congkak dan ingin berjalan sendiri, tanpa Tuhan? Kita semua memerlukan revival, agar hidup ini tidak sia-sia tetapi dapat membawa berkat yang besar bagi bangsa ini.

Untuk itu marilah kita belajar dari apa yang ingin disampaikan oleh Yakobus kepada rekan-rekan sebangsanya yang terserak di perantauan.

Surat ini ditulis oleh Yakobus, saudara Tuhan Yesus (Mark.6:3), pemimpin jemaat di Jerusalem (Kis.12:17, Gal.1:19). Kemungkinan ia mulai percaya kepada Yesus, sejak Yesus menampakkan diri kepada-nya (1 Kor 15:7) – sebelumnya ia tidak percaya (Yoh.7:1-5).

Ia menulis surat ini kepada “kedua belas suku” di perantauan (lihat Yak.1:1). Jadi ditulis untuk orang-orang Yahudi Kristen yang ada di luar Palestina. Mereka ditolak oleh bangsanya sendiri karena mereka Kristen. Di luarpun mereka mengalami tekanan dari Non-Yahudi, karena mereka orang Yahudi. Mereka kebanyakan miskin, dan banyak dari mereka ditindas oleh orang yang kaya.

Yakobus menulis surat ini, karena mereka mengalami pencobaan-pencobaan yang sulit (cobaan untuk berbuat dosa). Anggota-anggota gereja memperebutkan jabatan-jabatan di dalam gereja, terutama jabatan sebagai guru. Jemaat juga tidak dapat mempraktekkan iman mereka dengan benar, karena banyak pertengkaran dan perpecahan terjadi akibat “lidah”. Untuk mengatasi hal ini, Yakobus tidak memberikan doktrin, tetapi justru dorongan bahkan perintah, bagaimana kekristenan dapat terlihat dalam perbuatan-perbuatan nyata- Christianity in Action.

Tinggalkan sebuah komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *